Taruhan 01 : Hak dan Kewajiban

10 1 0
                                    

Praaanggg...

Terlihat seorang pria tua melempar piring yang berada di dekatnya, pria itu terlihat sedang berkelahi dengan istrinya tepat di meja makan.

"Mas...ingat mas. Ya Allah Gusti... ingat mas aku ini istrimu"

Wanita itu berusaha meredamkan emosi suaminya, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil, justru yang ia dapatkan malah pukulan tepat di wajahnya.

"Bangsat ! Berani banget ayah pukulin ibu" suara lantang itu memecahkan keributan yang sedari tadi mengganggu dirinya.

"Ayah nggak malu apa, minta uang sama ibu padahal ayah nggak pernah kasih nafkah ke ibu ?"

"Alana sudah. Dia itu ayahmu, nak..."

Mendengar ucapan ibunya membuat Alana tersenyum remeh.

"Dia nggak pantes disebut Ayah" ucap gadis itu sambil menunjuk ayahnya

"Kurang ajar! Ini yang di ajarin ibu mu, hah ?"

Ia mencoba memukul wajah istrinya karena merasa terhina atas ucapan putrinya sendiri.

Belum sempat ia melayangkan pukulannya, dirinya dibuat terkejut karena Alana melempar gelas tepat di bawah kakinya.

"Kenapa ?! Cuma ayah aja yang boleh ngehancurin barang ?" Tanya nya menohok

Pemandangan seperti ini sudah biasa ia lihat setiap hari, Ayahnya yang pengangguran dan gila berjudi memang hampir setiap hari ribut dengan ibunya.

Biasanya Alana tidak pernah menghiraukan keributan yang Ayahnya buat setiap hari. Tetapi, kali ini Ayahnya benar-benar keterlaluan.

"Bagi Alana, Ayah itu udah nggak ada!"

Mata Alana terlihat berkaca-kaca saat mengatakan itu. Tidak pernah terbesit dipikirannya kalau dia akan mengatakan hal semacam itu pada Ayahnya.

Hening, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut ayahnya. Keadaannya benar-benar sunyi, tak ada yang terdengar kecuali suara tangisan ibunya.

"Kalau memang Alana nggak mau liat ayah ribut terus sama ibu, berikan ayah uang 10 juta."

Tak tahu malu. Yaa, kalimat itu memang cocok untuk disematkan padanya.

"Ayah janji ini yang terakhir, setelah dapat uang 10 juta ayah pasti bakalan pergi"

Pria tersebut terlihat memohon pada putrinya, entah apa yang ia pikirkan sampai harus meminta uang pada seorang mahasiswi yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

Seorang ayah yang bertanggung jawab dan harusnya mencari nafkah bagi keluarganya benar-benar tidak ada dalam diri pria tersebut.

"Ayah tau. Waktu Alana masih SD, Alana pernah dapat tugas dari bu guru"

"...Hak dan Kewajiban. Alana masih ingat betul apa kata bu guru hari itu. Kalau Alana melakukan kewajiban Alana sebagai seorang anak maka Alana akan mendapatkan hak Alana."

"Waktu itu Alana berharap kalau Alana berbuat baik dan nurut sama ayah pasti ayah bakalan berubah dan sayang sama Alana. Alana belajar dengan giat supaya dapat peringkat dan perhatian ayah, Alana kerja bantuin ibu cari uang buat kebutuhan kita dan berharap ayah bakalan kasihan sama Alana trus bantuin Alana. Tapi apa ? Bukannya sadar, ayah malah semakin gila main judi, pinjam uang sana-sini dan akhirnya kita di kejar-kejar sama rentenir"

Pria itu hanya diam mendengarkan uneg-uneg yang selama ini dipendam oleh putrinya.

"Sekarang Alana semakin yakin kalau teori di sekolah itu nggak bisa di praktekan di keluarga kita yaa ?"

TaruhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang