SATU

12 1 0
                                    

Lelaki itu tersenyum puas ketika sebuah airpods putih sudah berada di genggamannya.

"Balikin airpods gue! Dasar orang gak ada duit emang lo, yah!"

Lara meronta-ronta dengan kedua tangannya terangkat lurus berusaha menggapai sebuah airpods miliknya yang berada di genggaman tangan kanan yang terangkat milik cowok yang lebih tinggi di hadapannya.

"Kalau gue gak mau balikin?"

Ia berhenti meronta. Kedua mata Lara membulat sempurna menatap sosok itu.

 "Kurang ajar lo, yah!"

Karena hobi usilnya yang menjadi-jadi ia mengalungkan airpods milik Lara pada lehernya lalu dengan senyum kemenangan menatap sosok berkucir satu di hadapannya yang sudah berwajah kesal memerah.

"Eits, kenalin dulu. Nama gue Dimas Wirasena, kerap dipanggil Maswira dan kalau lo mau panggil gue sayang, lo boleh banget," ucap Maswira dengan senyum yang biasanya bakal buat cewek yang melihat dia sudah pasti dibuat meleleh dibuatnya.

"Masa bodoh buat perkenalan basi lo."

Tentu saja hal itu tidak berlaku untuk Lara si buronan sekolah. Semua orang tau bahwa Lara kerap tertawa karena ulah kenakalannya dan semua orang juga tau bahwa Lara kerap geram dengan gombalan para lelaki adam di hadapannya.

"Ahaha! Lo emang nakal dan tokoh antagonis sekolah. Tapi, kalau lo senyum lo lebih cantik dari banyaknya tokoh protagonis sekolah."

Sialaaaaan!

Lara seperti merasakan ... ingin muntah di tempat. Tahan!

"Persetan buat gombalan lo!"

"Kok gitu sih?"

Sejujurnya Maswira cukup kaget dengan reaksi Lara padanya. Memang cukup kaget. Tapi status 'penggombal cewek terbaik' membuatnya tidak bethenti menjahilinya.

"Apa urusannya sama lo?! Gak ada! Makanya jadi cowok jangan sok ikut campur. Sikap gue urusan gue."

Kalimat yang pertama kali membuat seorang Maswrira bungkam. Ia tertunduk membuat Lara mau tidak mau jadi ikut diam dengan kedua tangannya yang memeluk tubuh mungilnya.

Maswira mengangkat dagunya dan menampakkan senyum tipisnya di hadapan wajah datar yang sedari tadi memperhatikannya.

"Iyah, deh. Gue kala sama Laranka Dwi sarena"

Kedua tangan Maswira bergerak mengangkat airpods putih itu lalu mengalungkannnya di leher cewek di hadapannya.

"Peace! Kita damai," ucapnya dengan menunjukkan jemarinya yang membentuk huruf "v"

Lara hanya memutar kedua bola matanya.

"Sok akrab lo."

"Hah, apa lo bilang barusan?"

Tidak ingin menambah pembicaraan lagi Lara memilih tersenyum meperlihatkan gigi putihya di hadapan Maswira dengan tanpa rasa bersalahnya.

"Ah, nggak kok."

"Manis juga ... lucu juga nih cewek."

Ingin mengakhiri hari sialnya ini ia bermaksud melangkah pergi dari sana. Tapi Wira keburu menarik Lara menuju balik pohon besar di sana.

Dengan posisinya di depan Wira, tangan kanannya yang di cekal, mulutnya yang di bungkam sempurna oleh telapak tangan Wira, Lara meronta.

"Hm ... hm ...!"

Cowok itu menatap serius Lara.

"Shht, ada guru."

Lara terdiam dengan posisinya yang di peluk dari belakang oleh Wira. Ternyata benar apa kata Maswira, di balik sana seorang Bu Maya kembali dengan dua anak cewek yang hanya mengenakan kemeja putih dan rok hitamnya serta di tangannya yang mencekal jas almamater sekolah yang tampak terkotori oleh noda berwarna kuning dan pink.

WIRALARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang