ENAM

4 1 0
                                    

Aku membuka pintu malam itu dan tekejutnya aku saat melihat bahwa tamu tengah malam itu adalah Lara dengan sebuah skateboard dan tas coklat miliknya bersama dengan wajahnya yang sepertinya mendapatkan luka lagi saat sehabis berkunjung ke rumah seseorang.

"Tumben kamu-"

Belum selesai aku berbicara Lara langsung ambruk, dan dengan sekuat tenaga aku merangkul tubuh Lara.

"Bundaaa! Tolongin Bellaaa!" teriakku berharap nyokap yang tengah menonton tv dapat mendengar dan membantuku memapah Lara.

"Lara mabuk?" tanyaku saat tau bahwa Lara ternyata masih sadar.

Gadis itu menggeleng lemah. Tak sengaja aku menatap punggungnya yang berbalut kaos putih terdapat beberapa pecahan kaca yang menembus kaos yang perlahan muncul noda merah dari sana.

"Sialaaaan!" pekikku.

"Bundaaa! Lara luka, Buuuun!" teriakku lagi dengan berusaha dengan cepat memapah gadis lemah itu menuju kamar kakakku yang sudah tidak terpakai dan jaraknya tidak terlalu jauh dari sini.

"Tahan, Ra!" ucapku membawa Lara duduk di tepi ranjang.

Gadis itu mengerti dan ia berbalik memunggungiku sepertinya ia mencoba menahan kuat tubuhnya dengan sanggahan bantal di balik tubuhnya.

Dengan pelan aku mencabut pecahan kaca yang terlihat dan menaruhnya di atas nakas. Selanjutnya, dengan ragu aku melepas kaos yang terpaut di badan gadis itu. Pandanganku di buat terkejut saat tanktop bagian punggung Lara terpenuhi oleh darah.

Siaal!

"Astagfirullah, Lara. Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Bunda yang baru saja masuk dan mendekat ke arah kami.

"Lara gg gakk aappa, Tan."

Aku gak bisa bayangin kalau jadi kamu, Lara. Bagaimana bisa sekuat ini tekatmu walau hampir setiap harinya kamu harus terluka?

"Bunda ambilin kotak obatnya," ucap nyokap.

Nyokap langsung meninggalkan kami. Sementara aku memberanikan diri untuk duduk di samping ranjang dan membelakangi gadis itu.

"Please, Ra. Aku gak kuat lihat kamu setiap hari harus terluka. Apa gak bisa kamu melakukannya dengan cara lain?" tanyaku.

"Gimanapun lukanya, gue masih semangat kalau ingat niat."

#

Dua hari Lara tidak masuk sekolah. Ingin dia melanjutkannya tapi rasanya tidak perlu ia terlalu lama di atas ranjang. Toh, Lara tidak mau sediam itu selalu.

Zrass!

Skateboard milik Lara sudah berhasil menghiasi jalanan sepi pukul 05.45 ini. Kapan lagi dia bisa seperti sekarang ini.

"Hebat sih, gue bisa berangkat sepagi ini. Aelah, gue emang sering berangkat pagi cuma gak ada orang yang tau aja," batinnya saat ia menaiki skateboard hitamnya dengan senyum khasnya.

Ia kemudian berhenti saat ia merasa sudah dekat dengan area sekitar sekolah. Ia masukkan kembali skateboard miliknya ke dalam tas coklatnya dan kemudian ia melangkah memasuki area sekolah yang masih sepi saat itu.

Ia berhasil melewati beberapa kelas hingga tatapannya menajam pada seseorang yang tidak jauh di hadapannya.

Dari penampilannya ia dapat mengenalinya. Rambut tidak lebih dari sebahu kalung salib perak yang selalu ia pakai dan sepatu high hels hitamnya yang seperti menyilangkan kedua tangannya menatap dengan senyum miring ke arahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WIRALARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang