OO1.

86 12 0
                                    

"Gue percaya sama lo."
"Apakah gue harus percaya sama kata-kata lo?"

%%%

"Jev, Revan mana?"

Jevin yang sedang melangkah kearah tangga sontak menoleh pelan menatap si Bungsu yang memandang seisi rumah dengan bingung. Dengan setengah malas ia menjawab, "Revan lagi keluar, gak usah dicariin."

Nakala mengangguk pelan, kemudian segera berlari kearah dapur untuk memasak sesuatu. Meninggalkan Jevin yang kini diam ditempatnya berdiri, lupa akan tujuan sebelumnya, akhirnya memutuskan untuk mengekori Nakala ke dapur.

"Mau masak apa, Ka?"

Nakala yang sedang mencuci wortel pun menoleh lalu terkekeh, "gue mau masak soup buat makan malam, kita makan bareng-bareng ya? udah lama gue ga ngerasain makan bareng kalian."

Jevin menghampiri Nakala kemudian merangkul bahu sang adik. "iya nanti makan bareng, ajak Revan juga?"

"Kalau mau." balas Nakala singkat, masih fokus mencuci berbagai macam sayur-sayuran.

"Besok kita ke tempat Chandra?" tanya Jevin. Nakala menoleh lalu mengendikan bahu, ia lalu kembali fokus dengan masakannya.

Jevin menghela napas lalu melepas rangkulan itu, "gue ke atas dulu." Nakala membalas dengan anggukan tanpa menoleh ke arah Jevin.

Masih sibuk memasak, tak ia sadari pintu rumah terbuka, seseorang melangkah masuk dengan mood yang super berantakan. Tas yang digenggamannya jatuh dengan sempurna ke atas permukaan lantai yang dingin. Mengundang pekikan kaget dari Nakala yang sedang fokus dengan masakannya.

"Van?" panggil Nakala, sedikit berteriak. Namun nihil, tak seorangpun membalas seruannya.

Nakala membasuh tangannya, kemudian menghampiri ruang tamu. Dirinya yakin betul seseorang berada di sana.

Nakala sedikit mengintip kearah ruang tamu, dilihatnya Revan ada di sana, duduk bersandar pada dinding. Ia tampak sangat kacau, entah apa yang terjadi padanya.

Dengan setitik nyali, Nakala menunjukan eksitensinya, dengan lirih ia bertanya. "Van mau minum? capek ya?"

Revan diam. Ruang tamu mendadak terasa senyap dan hawa di sana pun perlahan berubah. Nakala meneguk salivanya, peluh membasahi tubuhnya, badannya menggigil, di bawah sana, jari tangannya tak dapat diam, kegelisahan itu datang lagi.

Nakala berdeham pelan, "em— ga perlu Van? yaudah gue masak dulu, ya." Nakala pun berbalik, baru saja kakinya akan melangkah, suara berat menahan pergerakannya.

"Gue udah bilang untuk selalu kunci pintu kalau cuman berdua di rumah, kan?" Revan beranjak dari posisinya, menatap punggung Nakala dengan tajam. Nakala tak bergeming, masih membelakangi lelaki yang berstatus sulung itu. "Jangan ngebelakangin gue, gue gak suka, Nakala."

Lama Nakala terdiam, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menuruti perkataan Revan. Dengan ragu ia berbalik, berhadapan langsung dengan Revan dengan muka yang memerah juga rahang yang mengeras. Nakala menunduk, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering, lidahnya terasa kelu untuk berucap bak satu kata pun.

Decihan terdengar dari lisan Revan, lelaki itu mengambil tasnya yang berada di atas lantai kemudian kembali berucap. "Kenapa sih lo ceroboh banget? Gue udah berapa kali bilang ke lo buat selalu kunci pintu kalau gue gaada di rumah, nggak denger ya, Nakala?"

Nakala memejamkan kedua matanya takut, dirinya ingin berucap namun rasanya sulit sekali. Nakala hanya dapat memejamkan mata guna meredam rasa takut yang tak dapat dibendung olehnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain Streaks ; Na Jaemin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang