Prolog

1.2K 159 21
                                    

Park Jisung terbangun setelah beberapa lama dirinya berbaring di ranjang rumah sakit. Beberapa bulan yang lalu Jisung mengalami kecelakaan maut yang hampir merenggut nyawanya. Beruntungnya nyawa Jisung berhasil diselamatkan namun, sayangnya Jisung kehilangan ingatan akan seluruh masa lalu.

Jisung tidak ingat apapun harus bertahan hidup di tengah kebingungan yang menerpa dirinya. Dia menjadi ragu pada semua orang karena ingatan yang menghilang membuat dirinya sangat waspada.

Belum lagi saat terbangun ada seorang batita yang tertidur pulas di sebelahnya. Jisung tidak mengingat balita tersebut namun, entah mengapa jiwanya merasa terikat dengan batita tersebut.

Jisung mulai bergerak, dirinya berusaha untuk duduk. Pergerakan Jisung yang tiba-tiba membuat batita itu terbangun dari tidurnya.

Jisung menatap batita itu dengan tatapan heran saat mata kelamnya berkaca-kaca tangannya terantang seakan-akan meminta Jisung untuk merengkuh tubuh kecil nan rapuh itu.

"Mama, dah sadal? Jae, angen mama." batita itu menangis di depan Jisung.

Jisung yang menyadari itu buru-buru membawa batita itu kedalam pelukannya. Di rengkuhnya tubuh kecil nan rapuh itu, entah apa yang terjadi tetapi Jisung merasakan sakit saat melihat batita itu menangis dan ketika dirinya memeluk batita itu ada rasa lega dan rindu yang teramat dalam bahkan Jisung tidak bisa menjelaskan hal tersebut. Tanpa Jisung sadari matanya yang sudah lama terpejam itu kini meneteskan air mata.

Jisung menangis, dia tidak tahu kenapa perasaannya begitu sakit. Dia masih belum mengerti kenapa rasanya se menderita ini.

Batita itu melepaskan rengkuhan Jisung, matanya yang kelam menatap netra hazel milik Jisung. Dengan air mata yang mengalir batita itu menerangkan isi hatinya kepada Jisung yang tentunya membuat hati Jisung merasa teramat sakit dan tersiksa.

"Mama, Angan inggalin Jae. Jae nda asalah jika Mama benci Jae, tapi Jae mohon Mama nda inggalin Jae"

Jisung tidak mengerti apapun, dia tidak mengingat apapun. Tapi dapat dia rasakan bahwa batita ini sudah pasti banyak mengalami penderitaan. Karena pemikiran itulah hati Jisung terasa sangat sakit, dirinya merasa sangat bersalah.

Jisung mengusap air mata sang batita, kemudian mengusap air matanya sendiri dan tersenyum kepada batita tersebut.

"Mama janji tidak akan meninggalkan Jae lagi, dan mama tidak akan pernah membenci Jae. Asalkan Jae selalu bersama mama ya," ucap Jisung dengan sepenuh hati.

Batita yang tadi menangis kini tersenyum senang. Wajahnya yang tampak memerah karena habis menangis sangat terlihat menggemaskan ditambah batita itu mengangkat tangannya seakan-akan bersumpah.

"Jaesung, nda akan pelnah meninggalkan mama."

Jisung tersenyum lega. Entah mengapa dia merasa bahagia dan lega saat mengetahui batita itu sudi untuk bersamanya dalam waktu yang lama.
Jisung kembali merengkuh tubuh kecil itu, dirinya menyalurkan rasa sayang dan rindu yang dia rasakan kepada batita itu.

Clek!

"Jaesung? Sayang? Kau sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter sekarang." Seru seorang pemuda tampan yang baru saja membuka pintu dan disuguhkan pemandangan Jisung yang memeluk Jaesung.

°°°°

Lanjut?

Atau tidak?

Loving You Drives me Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang