Markas

16 5 8
                                    

********************************

SELAMAT DATANG, READERS!

INI CERITA PERTAMAKU DI WATTPAD. SEMOGA KALIAN SUKA, YA!

SELAMAT MEMBACA, SALAM AKSARA!

*********************************

"Gue gak suka minum. Minum cuma buat otak makin gak waras doang! Tanpa minum aja gue bisa."
~ Zain El Nino 😎

"Sialan!!" umpat seorang remaja berjaket hitam dengan wajah penuh amarah.

Remaja yang baru datang di sebuah bangunan yang merupakan markas geng Golden Hawk itu langsung melempar jaketnya entah ke mana. 6 orang anak laki-laki kisaran umur 17 sampai 22 tahun yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing di situ pun seketika melirik si remaja yang melemparkan jaketnya.

"Lu kenapa, El? Berantem lagi sama bokap lu?" tanya remaja yang duduk bersender di tembok.

Tangannya menggenggam sebuah botol kaca berisi minuman yang memabukkan. Usai bertanya seperti itu, remaja yang kelihatan kacau itu langsung menenggak kembali minumannya. Sedang anak laki-laki bernama El yang baru datang itu langsung duduk saja tanpa menjawab pertanyaan dari temannya yang mabuk.

Zain El Nino hanya melihat suasana markas malam itu. Dua orang lainnya yang sibuk memainkan game online pun kembali fokus ke permainan mereka namun ikut menimpali.

"Halah! Pakai ditanya lagi! Si El kan memang tiap hari ribut sama bokapnya! Tiada hari tanpa perkelahian di rumah. Ya gak, El?"

"Betul banget! Kalo bukan masalah dengan anak geng lain, pastinya masalah keluarga yang bisa membuat seorang El marah besar. Hidup lu keknya rumit banget dah!" cibir seorang remaja yang agak bongsor dengan mata masih tetap mengarah ke ponselnya.

"Berisik lu pada! Bukannya menghibur gue malah ngatain doang!" bentak El yang kini menatap kosong ke arah depan.

Satu orang yang tengah asyik rebahan dan membalas chat dari seseorang acuh saja dengan keberadaan El. Sedang seorang lagi dengan badan penuh tato yang saat itu tak memakai baju dan lagi asyik main catur terpancing rasa penasarannya akan jaket yang dilempar El. Segera dia ambil jaket itu dan mengeceknya.

"Untung bukan jaket geng kita. Kalo lu melempar jaket kebanggaan Golden Hawk sembarangan kek gini, gue cabut posisi lu sebagai panglima perang dan gue bakal gantiin sama si Bogem!" ancam orang itu kemudian melempar jaket hitam milik El tepat ke kepala El.

Orang yang kelihatan paling berkuasa itu pun duduk lagi di posisinya semula dan berpikir terlebih dahulu sebelum menggerakkan bidak caturnya. El hanya menatap kesal dan memegangi jaket hitam miliknya.

"Lah napa jadi bawa-bawa gue si, Rey. Mana bisa gue jadi panglima perang!" ujar si pemuda bernama Bogem yang jadi lawan main catur Rey, ketua geng Golden Hawk.

"Dah diem lu! Itu hanya ancaman doang kali biar gue terlihat keren gitu," bisik Rey sambil memberikan kode.

"Oh oke siap, dah sekarang lanjut jalan."

"Ngomong-ngomong anak-anak yang lain pada ke mana? Tumben gak kumpul," tanya El penasaran.

Perasaannya yang tadinya gundah gulana itu berangsur membaik.
Si remaja yang tengah mabuk meletakkan botolnya kemudian menepuk El dan berkata, "Kayak gak biasanya saja lu! Mereka ada yang ke klub malam, ada yang asyik sama pacarnya di kamar hotel, dan mungkin ada yang sama kek gue terbang ke nirwana cuma di tempat lain!"

Usai berbicara seperti itu, remaja yang tengah mabuk berat bernama Joni itu langsung tergeletak di lantai samping tempat El duduk.

"Cih! Dah mau tepar saja masih sempat jawab," lirih El seraya menjauhkan tubuh Joni.

Sebuah bangunan kosong yang dijadikan sebagai markas geng Golden Hawk itu cukup jauh dari pemukiman warga. Ukurannya pun cukup untuk memuat 10 orang di dalamnya. Sedang di luar markas terdapat pelataran yang cukup luas untuk dijadikan kumpulan ke semua anggota yang berjumlah 27 anak. Ke semuanya pun masih berstatus pelajar di sekolah menengah atas kecuali ketua geng dan wakilnya.

"Sekakmat!" pekik Rey dengan lantangnya.

Terhitung sudah 3 kali Rey memenangkan catur saat melawan Bogem di malam itu. Rasa bosan mulai menyarang pada Rey. Remaja berumur 20 tahun dengan badan gemuk dan botak atas nama Bogem itu pun juga sebenarnya ingin mengakhiri permainan itu dikarenakan dirinya yang tak terlalu suka permainan yang menggunakan otak.

"Dah ah, gue nyerah! Ajak tuh El main! Kali saja dia bisa mengalahkan lu!" saran Bogem tanpa mau membereskan bidak caturnya lagi.

Pemuda berbadan besar kekar itu ikut rebahan bersama salah satu anak remaja yang sedari tadi memang sudah rebahan. Sedang Rey melirik ke arah El mengajaknya main catur.

"El, gaslah! Lu cukup bisa bermain catur, kan? Ayo lawan gue! Hibur gue malam ini!" tantang Rey dengan percaya diri yang tinggi.

El mengalihkan pandangannya ke arah Rey dan papan catur. El pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Rey yang sedang ditemani papan catur dengan setia.

"Main catur, ya? Boleh juga! Mungkin saja itu bisa sedikit mengubah suasana hati. Tapi akan lebih seru kalo ada taruhannya. Apa yang lu taruhkan, Pak Ketua?" ucap El mengajukan saran.

Si Ketua geng menyeringai. Tak lama setelahnya, Rey mengucapkan persetujuan atas saran dari El.

"Wah ini si bakalan seru sekali! Gue setuju, El. Langsung saja kalo gue menang dari lu, lu dilarang datang ke sini dan main di rumah saja sebagai anak baik-baik dalam waktu satu bulan. Tapi kalo gue kalah dari lu dan lu pemenangnya, gue akan sewakan wanita penghibur paling cantik malam ini juga buat lu!" tegas Rey kemudian tertawa.

Bogem yang mendengarnya langsung terperanjat. Sedang El bersikap biasa saja tanpa rasa khawatir sedikit pun justru malah tersenyum puas.

"Apaan nih! Saat lawan gue tadi lu tak menawarkan taruhan seperti itu?!" kesal Bogem.

"Ini ide dari El, bego! Lagian kalo pun kita taruhan seperti ini sudah pasti lu akan kalah berturut-turut. Itu tidak akan seru lagi." Seketika Bogem pun langsung terdiam lagi setelah mendengar penuturan Rey.

"Baiklah, gue setuju! Kalo gue menang lu harus rutin sewakan wanita penghibur malam buat gue seminggu sekali. Tapi kalo gue kalah gue akan nurutin ucapan lu barusan! Deal?" ucap El menahan girangnya.

"Deal!"

Pertandingan catur antara ketua geng Golden Hawk melawan panglima tempur geng tersebut pun dimulai. Beberapa anak lain yang berada di situ seperti Bogem, anak yang rebahan, dan dua orang yang masih bermain game online sesekali menonton jalannya pertandingan. Setelah cukup memakan banyak waktu, Rey tak menyangka dirinya akan kalah dari El.

"Haha duh tak sabar ingin mencicipi tubuh tante-tante lagi setelah sekian lama ini! Mana gratis pula!" kata El dengan gembira.

"Cih! Sialan!"

Tiba-tiba saja setelah pertandingan catur tersebut selesai, ponsel yang berada dalam saku El berbunyi. Diangkatlah dengan segera panggilan yang masuk. Terdengar suara orang dalam telepon mengatakan suatu kalimat tertentu dengan nada gelisah. Seketika hal itu membuat El mengubah mimik wajahnya karena khawatir.

"Oke oke, gue segera nyusul ke situ!"

*******************************

*Masih pengen tahu kelanjutan cerita babang El yang ban*sat gak nih??? Uppssss!!

The Golden HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang