Hadiah Musim Dingin

20 0 0
                                    

NB:
▶️ play this song while you reading this story ▶️

Happy reading~☺
Hope you like it~ 🥰

.
.
.
.
.

Saat salju pertama jatuh di tahun ini, diterangi gemerlapnya ibukota yang berhiaskan lampu dan pohon natal yang begitu cantik dipandang mata, aku ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Aku ingin mengatakan bahwa aku sangat menyukaimu bahkan sejak awal kita bertemu. Aku tidak ingin terus berada di zona pertemanan seperti ini. Namun sepertinya rencanaku untuk 'menembak'mu hari ini harus ditunda dulu, mengingat moodmu yang kurang bagus karena ulahku.

"Ck! Apa-apaan ini?! Kamu memintaku buat menemanimu membeli syal untuk cewek yang kamu sukai ditengah cuaca dingin bersalju lebat begini?! Kamu gak nonton ramalan cuaca pagi tadi ya?", omelmu panjang lebar penuh emosi.

"Y-yah, begitulah. Hehehe."

Aku hanya bisa tersenyum pasrah mendengar ocehanmu yang sedikit mulai menarik perhatian pegawai dan pengunjung toko disekitar.

Untung sayang, batinku mengingatkan diri sendiri.

"Astaga, kamu ini bodoh atau gimana, sih? Untung badai salju gak turun hari ini!", walaupun omelanmu tidak kunjung berhenti, kedua tanganmu masih tetap sibuk bekerja mencari barang yang kuinginkan.

"Dan juga, kenapa aku yang harus memilihkannya untuk cewek itu? Kalau kamu benar-benar menyukainya, harusnya kamu tahu hal-hal yang disukainya. Bukannya malah bertanya ke cewek lain sepertiku."

Ah, ternyata dia belum menyadarinya sampai saat ini.

"Dasar, cewek gak peka.", jawabku datar sembari ikut berdiri disampingnya membantu memilih-milih syal yang kira-kira cocok dipakai untuknya.

Ekspresi terkejut terlihat begitu jelas di wajah cantikmu, seakan-akan tak terima dengan perkataanku barusan.

"Hah?! Siapa cewek gak peka yang kamu maksud itu?"

"Cewek yang aku suka."

"Ck! Bahkan namanya saja gak mau kamu spill ke aku. Dasar Ryuu pelit! Pelit! Pelit! Pelit!"

Ingin sekali aku tertawa saat melihat perubahan ekspresi wajahmu yang kini menunjukkan wajah cemberut. Senang rasanya sesekali bisa menjahilimu.

Kalau aku kasih tahu, kira-kira gimana reaksimu, ya?

"Aku sih, mau kasih tahu. Tapi aku takut nanti kamu malah kena serangan jantung mendadak. Makanya aku--"

"Huh? Memangnya aku kenal cewek itu?"

Orangnya itu kamu, sayang! Kamu!!!

Haduh, aku jadi gemas sendiri melihat sikap 'gak peka'nya ini.

"Jadi, menurutmu warna apa yang cocok untuknya?" tanyaku mulai mengalihkan topik pembicaraan.

"Mana aku tahu! Aku kan, bukan si cewek itu. Yang pakai juga bukan aku.", balasmu jutek setengah mati.

Ah, apa kata-kataku barusan ada yang salah? Tapi yah, yang dikatakannya barusan ada benarnya juga, sih. Wajar jika dia tidak tahu jika gadis yang kusukai itu adalah dirinya. Soalnya sampai detik ini aku belum berani mengungkapkan perasaanku padanya secara terang-terangan. Tapi dengan semua bentuk perhatian dan 'sinyal' yang kuberikan khusus hanya untuknya, harusnya dia bisa menyadari perasaanku. Namun sayang dia masih tidak peka sampai detik ini.

"Aku yakin apapun pilihanmu dia pasti menyukainya. "

Kamu terlihat berpikir keras sebelum akhirnya menjawab perkataanku. Ada rona merah dikedua pipimu saat mengatakannya.

Hadiah Musim DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang