1 - Berbeda

21 2 0
                                    

*Cklek...
Seorang anak lelaki membuka pintu rumahnya dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tak lupa ia mengucapkan selamat tinggal dan meminta izin kepada ibunya.
"Dah, ma. Aku ke sekolah dulu."
"Sampai jumpa."
"Oh iya, boleh aku pergi ke taman untuk bermain sepulang sekolah nanti?"
"Boleh saja. Hati hati, ya."
"Ya."

Setelah itu, ia langsung pergi keluar dan berjalan kaki menuju sekolah. Sekolah dan taman tersebut hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya yang terletak ditengah kota. Dengan senang ia berjalan menyusuri trotoar jalanan sambil menghirup udara pagi.

07:30
*Kriiing!
Bel sekolah berbunyi menandakan mulainya pelajaran. Semua murid termasuk anak itu bergegas masuk ke kelas. Selagi para murid duduk dengan resah di bangkunya, anak itu duduk dengan tenang selagi memikirkan apa yang terjadi. Ia pun bertanya kepada teman sebelahnya.

"Ada apa?"
"Kamu gak tau? Sekarang kan jam matematika."
"Matematika?"
"Ya!"
"Oh... tapi-"

"Selamat pagi anak-anak! Mari mulai pelajaran hari ini." Bu guru memasuki kelas itu sambil berkata tegas. Murid-murid itu merasa tegang dalam hatinya.
"Aduh..."
"Hiiiiii..."

Sementara itu, anak lelaki itu tetap duduk dengan tenang karena tidak ada pelajaran yang ia takuti sama sekali. Akan tetapi, dia tetap rendah hati di kelas dan berusaha untuk menyembunyikan kelebihannya itu.

*Sret... sret...
Bu guru menuliskan suatu persamaan di papan tulis. Suara kapurnya bagaikan goresan cakar di telinga mereka. Setelah beberapa lama, guru tersebut mengatakan, "Adakah yang bisa menyelesaikan persamaan ini?"

Ketika murid lainnya berusaha memikirkan jawaban atau pura-pura tak mendengar, anak lelaki itu langsung maju ke depan dan menjawabnya dengan cepat.
*Sret... sret...
"Maka nilai x adalah 4." Jawabnya dengan percaya diri.
"Tepat sekali. Silahkan kembali ke bangku," Tutur bu guru.

Setelah melihatnya menjawab pertanyaan guru matematika, murid lainnya merasa kagum dengannya. Tak sedikit juga yang merasa iri terhadapnya. Lalu seorang anak perempuan yang duduk dekat dengan bangkunya bertanya kepada anak itu.
"Kok bisa kamu jawab cepat?"
"Ya... itu memang kelebihanku saja sih, hehe."

Disamping pembicaraan itu, seorang anak merasa iri dengannya karena ia dapat berbicara kepada anak perempuan tanpa dijauhi. Dalam hati, terpikir sesuatu yang akan ia lakukan padanya.

12:00
*Kriiing!
Bel sekolah yang kedua menandakan jam makan siang. Semua murid berhamburan ke cafetaria untuk makan siang bersama. Setelah makan siang, pelajaran berlanjut hingga jam 3 sore.

Anak itu membuka bekalnya.
"Ikan asin... lumayan."
Disaat ia akan memakannya, anak yang tadi mendengar pembicaraannya tiba-tiba mengejeknya.

"Alien!"
"Apa?"
"Lihat, dia bisa hafal semua rumus mtk di muka bumi."

Beberapa temannya tertawa mendengar hal itu. Anak itu merasa tak enak mendapat sebutan itu darinya, namun ia hanya bisa diam sambil memakan bekalnya dengan pelan. Sesudah jam makan siang berakhir, bekalnya masih tersisa.

 15:00
*Kriiing! Bel sekolah yang terakhir memberitahu waktunya pulang. Diluar sekolah, beberapa murid membeli jajanan, bermain di taman, atau hanya menunggu untuk dijemput orangtuanya. Sesuai izin dari ibunya, anak itu boleh pergi ke taman sepulang sekolah.

Saat anak itu pergi ke taman, dia melihat seekor kucing yang sedang berkeliling mencari makan. Mengingat bahwa bekal ikannya masih bersisa, ia mendekati kucing itu sambil menawarkan sisa bekalnya.
"Halo. Kau mau ini?" Katanya sambil menyodorkan ikan asin itu.
"Miaw." Kucing itu lalu mengendusnya dan memakannya dengan lahap.
"Sepertinya kamu lapar ya... haha."

"Hey, tangkap!" 
Sementara itu, beberapa anak sedang bermain tangkap bola didekatnya. Saat mereka sedang asik bermain, satu anak melihat hal yang dilakukan anak itu.

Mengapa Aku Menjadi Kucing?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang