(1)

2 1 2
                                    

"Bila aku bisa memilih, aku tidak akan datang, sekalipun kalian bersujud kepadaku"

"

Alex!! Cepat bangun katanya ada latihan futsal?! N" Ucap seorang wanita paruh baya dengan tangan bersilang dada "Cepat sudah pukul 8 pagi" Sambungnya

"HAHH!!! 8 PAGI!??, Kenapa mama gak bangunin alex dari tadi sih?! Udah telat pergi ke sekolah , mana latihannya satu jam lagi nih.. Aduhhhh.... " Gerutu pemuda itu dari balik pintu kamar mandi. Belum sampai 5 menit pemuda tadi sudah keluar kamar mandi dengan rambut yang masih basah dan jangan lupa tak henti2nya menggerutu.

"Hahahahahahahha"

Terdengar suara tawa dari seorang pria paruh baya yang tak lain adalah ayah pemuda itu.
"Mama ini usil sekali sama ank sendiri?" Lanjut pria itu

"Habisnya dibangunin dari tadi susah, ya terpaksa deh,hahahah."

Pemuda itu tampak kebingungan dan lantas melihat jam di meja belajarnya yang ternyata masih menunjukkan pukul 6.15

"Ah... Paaa liat mama?!! "Rengek pemuda itu sembari bergelayut pada lengan sang papanya itu, yang tak habis pikir pasalnya anak sulungnya ini sudah berusia 17 tahun dn yang sebentar lagi masuk dunia perkuliahan. Kenapa sekarang tingkahnya seperti anak 7 tahun.

" Sudahlah ma jangan menggoda alex trus... Liat rengek annya seperti anak 7tqhun yang tidak dibelikan permen.

"Pa....!!!! " Kesal pemuda itu

"Hahahahahaha... " Pecah tawa kedua orangtua itu yang tanpa disadari ada sepasang mata yang memperhatikan kejadian itu dengan tatapan kosong dan penuh kehampaan.

"Aku juga ingin seperti itu" Gumamnya.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Diruangan sempit yang mirip seperti gudang itu tinggallah seoarang anak perempuan berusia 15 tahun yang setiap harinya menjadi tempat untuk ia tidur maupun belajar. Hanya beralaskan kasur tipis tak ada bantal ataupun selimut, tak ada meja belajar hanya ada lemari kecil yang menyimpan baju dan buku2nya berada.

"Kenapa aku dilahirkan jika keberadaanku hanya sebagai benalu untuk keluarga ku." Liriknya sembari melihat foto 3 orang yang sangat berharga baginya, yang tanpa ia sadari buliran air itu menetes membasahi bingkai foto yang menjadi saksi semua penderitaan yang ia alami dari sedari ia kecil sampai usianya yang sekarang

Tok tok tok

"Nona, bibi masuk ya? " Sahut wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan dirumahnya?

"Ah bibi Rexa, ada apa bibi? " Tanya anak itu sembari cepat-cepat menghapus sisa buliran air yang menetes itu.

Puk

Direngkuh nya tubuh rapuh itu yang berusaha menahan gejolak hatinya. "Tak apa nona, memang slah agar semuanya menjadi lega" Bisik wanita itu yang semakin membuat anak itu tak bisa lagi menahan is akan itu.

"Hikss... Hiksss bibi?apakah kelahiran Yve hiks... Sebuah kesalahan? Hiks huhu.. Apakah Yve anak yang membawa sial? "

"Tidak nona, tidak ada yang namanya anak pembawa sial, tidak ada anak yang lahir itu sebuah kesalahan, tidak. Semua anak adalah anugerah dari Tuhan" Hanya itu kalimat yang bisa wanita itu berikan, sejujurnya hati wanita itu juga terlampau sakit melihat nona kecilnya ini yang sedari belum lahir sudah tak dianggap keberadaannya karena sebuah kejadian tak terduga.
"Nona.. Nona percaya pada keajaiban kan?" Tanya wanita itu sembari mengusap air mata gadis kecil itu dan dibalas dengan anggukan

EPIPHANY "Love Yourself"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang