Aku kini tengah berlatih bersama ayah. Berkali-kali aku selalu gagal, namun ayah tak lelah mengajariku.
Sedikit perkembangan untukku. Awalnya aku hanya bisa berpindah tempat sejauh 3 kaki sekarang menjadi 5 kaki. Aku juga bisa menghilang sekitar 10 detik.
Aku memberi tau ayah bahwa aku bisa berbicara dengan hewan, hal itu membuat ayah senang terutama ibu.
Aku duduk di kasur sambil memangku gitar. Hari itu aku gagal masuk audisi karna kurangnya kemampuanku dari peserta yang lain.
Aku mendengarkan lagu dan mencoba nada seperti itu. Aku sedikit bisa tapi masih belum terdengar lembut.
Setengah jam berlatih bernyanyi, ibu memanggilku. Aku meletakkan gitar dan menghampiri ibu, sesekali aku berpindah tempat atau sebut saja teleportasi.
Ibu menunjukkan sebuah piano. Aku tentu saja senang. Sudah lama aku menginginkan piano, bahkan aku telah mempelajari bermain piano.
Ibu mempersilahkan ku untuk mencobanya. Aku duduk dan mulai memainkan piano.
Saat tengah asik bermain piano, bel rumah berbunyi. Ibu pergi untuk melihatnya dan kembali bersama Tye.
Aku tersenyum senang saat Tye datang."Kau mau ikut ke xall?" ajak Tye, dan aku langsung mengangguk senang.
Sekarang aku dan Tye berada di dalam xall yang begitu megah. Aku ingin membeli pakaian baru dan bahan makanan.
"Hei Tye, kamu rasa kita akan lolos ujian masuk?" Tye tersenyum lebar.
"Tentu saja!!" ucapnya dan menarikku menuju toko es krim.
"Kau tau tidak?!" aku menoleh kearah Tye menunggu kelanjutan ceritanya. "Katanya cewek yang melukaimu beberapa hari lalu, ternyata dia hanya berbohong kalau Ron dan dia berpacaran. Dia juga melakukan itu agar mendapatkan teman, tapi dia keterlaluan juga sih, pantas saja tidak mempunyai teman!! Aku juga terkejut saat Ron bilang tidak menyukainya, itu benar-benar sangat menusuk!!" Tye bercerita tentang Ron sampai kami tiba di rumah dia tetap saja melanjutkan ceritanya tentang Ron melalui ponsel.
Aku menghela napas lelah. Aku membaringkan tubuh di kasur. Cerita Tye mengingatkanku kejadian beberapa hari yang lalu itu.
Rasanya jantungku berdetak lebih cepat, apakah ini tandanya aku hidup? Aku mengingat wajah Ron yang mengompresiku.
Wajahnya yang tampan apalagi dari jarak sedekat itu. Hidung mancungnya, bibirnya yang tipis dan pink.
Ehhh!! Apa yang aku pikirkan!!
Aku menepuk pipi agar berhenti memikirkan Ron.
Aku meraih tas belanjaku dan mengeluarkan sebuah novel.Aku mulai membacanya dan tak terasa sudah jam 12 malam. Aku segera bergegas untuk tidur.
Disaat aku telah nyaman dengan kehangatan selimut dan hampir memasuki dunia mimpi, ponselku terus berbunyi.
Aku menarik napas kesal. Jika itu adalah Tye aku akan memarahinya. Aku meraih ponsel dan melihat nama yang tertera.
Ron.
Kantuk ku seketika hilang dan aku buru-buru mengangkat teleponnya.
"Kau dimana?" tanya Ron tanpa basa basi. Aku mengerjapkan mata bingung, dan ingat betapa kesalnya aku.
"Tentu saja di kamar dan seharusnya aku sudah tidur!! Kau ada apa menelpon tengah malam ha?!" ucapku emosi.
Ron berdeham kemudian telpon mati. Aku melongo dan menahan ledakan amarah. Aku mengambil bantal dan menumbuk bantal tak berdosa itu kesal. Membayangkan itu adalah wajah Ron.
"Kau menyebalkan!! Kalau hanya menanyakan itu untuk apa harus tengah malam begini!! Dasar keparat!! Menyebalkan!! Semoga hidupmu sial!! Kau sangat menye-" aku berhenti mengumpat saat mendengar seseorang berdeham. Aku menoleh dan menemukan Ron tengah menatapku.
Sialan.
"Kau tidak sopan sekali, Ron!!" ucapku. Hei lihatlah aku! Baju tidur dengan dua kancing diatas terbuka. Rambut berantakan, dan lebih parahnya lagi wajahku entah seperti apa.
"Aku butuh bantuan kau!" Ron melempar sebuah koran kearahku. Aku membacanya dan kemudian menahan tawa.
Ron parker gay? Begini tanggapan gadis-gadis.
-yah aku merasa dia gay sih. Karna dia tidak pernah terlihat bersama cewek.
-aku pernah memintanya untuk menjadi pacarku, tapi dia menolak ku begitu dingin.
-aku selalu melihatnya bersama cowok.
-aku rasa dia gay karna tidak ada cewek yang menarik baginya.Masih banyak lagi komentar tentang Ron. Aku sekilas menatap Ron, lihatlah wajahnya begitu kesal.
Aku percaya Ron bukanlah gay, tapi membayangkan Ron seorang gay mengerikan juga.
Aku menghela napas. Ron butuh bantuanku dan aku tau dia tidak akan mau ada penolakan.
"Baiklah Ron aku akan membantumu, tapi sebagai gantinya kau harus membantuku mencari twilight!!" Aku melipat tangan di dada, tak lupa wajah angkuh.
"Itu saja?"
Hah? Itu saja?
Aku kaget dan tampak berpikir lagi.
"Kau harus mentraktirku!!" ucapku dan Ron mengangguk setuju.
Kemudian Ron mendekat, aku mematung. Ron merapikan rambutku yang kusut. Aku menunduk tak berani menatap Ron. Ron menepuk kepalaku pelan."Anjing pintar!!" ucapnya kemudian menghilang. Aku yang baru saja salah tingkah, menjadi kesal sekali. Aku menahan malu dan kembali tidur.
"Aku harap ini hanyalah mimpi!!"
Tapi kejadian itu bukanlah mimpi. Sekarang pagi-pagi buta Ron datang untuk mengajakku ke xall. Ron membelikan baju couple, agar terlihat seperti sepasang kekasih. Ron sangat detail mengatur semua ini, yang menurutku berlebihan.
Ron tak lupa mengajak untuk makan. Aku tidak tau bahwa akan ada wartawan disana. Mereka langsung menyerbu, dan mewawancarai Ron, aku langsung menyembunyikan wajah dibelakang Ron.
Ron memberikan sebuah masker dan kacamata hitam, aku menerimanya lantas memakainya."Apakah dia pacar anda?"
"Bisakah anda perkenalkan pacar anda kepada publik?"
"Sudah berapa lama kalian berpacaran?"
Aku sedikit mundur saat disorot kamera berbentuk kupu-kupu. Ron menarik ku keluar dari kerumunan, sesaat aku melihat cowok yang tidak asing.
Ron memanggil burung phoenix