Andira mengerjap mata beberapa kali untuk menyesuaikan retna matanya dengan cahaya lampu kamar. Lalu, perlahan terlihat punggung laki-laki dihadapan sebuah meja yang berada didepan kasur yang ia tiduri, punggung yang asing --- aneh. Siapa laki-laki ini?.
"Sayang?" Andira membelalak saat sebutan itu keluar dari mulutnya sendiri, laki-laki yang disebut 'sayang' itu menoleh.
"Udah bangun? Gimana badannya? Udah enakan?." Andira berulang kali berusaha untuk mengingat-ingat siapakah laki-laki didepannya ini? Wajahnya jelas sekali --- tampan.
"Pertanyaan nya banyak banget, peluk dulu..." laki-laki itu tertawa kecil lalu berjalan mendekati, tangannya membentang lalu membawa Andira kedalam pelukannya yang hangat dan nyaman.
"Feeling better, hm?" Tanya laki-laki itu. "A lot better." Andira menjawab seraya mengecup singkat pipi laki-laki itu.
Sumpah, Andira sendiri bingung kenapa dia berbuat demikian. Badannya tidak bisa ia kendalikan, begitupun dengan apa yang akan keluar dari mulutnya.
Siapa laki-laki ini?.
"Mau makan dulu? Aku udah siapin bubur, habis itu baru minum obat." Laki-laki ini punya satu hal yang dapat Andira pastikan buat dia tidak bisa alihkan perhatian dari dirinya --- senyuman manis.
Walau terlihat seperti laki-laki yang kurang perhatian dan terkesan dingin juga cuek, suasana yang dia berikan sangat jauh dari penampilannya --- Andira suka.
"Aku belum lapar, hun. I'd rather spending my day on this bed with you today, hehe.." jawaban Andira buat laki-laki didepannya menggeleng tanda tidak habis pikir. "Kamu tau bisa sakit gini karena magh kamu kambuh kan, sayang?. I don't wan't to see you in pain one more time, nurut ya?." Akhirnya Andira hanya bisa mengangguk pasrah dan mengekor laki-laki didepannya yang keluar menuju dapur.
Tunggu.
Ini bukan rumah Andira. Jadi, Rumah siapa? Rumah milik lelaki ini, kah?. Hubungan mereka apa? Kok bisa jadi satu atap? Tolong, selamatkan Andira dari situasi ini.
"Besok izin dari kerjaan dulu, kamu masih belum sembuh total, ayo makan dulu." Andira cuma bisa mengikuti suruhan laki-laki tampan ini, makan suap demi suap bubur buatan orang tidak dikenal yang tidak terduga enak.
Tapi, tunggu.
Izin dari kerjaan? Dia sudah bekerja? Bukannya dia masih siswi kelas 3 SMA? Sebenarnya apa-apaan ini semua?.
"I love you, dira. You know it, so take care of yourself well." Andira terkejut dengan ucapan tidak terduga dari laki-laki didepannya yang sedari tadi hanya mengamati dia makan.
"I know, i'm sorry. So stop looking at me eating like that and let's eat together."
"Suap." Andira tertawa liat bagaimana laki-laki didepannya buka mulut untuk menyantap bubur buatan dirinya sendiri dari tangan Andira.
Akhirnya, mereka berdua makan bersama dengan Andira yang ujung-ujungnya cuma menyuapi makanannya sampai habis kepada lelaki itu, Andira benar-benar tidak lapar.
"Wanna go to our bedroom and spend the day like you said before?." Ujar lelaki itu sambil mengusap pucuk kepala Andira, "yes!." Kelewat exited, Andira melompat dan mengecup bibir laki-laki didepannya.
"More?" Seraya memperpendek jarak mereka laki-laki itu berujar demikian.
RING! RING! RING!
"AHH! WHAT IS GOING ON?!"
Andira mengamati sekitarnya, benar ini kamarnya dan dia tidak sedang dalam keadaan sakit. Sekarang sudah jam 06.15 yang artinya dia hanya punya waktu 45 menit untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.
"Siapa coba?." Dahi Andira mengernyit tanda menahan rasa sakit yang timbul dibagian kepalanya. Dia coba putar-putar otak untuk kembali ingat wajah laki-laki tampan itu, dan mencoba untuk mengingat apakah dia pernah temui orang itu --- nihil, zero memories about him, lalu siapa?.
__________
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [Lee Jae Wook]✔︎
Fanfiction4 hari terjebak didalam mimpi dengan pria yang tidak dikenal ternyata cukup buat Andira jatuh cinta. mungkin, sedangkal itulah aku mendeskripsikan perasaan manusia. [Very Short Story]