Gelegar petir menyambar di langit yang basah. Hujan deras telah mengguyur bumi sejak siang tadi. Kini jam digital telah menampilkan pukul 11.57, tiga menit lagi untuk berganti hari.Taehyung masih mengerjakan makalahnya, hanya tinggal menyelesaikan bab penutup dan menambah daftar pustaka.
Tiba-tiba, ketukan pintu tidak sabar terdengar begitu keras. Derasnya hujan bahkan tidak dapat menyembunyikan sedikit saja suaranya.
"Taejin, kau brengsek! Buka pintunya!"
"Astaga..." Taehyung tidak pernah berpikir ada orang yang begitu tidak sopannya mengumpati kakaknya. Dia menyimpan pekerjaannya, lalu mematikan laptopnya. Toh, tenggat tugasnya masih minggu depan. Dia hanya tidak bisa tidur, karena itu memilih untuk menyelesaikan tugasnya.
"Taejin! Keparat!"
Taehyung sepertinya mengenali suara ini. Ini adalah—
"Taehyung! Buka pintunya, jangan coba melindungi kakak sialanmu itu!"
Dan, benar saja. Wanita tanpa sopan santun ini..... Taehyung dibuat menghela napas. Dia sebenarnya tidak ingin membukakan pintu, namun naluri kemanusiaannya tidak tega untuk membiarkan seseorang berada di luar rumahnya ketika hujan lebat.
Pintu dibuka. Menampilkan seorang wanita yang sangat berantakan. Rambutnya basah. Entah karena air mata atau air hujan, riasan wajahnya begitu kacau. Bibirnya yang sangat merah menggeram, menampakkan sedikit giginya yang putih.
Wanita itu terlihat bagai kucing yang terluka dan waspada. Dia menodong Taehyung dengan jari telunjuknya, "Katakan di mana Taejin! Aku akan membunuhnya hari ini juga!"
"Kakak sudah tidak tinggal di sini," jawab Taehyung dengan tenang.
Namun jawaban Taehyung tidak memuaskan wanita itu. Dia berjalan mendekat, tubuhnya yang basah membuat air menetes di atas lantai rumah. "Aku akan membunuhmu!"
"...."
"Huh!? Taehyung, aku tahu kau takut! Katakan di mana bajingan itu berada, aku akan mengampuni nyawamu!"
"...."
"Mengapa kau diam saja!? Jangan bermain-main denganku!"
Taehyung mendesah jengah. Wanita itu, berbicara pada sebuah gantungan mantel di dekat pintu masuk. Dapat dipastikan jika wanita itu tengah mabuk.
"Kau lebih baik—Ah, Jennie!"
Wanita bernama Jennie itu tumbang seketika. Pengaruh alkohol telah sampai di taraf maksimal, dia tidak mampu menahan kesadarannya lagi.
"Kau selalu membawa masalah saat datang." Taehyung menggumam, namun begitu serius mengatakannya.
Dia benci menyentuh Jennie, namun sisi kemanusiaannya tidak bisa membiarkan orang lain menderita. Dan dia tidak memiliki siapapun selain dirinya untuk mengurusnya. Maka Taehyung meraih tubuh wanita itu, menyentuh kulitnya yang panas bagai tersengat. Jennie demam tinggi. Entah karena hujan-hujanan atau hal lain, Taehyung terlalu malas memikirkan alasannya.
Dia membopong tubuh Jennie, membaringkannya di sofa ruang tengah tanpa peduli keadaannya yang basah. Wanita ini sakit, dan pakaian basahnya harus diganti. Tetapi Taehyung tidak sudi melakukannya.
Namun sekali lagi, rasa tidak tega menggelitikinya. Dia menghela napas, mencoba meraih kesabaran dari udara yang dihirupnya.
Mengambil selimut, Taehyung menutup tubuh Jennie kemudian mulai melepaskan pakaiannya satu persatu dengan penuh perjuangan. Taehyung sama sekali tidak melihat tubuh di balik selimut itu.
Pakaian luar telah tanggal. Untuk pakaian dalam, Taehyung tidak berani melakukannya. Dia merasa malu sekaligus jijik pada dirinya sendiri jika melakukan hal itu. Dia paling benci dengan hal mesum, karena itu dia tidak akan melakukannya meski karena terpaksa sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOODERIES [TN]
أدب الهواةTentang Taehyung, Jennie, dan kesalahpahaman. [ONE SHOT; TAENNIE]