Chapter 7, Done, [✓]
-Thrown into The Past-
Dalam larik cahaya bulan yang mengalir masuk.
Rupa orang itu terlihat sepenuhnya, membuat Hinata tampak terkejut. Merupakan seorang gadis, yang Hinata tebak seusia dengan dirinya. Lagi-lagi, bola mata mereka berwarna serupa. Tetapi gadis itu, mempunyai tatapan yang lembut tatkala mereka saling bersirobok.
"Si-siapa kau?" Gadis itu bertanya takut-takut. Berkebalikan dengan keberanian Hinata yang meluap-luap.
Hinata bergeming menatap tajam iris serupa miliknya. Mencoba menggali secuil informasi yang sekiranya bisa ia dapatkan tanpa dipinta.
Mata serupa, perawakan lebih tinggi, rambut gelap pendek sebahu, dan terakhir menggunakan pita satin ungu pudar sebagai tambahan aksesori di puncak kepalanya.
"Kau sendiri siapa? Kenapa mata kita sama? Wanita cantik yang tadi juga." Suara yang tegas dan menuntut.
"Ada yang datang! Cepat sembunyi," Gadis itu kembali menarik Hinata ke belakang pilar yang mampu menyembunyikan keberadaan mereka.
Terdengar langkah terseok dari wanita yang Hinata lihat pertama kali. Dia kepayahan memapah seorang lelaki pada pundak kecilnya.
Tangis sesenggukan turut bergema di sekitar koridor. Badan kecil wanita itu sempoyongan, namun tetap berusaha mempertahankan lilin menyala di tangannya yang lain.Lega tak terkira saat dia menghilang berbelok ke lorong sebelah kanan. Namun di detik berikutnya, terdengar lagi derap langkah baru dari arah sebelumnya. Napas mereka kembali tercekat ketika wanita itu seolah menyadari keberadaan orang lain di sekitarnya.
Mata tuanya menelisik sekitar. Merasa, memang ada sesuatu yang tidak beres. Dapat ia rasakan ada sosok yang tengah memperhatikannya dari balik salah satu pilar besar di koridor.
"Siapa di sana? Keluarlah sebelum aku berteriak memanggil penjaga," Instingnya bergerak liar. Tak sampai beberapa menit, Hinata muncul di hadapannya.
Nyonya Hinata?
Hinata menyeret langkah mendekat padanya. Pada wanita paruh baya yang malahan mundur terbelalak didera ketakutan. Di saat itu muncullah keisengan sang gadis,
"Booo!"
"Kyaaa!" Wanita tua yang malang. Lantaran kaget atau barangkali ketakutan, dia berlari terbirit-birit meninggalkan koridor tanpa menoleh ke belakang lagi.
"Tidakkah kau keterlaluan? Dia hanya orang tua," Gadis berambut pendek mencela.
"Ha ha ha, ayolah, aku hanya bercanda. Kau lihat tadi? Astaga, dia seperti melihat hantu. Wanita pertama lebih pemberani," badan Hinata ikut merosot bersandar pada dinding bersama gadis berambut pendek.
"Omong-omong, aku Hyuuga. Hinata Hyuuga. Kau ....?"
Gadis berambut pendek mengamati Hinata secara menyeluruh. Sedetik kemudian menerima uluran tangan Hinata untuk berjabat tangan.
"Kuakui, kau cukup pemberani. Panggil saja aku ... Ametis. Aku juga seorang Hyuuga, tapi maaf, aku tidak terbiasa mengenalkan nama asliku pada orang yang baru dikenal."
Suasana koridor yang gelap dan sunyi memudahkan mereka berinteraksi tanpa distraksi. "Aku lebih dulu tiba beberapa menit di sini sebelum kemunculanmu. Kurasa, aku tahu kita berada di mana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Epic Ending ✔️ [REVISI ✔️] || NaruHina
Fanfic[ Hinata Birthday Event 2022 : The Miracle is Falling ] Hinata tidak bisa mendeskripsikan hal aneh apa yang terkadang ia alami beberapa hari ini Itu hanya mimpi 'kan? Tapi, mengapa semua sungguh terasa nyata? Dan, kenapa pula ia harus repot-repot ik...