28

449 40 18
                                    

Tok-tok-tok !

Tok-tok-tok !

Dita berdiri didepan kamar Jinny san mengetuk pintu tersebut berulang kali sejak sepuluh menit yang lalu.

Namun nampaknya ia masih harus tetap disana dengan kegelisahannya sebab tak satupun penghuni kamar itu yang kini membuka pintu.

Kedua gadis pemilik kamar itu, bagai hilang tanpa kabar.

"Hhh......"

Nafas berat menguar sebagai penutup dari usahanya itu.

Dita berbalik dengan isi pikiran yang carut-marut.

Dita POV

Apa yang terjadi dengan pacarku ?

Baru pertama kali rasanya aku melihat dia seperti ini.

Apakah benar aku telah berbuat salah yang sulit sekali ia maafkan ?

Tapi apa ?

Jinny tak memberi penjelasan apapun , dan aku merasa tidak adil atas itu.

Namun, kata-katanya yang menginginkan untuk berpikir dan mencari tahu sendiri, seperti tamparan keras pada diriku yang tidak memiliki kepekaan hati.

Kurasa itu benar.
Aku terlalu sinis dan apatis, sampai isi hati pacarku saja aku tidak tahu.

Jinny sangat memahamiku, bahkan tanpa perlu aku bicara.

Jinny cukup tahu apa yang kubutuhkan, bahkan sebelum aku mengatakan.

Lalu bagaimana atas diriku untuknya ?

Aku terlalu sibuk merengkuhnya, sampai acuh pada hal-hal yang menjadi keinginannya.

Dia menyukai lolipop, aku bahkan tidak pernah membelikannya.

Dia terlalu sering memakan ramyeon atau subway. padahal seharusnya aku bisa memasak untuknya.

Lantas bagaimana aku bisa memahami hatinya ? Jika tubuhnya saja tidak bisa aku jaga.

Bukankah seharunya aku juga merawatnya ?

Sebagaimana Jinny masih bisa memikirkan bagaimana aku pulang setelah pertengkaran kami, dengan menyuruh Zuu mengantarku dan memastikan aku baik-baik saja.

Dia begitu detail menjagaku , menghormatiku dan menghargaiku.

Sedangkan aku, apa yang sudah kulakukan untuk terus membuatnya nyaman ?

Aku hanya terus memproteknya dengan keposesifanku yang tidak masuk akal.

Huft....
Aku tidak bisa dia begini. tidak bisa.....

Sekarang dimana dia ?
Aku bahkan tidak bisa menghubunginya.
Dia mematikan ponselnya.

Kakiku lantas berjalan, menyerah untuk mengetuk pintu kamarnya.

Aku benar-benar suntuk sampai tidak tahu harus melakukan apa sekarang ?

Kuputuskan untuk kembali kekamar.
Segera ku menuju lift untuk turun satu lantai.

Ting !

Pintu lift terbuka, dan mengejutkanku dengan sosok yang tengah berdiri disana.

Lee min ho menatapku dengan sorot tajamnya yang seperti biasa.

Kuputuskan untuk tidak terusik tanpa reaksinapapun, aku hanya menunggu dia keluar. agar aku bisa segera masuk kedalam.

Namun seolah menantangku , pria itu tetap saja bediri disana.

Office In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang