Kesibukan

640 75 2
                                    

"Aku sedang di rumah sepupuku sekarang. Lain kali saja ya."

"Aku hari ini ada les matematika, jadi tidak bisa ikut."

"Ayah dan ibuku mengajakku jalan-jalan dan singgah di rumah makan nanti."

Fang menghela nafas ketika mendengar jawaban dari ketiga sahabatnya. Ia hanya ingin mereka semua berkumpul di taman dan mengobrol bersama, seperti biasa. Ia tak mencoba bertanya pertanyaan yang sama pada Boboiboy, karena tadi ia sempat melihat kedai Tok Aba padat dengan pembeli.

"Dia pasti sibuk." gumam nya, dan kemudian kembali menghela nafas, meninggalkan tempat itu.

"Sudahlah, Fang. Biarkan saja mereka. Kan sekarang kau punya aku. Ayo, ceritakan semua masalah mu padaku."

"Bukankah kaubilang kau tau segalanya tentangku? Jadi untuk apa bertanya lagi?" geram Fang.

"Sudah sewajarnya aku menanyaimu begini. Kita 'kan sahabat."

"....sahabat ya?"

°°°°°°°°

"Shadow In The Darkness"
Story by Lita _sama

Karakter milik Monsta sepenuhnya.
Saya hanya meminjamnya.
Tidak benar-benar terjadi di cerita aslinya.
Maaf bila terdapat beberapa typo.

~Happy reading~

°°°°°°°°

"Kapten Kaizo, apa kita tidak sebaiknya membiarkan Fang mendekati kita? Bukankah itu akan mempermudah kita mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Fang?"

Pemuda yang ditanyai itu pun terdiam sejenak. Manik delima-nya menatap lurus ke meja, dengan dagu yang ditopang oleh kedua ujung ibu jarinya.

"Boboiboy." panggil pemuda itu sembari membenarkan posisi duduknya, menatap intens remaja yang seumuran dengan adiknya.

"Yang terjadi pada Fang bukan masalah biasa. Firasatku mengatakan ini tidak akan berakhir baik. Jadi tolong jangan gegabah." ucapnya.

"Tetap saja. Cepat atau lambat Fang akan mulai tidak menyukai kami dan kemungkinan terburuk, dia bisa saja membenci kami." batin Boboiboy sambil mengusap wajahnya kasar.

✧✧✧

Hari demi hari, Fang jalani dengan kesepian. Hatinya kembali hampa dan kosong, sama seperti saat pertama kali masuk sekolah. Tidak ada teman, tidak ada tempat bercerita, dan tidak ada seorangpun yang mau bersamanya (lagi).

"Tch, kau ini. Aku 'kan sudah bilang, aku akan selalu bersama mu." suara menyebalkan itu muncul lagi. Tapi kali ini Fang tidak marah, karena hatinya benar-benar mati rasa. Berawal dari masalah sepele, kenapa malah jadi seburuk ini keadaannya? Entahlah, dirinya pun tak tau.

"Oy! Landak! Bu Rania memanggilmu dari tadi! Apa kau tidak dengar?!" teriak salah satu teman di sebelahnya.

"Heh, mungkin dia tuli, akibat membully Zey." ujar salah satu murid.

"Benar, Zey dan temen-temennya sampai takut datang ke sekolah. Mereka bahkan sampai absen dua hari." sambung siswa yang lainnya.

"Tch, mereka pasti menghilang untuk merencanakan sesuatu untuk ku. Dasar berengsek! Apa mereka tidak puas membuat hidupku berantakan?" batin Fang.

"Makan tu karma!" Dan berakhir dengan Fang yang disoraki oleh seisi kelas.

"Eh, sudah sudah!" lerai sang guru.

"Nah, Fang. Coba kau maju dan selesaikan soal nomor—"

"Tidak." jawab Fang dengan ketus, dengan wajah datar menghadap langit di luar. Suasana kelas pun hening seketika. Tak ada yang berani bicara saat melihat wajah sang guru memerah.

"Fang." semua murid pun memusatkan perhatian pada sang guru dan Fang. Sepertinya dia akan dapat masalah besar.

"Kau diskors selama seminggu!"

Fang yang memang sudah panas sedari tadi langsung berdiri dari tempat duduknya dengan kasar, menyandang tasnya dan keluar tanpa pamit. Membuat semua yang ada di kelas menatapnya risih.

"Aku benci semuanya."

✧✧✧

Kaizo kini tengah memandangi flashdisk berwarna putih di tangannya. Tidak ada apa-apa didalam flashdisk ini, hanya sebuah video glitch berdurasi lima detik. Dan lagi, siapa yang mengiriminya benda ini? Sudah berkali-kali ia memegang bahkan membolak-balikkan bingkai foto yang ia pegang minggu lalu.

Atau ini adalah sebuah isyarat?

Kaizo menghidupkan laptopnya dan mengecek kembali isi flashdisk ini. Butuh waktu berjam-jam hingga ia menyadari sesuatu.

Video itu menyembunyikan sebuah foto yang terlihat samar-samar karena efek glitch yang terlalu cepat. Untunglah Kaizo bukan seorang amatiran dalam hal teknologi.

Sedikit lagi, daann..

Mata Kaizo terbelalak sempurna kala mengetahui foto itu. Di matanya, itu adalah hal paling mengerikan yang pernah ada.

"Tidak mungkin.."




Hiruk pikuk masih menyelubungi sebuah wilayah yang sering disebut Pulau Rintis. Saat ini tepat pukul lima pagi, baru sebagian dari penduduk yang bangun dan mulai menjalankan aktivitas. Namun, kesunyian dan kedamaian di pagi yang cerah seketika berubah.

"GYAAA!!" Suara jeritan seorang wanita mengejutkan beberapa warga yang tengah beraktivitas, bahkan ada juga yang sampai terbangun dari tidurnya.

"Ada apa?" Tanya salah seorang warga yang tiba di lokasi.

"I- itu.. di sana.." wanita itu menutup dan memalingkan wajahnya sembari menunjuk ke arah jalan setapak yang kini telah berwarna merah pekat.

"Astaghfirullahalazim!" ucap beberapa orang. Yang hanya melihat dari balkon kamar mereka saja terkejut, apalagi yang melihatnya jelas di depan mata. Bahkan sampai ada yang hampir menangis saking ketakutannya. Apa yang sebenarnya mereka lihat?

"Su- sudah, a- ayo! Kita bawa dia ke rumah sakit terdekat! Mungkin nyawanya masih bisa terselamatkan. Ayo!" ajak seorang bapak tua pada semua warga yang berkumpul di sana.

Ya, yang mereka temukan adalah tubuh seseorang yang tergeletak di jalan dengan sekujur tubuh yang berselimutkan darahnya sendiri. Bau amis nan anyir menyeruak ke seluruh penjuru rumah yang berdekatan. Belum ada yang tau apakah orang itu masih hidup atau tidak, karena mereka terlalu panik dan langsung membawanya ke Hospital Pulau Rintis.

Pertanyaannya, siapa dia?

✧✧✧

TOK TOK TOK!

Pintu digedor berulangkali dengan kasarnya. Seolah sang pemilik rumah harus segera membukakan pintu. Sementara si empunya hanya diam berbaring di kamar, menutupi kepalanya dengan bantal seolah suara bising itu mengganggunya.

"FANG!!"

Sudah berkali-kali mereka memanggil-manggil nya, tapi Fang tetap bersikap tidak peduli. Bukankah itu yang selama ini mereka lakukan padanya? Salahkan ia melakukan hal yang sama?

"Ku mohon, Fang! Keluar lah! Demi kakakmu!" kali ini suara Yaya yang terdengar sangat lirih dari balik jendela kamarnya.

Tunggu! Kenapa harus bawa nama kakaknya? Sepenting itukah? Atau....

CEKLEK! BRAK!

Fang langsung turun dan membukakan pintu dengan kasar. Tidak, perasaannya jadi tidak enak sekarang.

"Ada apa?" tanya Fang, datar namun tersirat kekhawatiran.

"Fang... kakakmu..."




BERSAMBUNG...

🥀Orang-orang tak menghargai milik mereka hingga kehilangan semua🥀

Shadow In The Darkness [Fang Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang