Di Ujung Cumbu Laut

5 2 0
                                    

Laut, juga para wanita menawan, seperti kotak musik antik,

Dengan hiruk pikuk sutra-sutramu yang selaiknya kepakan camar,

Menari-nari dan berputar,

dan debum kurva nadimu yang berirama,

Naik-turun, dan meliuklah!

Para wanita menawan akan berpose; dengan senyuman yang penuh oleh gincu-gincu tebal!

'jangan-jangan-janganlah bersedih', begitu irama yang kudengar dari tubir-tubir mereka,

Dalam kidung-kidung yang disetel dari kotak musik antik,

Ada sebuah cerita rakyat yang legendaris, ini dari negri 1001 dongeng ajaib, kata kimpoidra itu,

Seperti para ikan duyung dengan ekor berwarna-warni, demi memikatmu;

      Buaian nikmatnya akan menenggelamkanmu ke dalam lekuk indah tubuhnya yang telanjang di selimuti ombak-ombak begawan, dan ekornya yang aduh, indah tak terpatri, namun sayangnya yang ini tak bisa kau masuki! kidung-kidung para duyung yang bagai legenda itu akan bersimfoni melalui embus nafas air laut, mereka bernyanyi selayaknya orkestra klasik di berbagai sudut terjal karang selayaknya jalang-jalang untuk merayumu memasuki kubikel mereka, lalu mematahkan kapal kayumu yang rapuh dan akan membuatmu jatuh cinta kepada kelopak mata ikan yang bergairah itu.

Ataulah seperti para bajak laut berwajah sangar dengan satu tutup mata;

     Dengan tangan kekar dan kasar mereka mengambil sampanmu yang hanyut kepada seloroh-seloroh ingar bingar laut biru. Mereka kanibal! kononnya, dengan ceruk mata yang dalam, hidung bengkok dengan ujung kemerah-merahan, serta paras wajah penuh dengan bintik-bintik hitam, mereka akan menundukkan laut, para naga berlumuran darah, atau troll-troll dengan kaki berjamur, oh! juga para centaurus dan goblin! supaya tunduk dibawah kakimu jika kau berhasil membuat jatuh cinta kepada salah satu diantaranya. Para bajak laut akan menyuguhkan gelora asmara di ranjang didalam kabin kapal hingga subuh menjelang, dengan dahsyat dan bergairah--tentunya--seakan-akan mereka hendak memeragakan ombak-ombak yang selalu menerjang dengan pongah.

Ataulah seperti kisah para peri laut--yang berteman dengan para ikan duyung tentunya;

     Gemericik sayap mereka yang tampak rapuh tentu akan menipumu, orang bilang mereka tinggal di dalam perut ikan paus, dan akan merawat laut ketika subuh menjelang. Mereka akan berterbangan kesana kemari, melahirkan ombak-ombak ganas hanya dengan sebuah ciuman bergelora dengan tubir laut, kepakan sayap merekapun dapat membelah laut hanya dengan sekali kepak. Para peri laut memberi makan ikan dengan daging-daging para bajak laut yang telah karam, juga menghidupkan kembali terumbu karang yang tak sengaja tergerus pukat-pukat bajak laut yang tidak sopan itu(karena itu para peri laut marah). Tapi jangan tertipu! gigi mereka setajam megalodon, dengan senyum semanis para peri di dunia dongeng, namun cakar peri laut sungguh mematikan, mereka akan merayumu habis-habisan ditengah laut memang, hingga nafsu para peri terpuaskan dan kau akan segera dibuang karena tak lagi menggairahkan. Para peri akan kembali kedalam perut ibu paus ketika matahari hendak terbenam.

Jadi, kidung manakah yang hendak kau setel pagi ini?

Zeus dan para selirnya berpesta anggur dan daging panggang,

sembari tertawa ke arah selat bosporus dan antek-anteknya,

Lalu nyanyian kotak musik antik merambat perlahan dari kejauhan,

Merintih dalam senyap,


dan kita,

Dari ujung balkon bertubir ubun-ubun lelautan,

Saling memadu kasih dan memaku pandang, pada sekelebat angin yang tak berkesudahan.





Diujung sayapmu, pada tanggal kelahiranmu, dan bulan kesayanganku, tahun ketiga.

Kutunggu kau diujung waktu, dan juga cumbu tubir laut.

-P.M- 



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Palung dan MarianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang