إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Masih jelas teringat langit hangat yang menyambut Guzel pada hari itu. Hari dimana pertama kali Guzel beserta keluarga sampai di tanah suci. Senang, haru, tangis menjadi satu. Allah memang maha baik, memberikan kesempatan kepada Guzel di waktu yang tepat.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Beberapa jam sebelum keberangkatan
"Mah aku senang banget.. sebentar lagi mah.."
"Alhamdulillah ya, Allah memang benar-benar memampukan orang yang akan berangkat. Masyaallah" Ucap mamah Guzel sembari mengusap rambut anaknya.
Guzel memang dari dulu sangat dekat dengan mamahnya, tak peduli bila terlihat manja oleh orang lain di pelukan mamahnya.
Pada dini hari, akhirnya Guzel dan keluarga (mamah dan kakaknya) sampai di bandara Soekarno Hatta. Disana mereka masih sempat untuk beristirahat terlebih dahulu di lobby bandara, sembari tersenyum melihat jamaah lainnya yang berpamitan dengan keluarga besarnya. Sepanjang menunggu, Guzel menghabiskan waktu untuk chit chat bersama kakak kesayangannya dan berdzikir di dalam hati berharap agar hal-hal baik terus mengikutinya.
"Rindu sekali hati ini, perjalanan spiritual ini benar-benar seperti pulang ke rumah rasanya. Padahal aku sama sekali belum pernah kesana" dalam hati Guzel.
Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya Guzel dan keluarga mendapatkan tiket keberangkatan beserta ID Card yang menjadi penanda mereka berada dalam peserta travel. Nomor seat yang mereka dapatkan ternyata tidak berdekatan, mereka tidak bisa duduk bersebelahan namun tetap mencoba ikhlas atas apa yang telah diatur.
Ternyata benar, Allah mengatur sedemikian rupa agar Guzel duduk bersama sosok orang yang sangat masyaAllah. Beliau adalah CO-Founder sekaligus CEO dari perusahaan travel tersebut. Guzel biasa memanggilnya "Pak Ustadz", yang ternyata satu jurusan kuliah dengannya. Guzel dapat melihat sosok almarhum papahnya dari beliau. Yap, almarhmum papah Guzel sudah lama meninggalkannya pada 17 November 2020 tepatnya 9 hari sebelum Guzel menginjak 17 tahun, dan saat itu Guzel senang sekali bisa mendengar wejangan dari Pak Ustadz yang kurang lebih mirip dengan almarhum papahnya. Sekitar 10 jam perjalanan Guzel berbincang dengan beliau, dari yang fokus mendengarkan hingga yang Guzel bisa hanyalah menahan air matanya yang sudah membendung.
"Kamu mau tau ngga kenapa bapak B.J Habibie sangat amat cerdas?"
"Kenapa emang Pak Ustadz?"
"Yaa.. beliau mengamati dan mempelajari orang-orang Yahudi yang sangat pintar dalam mengemban ilmu, ternyata mereka semua selalu mandi sebelum waktu subuh dan beribadah dini hari.. Jadi kalau kamu ingin cerdas dan dilancarkan ilmu nya sama Allah, mulai kebiasaan baik contohnya ya seperti itu.."
Seketika Guzel teringat dengan almarhum papahnya lagi, bagaimana tidak.. papahnya setiap hari selalu melakukan hal tersebut sebelum berangkat kerja, bahkan masih sempat untuk berkunjung ke mushola dekat rumahnya untuk menyalakan lampu-lampunya yang bahkan Guzel sendiri tidak tahu hal itu. Sedih sekali rasanya Guzel mengetahui hal tersebut dari tetangga sekitar setelah papahnya berpulang..
...
Air mata Guzel akhirnya meledak ketika pesawat landing di Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz-Medina. Kota suci kedua setelah Mekkah.
"Alhamdulillah yaAllah makasih yaAllah" sembari mengusap air mata yang sudah membasahi wajahnya. Pa Ustadz hanya tersenyum melihatnya.
Guzel dan keluarga kembali bersama ketika turun dari pesawat. Mengurusi semua urusan imigrasi. Dari bandara ke hotel masih sekitar 20 menitan, mereka perlu menaiki bis untuk sampai disana. Tak henti Guzel bersama keluarga melihat suasana yang pertama kalinya bagi mereka, apalagi ini merupakan pengalaman pertama mereka keluar negeri. Sungguh nikmatnya langsung diberi kesempatan untuk sampai di Madinah.
" لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ بِيَدَيْكَ لَبَّيْكَ وَالرَّغْبَاءُ إِلَيْكَ وَالْعَمَلُ "
" Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu dengan senang hati. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Segala harapan dan amalan hanya untuk-Mu "
Kalimat talbiyah yang terus terucap dalam mulut Guzel, kakaknya, dan ibunya. Sepanjang perjalanan mereka bertiga hanya memandang satu sama lain dan tersenyum, lalu membalikkan pandangannya lagi ke kaca bis yang dinaikinya sembari memegang hanphone untuk tidak mau ketinggalan momen tersebut. Momen yang belum tentu akan terulang kembali.
"Masyaallah, Masyaallah Tabarakallah.. makasih ya Allah. Allah maha baik"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Penuh Makna [ON GOING]
Teen FictionMasyaallah, Masyaallah Tabarakallah ya Allah! Hanya itu yang terucap dari benak Guzel dan terus berulang dalam hati. "Andai saja papah melihat semuanya bersamaku dan bertemu sekaligus chit chat dengan insan baru dikehidupanku pasti papah akan sanga...