D-day

9 3 5
                                    


"Chriss Chriss.." ucap Shane yang mencoba membangunkanku

"Ada apa Shane?"

"Mereka tidak ada dirumah masing-masing," jawab Shane

"Mereka siapa?"

"Steve juga Casey."

"Yang benar?"

Aku meraih ponselku dan membuka kontak Steve, pesanku semalam masih menjadi kalimat terbaru, tak ada jawaban dari Steve, Shane juga tidak mendapat jawaban dari Casey. Tiba-tiba aku mendengar Ayah memanggilku.

"Chriss...." teriak Ayah

Aku dan Shane bergegas turun, dan aku melihat orang tua Steve, wajah mereka panik.

"Apa kalian tidak bersama Steve semalam?" tanya Ibu Steve

"Kami bersama di kedai, lalu ketika kami akan pulang dan mencari mereka, mereka tidak ada," jawabku

"Apa kalian sudah kerumah Casey?" tanya Shane

"Belum, kami tidak tahu alamat Casey, apa kau tau?"

Aku, Shane, dan kedua orang tua Steve berangkat menuju rumah Casey dipandu oleh Shane, dan setibanya disana, kami tetap tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Mereka saling mengira jika anak mereka berada dirumah kekasihnya. Kedua orang tua Steve dan Casey putus asa, lalu menelpon 911 untuk mendapat bantuan untuk mencari anak mereka yang hilang.

Di dermaga, banyak orang yang ikut mencari petunjuk untuk mencari kemana hilangnya mereka, beberapa polisi mencoba untuk bertanya pada orang yang kemungkinan ada di tempat itu, hasilnya tidak ada. Hari ini pencarian dihentikan karena salju turun cukup lebat.

Hari berikutnya, aku dan Shane diminta untuk datang ke kantor polisi, kami akan di interogasi secara pribadi. Di ruang yang terpisah dengan Shane, dihadapanku ada beberapa polisi yang sudah siap memberi pertanyaan.

"Hei nak, pada malam itu kalian berangkat bersama?" tanya polisi

"Tidak, aku berangkat bersama Shane, Steve dan Casey sudah ada di dermaga," jawabku

"Kalian bertemu di dermaga?"

"Ya."

"Apa yang kalian lakukan saat di dermaga?"

"Aku melihat mereka ada di tepi dermaga, aku menghampiri mereka, lalu kami masuk ke dalam kedai."

"Apa yang kalian lakukan di dalam kedai?"

"Seingatku, kami memesan minum dan merayakan natal, kami meminum alkohol."

"Lalu?"

"Aku lupa pukul berapa, Ayah ku menelpon dan memintaku untuk segera pulang, karena di siaran televisi akan ada badai salju, aku mengajak pacarku untuk pulang, lalu kami mencari mereka untuk pulang. Kami mencari tidak ada, kami bertanya dan tidak ada yang tau dimana mereka, dan aku hanya berpikir jika mereka sudah pulang terlebih dahulu, bahkan kami sempat menelpon mereka, namun tidak ada jawaban," jawabku panjang

Setelah pertanyaan selesai, mereka melakukan cek pada ponselku, 15 menit kemudian mereka mengembalikannya. Aku keluar dari ruang interogasi dan Shane sudah menungguku. Setelah keperluan kami selesai, kami pulang.

Waktu berlalu, beberapa hari setelah insiden hilangnya kedua temanku. Saat ini aku dan Shane sedang berjalan menuju dermaga, tempat dimana terakhir kali kita ber-empat bertemu, kami berpencar untuk mencari apapun yang bisa membuat kami mendapatkan jalan untuk menemukan mereka.

Aku menghampiri Shane yang sedang melihat tepian dermaga.

"Shane," ucapku

"Ya?"

"Apa kau tidak merasa ini pencarian yang sia-sia?"

"Kenapa kau bilang begitu."

"Aku juga tidak tau, tapi malam itu badai sangat kencang, salju menutupi kota dengan tebal, jejak apa yang harus kita cari, kita harus membersihkan semua salju di kota? Atau menunggu musim semi untuk melanjutkan pencarian ini?" ucapku panjang

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Shane, ia hanya diam termenung setelah aku selesai bicara. Aku mengajaknya untuk pulang dan mengakhiri pencarian ini. Dua mahasiswa yang tanpa keahlian apapun, tanpa informasi yang pasti sudah putus asa dalam kasus ini. Mungkin banyak orang yang berpikir jika kami akan jadi seorang pahlawan yang menemukan titik terang dari insiden akhir tahun ini. Aku mengantar Shane pulang, lalu aku melanjutkan jalanku untuk kembali ke rumah.

SATU BULAN PASCA INSIDEN

Aku berjalan di lorong menuju kelasku berada, banyak pasang mata yang melihatku, sebuah pemandangan yang baru ku rasakan, entah apa yang ada di benak mereka, aku tak peduli.

Hari ini, setelah kelas usai, aku dan Shane menuju ke sebuah pemakaman, kami tak tahu apa isi yang ada didalam peti mati, nisan yang sedang ku pandang dengan nama terpampang Steve Zack, dan tepat di sebelahnya Levon Casey.

Mereka belum juga ditemukan, kasus ini sempat ramai menjadi perbincangan di media, bahkan FBI juga sempat turun tangan, namun sama saja, tak ada hasil yang bisa memuaskan untuk semua orang. Kedua orang tua mereka juga sudah mengikhlaskan, walau aku tau itu hanya dimulut mereka saja, hati mereka tak mungkin dengan mudah mengikhlaskan anaknya mati, apalagi mereka tidak dapat melihat jasad anak mereka sendiri.

3 tahun kemudian

Aku dan Shane masih bersama, kami bekerja disalah satu sudut kota, aku bekerja sebagai pelayan di kedai minum, dan Shane bekerja di toko roti. Hari ini tepat 3 tahun insiden Steve dan Casey hilang, dan ini akan menjadi natal ke-3 tanpa mereka.

Besok kasus ini akan ditutup oleh pemerintah kota, setelah dalam sekian tahun tidak mendapatkan hasil apapun.

Akhir hari ini, aku mengajak Shane untuk ke pemakaman, aku melihat kedua orang tua Casey sedang mengunjungi makam anaknya. Salju masih turun secara perlahan, aku berjalan mendekat ke arah mereka, dan bergabung untuk mendoakan Steve dan Casey.

0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang