Mamah Tercinta

14 1 0
                                    

"Mau senakal apa pun kalian dan segalak apa pun sosok ibu, tetap jangan pernah sekali pun durhaka pada beliau yang sudah mengantarkanmu melihat dunia baru! Ingat itu!"

~El mode sok bijak


Tak menggubris pertanyaan salah satu anggota DD yang menanyakan tentang orang gila siapa yang berani datang ke markas mereka sendirian itu, El kembali maju melawan kelimanya sekaligus. El lebih fokus menyerang kedua orang yang dalam kondisi mabuk itu. Salah satu dari mereka yang menggenggam botol kaca menyerang El dengan benda tajam tersebut. Untung El dapat menghindarinya.

Pertarungan semakin sengit. Bukan kaleng-kaleng kalau El mendapatkan pangkat Panglima Perang. Selain wajahnya yang cukup tampan rupawan dan selalu berpenampilan kece yang membuat para kaum hawa terpesona, El juga jago bela diri. Setiap ada event tawuran melawan geng lain atau anak sekolah lain, El selalu berada di garda terdepan dan memimpin anak-anak yang lain.

Dalam keadaan terkepung oleh lima orang, El tetap tenang dan masih bisa menyerang. Satu hal yang terus El perhatikan dari awal yakni jangan sampai dirinya tertangkap dan dipukuli habis-habisan. Saat kedua orang yang mabuk mulai lemah lunglai, saat itulah El gunakan kesempatan menumbangkan mereka.

"Aku harus secepatnya menyelesaikan ini!" batin El.

El sendiri cukup banyak membuang-buang tenaganya. Kini meski dirinya hanya melawan tiga orang saja, El mendapat luka pukulan dan tendangan yang cukup banyak di sekujur tubuhnya. Meski begitu, El tak sepengecut itu sampai harus lari terbirit-birit meninggalkan medan pertarungan. El terus bangkit dan bangkit lagi berapa kali pun dia jatuh. Sampai pada akhirnya ketiga orang sisanya pun dibuat pingsan oleh El.

"Sial! Cukup lama untuk menyelesaikan ini ternyata. Baiklah, hari ini gue akan pulang saja ke rumah dan langsung mandi terus tidur sampai siang," kata El seorang diri.

Penampilan kece dan rambut yang cukup panjang disempang kanan itu kini berantakan. Belum lagi pakaian yang dikenakan El terciprat oleh cairan merah yang keluar dari luka-lukanya. Dalam kondisi seperti itu, El langsung menuju rumahnya yang agak jauh dari markas geng DD.

Tepat pukul setengah 2 dini hari El sampai di rumah yang cukup megah milik orang tuanya. Sepanjang perjalanan sampai di perumahan elit begitu sepi. Kebanyakan manusia masih terlelap dalam buaian mimpi. Namun tidak dengan ibu El. Baru saja El membuka pintu masuk rumah dan melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua, ibu El menyambut hangat anak kandung semata wayangnya itu. Melihat kondisi El yang babak belur, ibu El yang bernama Laela langsung cemas dengan keadaan putranya itu.

"Eh kamu sudah pulang, Nak. Kamu habis berantem lagi ya? Kenapa babak belur seperti ini si, Nak? Kan Mamah sudah bilang jangan berkelahi lagi El," kata Laela seraya mengusap wajah El dengan lembut dan penuh kekhawatiran.

El hanya terdiam memandang sosok ibu yang sangat menyayanginya itu. Laela yang saat itu masih memakai mukena warna putih karena usai menjalankan sholat di sepertiga malam pun berkata lagi.

"Kamu duduk dulu, Nak. Tunggu sebentar ya biar Mamah ambilkan kotak obat untuk meredakan rasa sakit di lukamu."

"Iya Mah," lirih El.

Tak butuh waktu yang lama Laela segera mengobati luka-luka El. El hanya bisa meringis merasakan perih dan menatap ibunya penuh haru. Satu-satunya orang di dunia ini yang memang paling perhatian dan penuh kasih terhadap El tiada tandingannya.

"Orang itu dan dia sudah pergi sedari tadi kan, Mah? Atau malah lagi tidur di kamar?" tanya El tiba-tiba setelah mengamati keadaan rumah.

Ibu Laela seketika menghentikan gerakan tangannya. Raut wajahnya yang semula khawatir dengan keadaan kini menandakan kesedihan yang mendalam saat ingat kejadian beberapa jam yang lalu.

"Maksud kamu ayah dan saudara tirimu? Mereka berdua langsung berangkat ke luar kota usai kamu adu mulut sama mereka," jawab Laela.

El menghembuskan napas lega. Akhirnya dia bisa merasakan sedikit ketenangan di dalam rumah.

"Mamah kenapa masih mempertahankan orang seperti itu si? Bukannya lebih bahagia jika..."
Belum sempat El meneruskan kalimatnya, Laela langsung memotongnya.

"Cukup, El!"

El langsung terdiam mematung di sofa. Sedang Laela mulai meneteskan air matanya karena tiba-tiba ingat akan almarhum suaminya dulu, alias ayah kandung El. Melihat ibunya bersedih, El merasakan kesedihan juga. Dia langsung memeluk erat Laela dan berusaha menenangkannya.

"Maafin El ya, Mah. El masih belum bisa jadi anak yang sholeh dan berbakti pada Mamah," ucap El.

Entah kenapa dini hari itu hati El sangat tersentuh dan merasa bersalah pada ibunya atas semua yang telah dilakukannya selama ini. Alhasil sikap El yang tak biasanya tersebut membuat kesedihan Laela meredam. Isak tangis dan air mata berusaha Laela hentikan dan digantikan dengan candaan.

Laela melepaskan diri dari pelukan El seraya berkata, "Ih kamu kok bau banget si, nak! Kek belum mandi sebulan aja. Sana gih langsung mandi terus makan dan istirahat!"

El mengendus-endus jaketnya dan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Bau-bau gini masih banyak kok Mah yang mau sama El. Ibaratnya kalo sekarang yang mau sama El tu kek ngantre minyak goreng," ujar El sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Oh gitu, ya? Nyatanya sampai sekarang masih jomblo tuh! Sudah gih sana mandi! Anak siapa si berantakan banget!" berang Laela seraya menarik El untuk bangkit dari duduknya.

"Anak mamah dong!" tegas El kemudian berjalan naik tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Laela hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum sendiri melihat kelakuan anak kandung semata wayangnya. Laela melihat punggung El seakan dia melihat punggung suaminya dulu. Namun nyatanya waktu terus berputar dan tak bisa terulang kembali. Manusia pun hanya bisa terus melangkah maju dengan tetap berusaha bersyukur, sabar, dan ikhlas.

Setelah menaiki beberapa anak tangga akhirnya El sampai juga di kamarnya. Kamar di mana terdapat kamar mandi di dalam kamarnya itu cukup luas. El segera menuruti apa kata ibunya. Dia langsung mandi dan ganti baju lalu turun lagi untuk mengambil beberapa makanan guna mengisi perut. Setelahnya El tertidur pulas di ranjang yang hangat dan empuk sampai pagi.

Jam beker di meja samping ranjang El berbunyi tepat pada pukul 06.30 WIB. Saking berisiknya suara jam itu, langsung saja El matikan dan El pun kembali menarik selimut guna melanjutkan mimpinya yang terjeda. Namun 10 menit kemudian giliran jam alami yang berbunyi nyaring. Siapa lagi kalo bukan Mamah Laela yang senantiasa korupsi waktu saat membangunkan El?

“El!! Bangun, Nak! Sudah jam 7 tepat nih! Terus juga ada yang ingin berangkat bareng sama kamu nih!” teriak Laela di depan pintu kamar El seraya mengetuk pintu kamar.

Pura-pura saja El tak mendengar teriakan ibunya itu dan lanjut tidur. Namun setelahnya justru bukan ibunya lagi yang berteriak. El tahu persis suara cewek yang ikut membangunkannya itu.

“Ah, kampret! Kenapa dia terus-terusan datang ke sini tiap pagi, si?!” gerutu El terpaksa menyibakkan selimutnya.

********************************

~ Bejat-bejat tetap sayang sang ibu nih, El. Saluuutttt 😎

~ Hayooo.... siapa tuh cewek yang datang nyamperin El? 🤔😲

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Golden HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang