04; Sunset

1.1K 105 8
                                    

"apa?" Tanya Harry merasa kesal karena terus diperhatikan oleh Draco sedari tadi.

Sore yang cerah. Sesuai janji, sore ini mereka akan pergi ke sebuah pantai untuk melihat matahari terbenam. Keinginan Draco yang tentunya disetujui oleh Harry. Sudah lama mereka tidak pergi bersama setelah pertengkaran tidak terduga itu, namun sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk tetap bertengkar. Semua sudah baik-baik saja.

"kau terlihat... emm, apa ya?" Draco diam sejenak, memikirkan kata apa yang sekiranya cocok untuk menggambarkan penampilan orang dihadapannya, "indah, sangat indah." Draco mengatakan itu dengan ekspresi yang dibuat seakan dirinya sangat kagum pada Harry.

Tapi si pirang tidak berbohong saat mengatakannya. Meskipun saat ini Harry hanya memakai hoodie berwarna denim dengan celana jeans putih dan sandal selop putih juga, sebuah tas selempang kecil dengan warna senada yang melengkapi penampilan. Namun Harry terlihat sangat bagus, tampan, cantik, indah, menawan, dan entah kata apalagi yang bisa Draco dapatkan untuk menggambarkan bagaimana penampilan Harry dimatanya.

"Diam kau!" Jujur saja, Harry bukanlah tipe orang yang suka digoda, dirinya lebih suka menggoda. Tapi untuk beberapa alasan, dia lebih suka digoda, tapi hanya oleh Draco.

Tidak ada kecanggungan diantara mereka, seolah pertengkaran kemarin adalah mimpi buruk belaka.

Draco tertawa pelan melihat kelakuan Harry, kemudian memberikan sebuah helm untuk pemuda berkacamata itu kenakan, "pakailah, kita harus berangkat sekarang."

Harry mengangguk, menuruti perkataan Draco untuk memakai helm dan segera menaiki motor milik si pirang.

Perjalanan itu cukup memakan waktu, namun waktu yang terlewati tidak akan terasa jika kalian bersama orang yang kalian sayangi. Begitu pula dengan Draco dan Harry, yang mereka lakukan untuk mengisi kekosongan diperjalanan itu sederhana namun akan terus ada diingatan dan menjadi kenangan, untuk diceritakan kepada senja jika mereka sudah tidak lagi bersama.

Mereka akhirnya sampai di sebuah pantai yang tidak jauh dari kota, namun jarang ada yang orang-orang dari kota yang berkunjung ke pantai ini, hanya penduduk lokal. Pantai ini tanpa nama, letaknya sedikit jauh dari jalan besar dan tertutup oleh pohon-pohon liar yang tumbuh. Jadi, pantai ini masih terjaga kebersihannya.

Harry yang menemukan pantai ini, saat itu mobil keluarganya mogok di sekitaran sini. Dan menunggu sang ayah untuk memperbaiki mobil, itu membuatnya bosan, jadilah dia ingin berjalan-jalan sebentar dan mengambil beberapa buah berry liar yang tumbuh agak jauh dari jalan, dan akhirnya Harry malah berujung menemukan pantai berpasir putih yang masih sangat bersih di sana.

"Aku kagum kau bisa menemukan tempat seperti ini," Draco berucap seraya menatap lurus pada laut, kanvas tuhan kegemarannya. "Sangat indah dan tenang." Dia menutup mata seraya mencium aroma khas yang dikeluarkan lautan.

Sandalnya dia lepaskan, membiarkan kakinya terpendam oleh pasir putih nan lembut yang menyambut indera perasa nya.

Harry tersenyum menatap wajah putih pucat yang terlihat tenang itu, wajah yang kini terpapar sinar berwarna jingga sang mentari terlihat sangat indah. Harry sangat merindukannya.

Tidak ada percakapan diantara mereka, hanya suara deburan ombak lah yang menyapu indera pendengaran. Mata Harry terpejam, menikmati suara halus dan menenangkan yang ditampilkan oleh sang biru.

Matahari mulai terbenam diseberang sana, memancarkan warna jingga keemasan disekitarnya dengan burung-burung kecil yang mengitari. Sungguh pemandangan yang sangat memanjakan mata setiap orang yang melihatnya.

"Sangat indah," suara Harry memecahkan keheningan pandangannya masih terpaku pada lukisan indah yang diciptakan semesta. Namun setelahnya matanya terpejam menikmati hembusan angin yang menerpa.

Disisinya, Draco pun sama seperti Harry -yang mengagumi lukisan semesta- dia juga mengagumi sesuatu, yaitu wajah Harry yang bersinar dengan kilau keemasan yang dipantulkan oleh lautan, dia kembali jatuh pada pesona pemuda itu. Mata Harry yang masih terpejam membuat Draco lebih leluasa menatapi wajah itu. Angin pun dengan lembut menyapa rambut berantakan milik si pemuda berkacamata.

Harry membuka matanya perlahan, perhatiannya kini beralih pada pemuda pirang. Senyuman manis menghiasi wajahnya, "ingin bermain air?"

"Tentu."

Mereka menghabiskan waktu dengan tawa riang masing-masing, melepas rindu yang sudah menumpuk dari waktu yang lama. Bercerita tentang apapun yang ada dipikiran masing-masing, memanfaatkan kesempatan yang ada sebaik mungkin.

Kebahagiaan keduanya sederhana dan mereka menikmatinya.

"Terimakasih, Harry."

"Untuk?"

Draco kembali diam, belum ingin menjawab pertanyaan sang lawan bicara. Dia lebih memilih menatap lurus pada langit yang berada di atas lautan. Langit malam ini sangat indah, taburan bintang yang berpendar di sana menambah keindahannya.

"Semuanya."

Kali ini Draco memberanikan diri untuk menggenggam tangan Harry, mengaitkan jari-jari itu pada miliknya. "Aku ingin, kita selalu seperti ini," tatapan teduh Draco berikan untuk Harry.

"Kau tau seberapa indah dirimu, Harry?" Draco kemudian bertanya, setelah beberapa saat berlalu dengan keheningan dan suara ombak yang mendominasi.

Harry tidak menjawabnya dengan untaian kata melainkan dengan gerakan kepala, ia menggeleng pelan tanda tidak tahu-menahu dengan apa yang hendak dikatakan oleh Draco selanjutnya.

Draco tersenyum, "sebenarnya, aku juga bingung."

"Mengapa?"

"Karena kau terlalu indah untuk aku jabarkan hanya dengan kata sederhana."

Untaian kata yang keluar dari bilah bibir Draco mampu membuat Harry tertawa. Ia tertawa karena merasa malu, rona merah yang mulai muncul di diwajahnya tidak mampu Harry sembunyikan lagi.

"Sejak kapan kau menjadi penggoda ulung seperti ini?"

Draco tampak berpikir, arah pandangannya bergerak kesana-kemari. "Sejak aku mengenalmu?"

"Apa ini? Nada bicaramu tampak ragu."

Draco menggigit bibir bawahnya agar tidak tertawa, "boleh aku memelukmu?"

Kali ini, Harry sudah tidak bisa menahan senyuman yang muncul di wajahnya. Akhirnya dia mengangguk menyetujui.

Draco tentu saja tanpa basa-basi langsung merapatkan tubuh keduanya, "Aku sangat bahagia, terimakasih Harry."

"I love you, more and more."

Mereka saling mencintai, namun tidak saling mengikat. Baik Draco maupun Harry, mereka sama-sama tahu bahwa mereka hanya perlu ada untuk satu sama lain. Tidak lebih dari itu, mungkin mereka memiliki cinta namun dunia masih mempunyai norma.

Biarlah mereka bersama tanpa ikatan apapun, karena jika tuhan memang mengizinkan, mereka akan terus bersama sampai maut yang memisahkan.

-The End




Akhir yang bahagia untuk drarry!

Aku ucapkan terimakasih banyak buat kalian yang sudah membaca dan mendukung cerita singkat ini, meskipun masih banyak plot hole di dalamnya -karena aku belum pandai menulis- aku tetap senang karena kalian menyukainya.

Dan sampai jumpa di ceritaku yang lain ya.

Thanks ♡

One Day  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang