III

650 103 11
                                    

Jisung tertidur dengan lelap, di sebelah kirinya ada Jaemin yang menatap Jisung dengan tatapan penuh puja. Sedangkan sebelah kanannya Jisung memeluk Jaesung yang juga memeluk ibunya tidak kalah eratnya.

Tanpa sadar kedua mata Jaemin mengeluarkan air, selama ini dia sudah berusaha keras untuk membuat Jisung menerima keberadaannya hingga akhirnya Jisung benar-benar melarikan diri dan mengalami kecelakaan yang membuat Jisung koma selama beberapa bulan.

Jaemin tidak tahu apakah dia harus bersyukur karena Jisung kehilangan ingatannya secara permanen atau dia harus sedih, tapi melihat Jisung yang begitu baik dan menerima dirinya membuat Jaemin egois dia menginginkan agar Jisung selalu seperti ini.

Jaemin terisak pelan, Jisung yang sedikit terganggu membuka matanya. Dia sangat kaget saat melihat Jaemin yang sedang menangis, Jisung masih merasakan sakit dihatinya saat bersama Jaemin tapi lebih sakit lagi saat melihat Jaemin yang seperti ini.

Tangan Jisung gemetaran, dia menangkup pipi Jaemin kemudian mengusap air mata Jaemin. Jisung memeluk Jaemin, "Tidak apa-apa, aku sudah berada di sini! Aku tidak akan meninggalkanmu, maaf!"

Ucapan maaf tiba-tiba keluar dari bibir Jisung, dia tidak mengerti kenapa dia mengatakan maaf kepada Jaemin hanya saja saat dia sudah mengatakan itu hatinya terasa lebih tenang.

Sekarang Jisung tahu dia hanya perlu mengatakan maaf untuk mengembalikan hatinya yang sakit setiap kali melihat Jaemin.

Jaemin menghentikan tangisnya, dia tersenyum lembut. Dia melepaskan pelukannya, menatap mata Jisung dalam.

"Tidak, akulah yang salah! Aku minta maaf," Jaemin mengusap wajah Jisung lembut, menyalurkan rasa di hatinya.

Jisung kini menangis, hatinya semakin lega. Tidak ada rasa sakit lagi yang dia simpan di hatinya.

Jaemin menatap mata Jisung penuh harap, "Apakah kau akan kembali seperti sebelumnya ketika sudah mendapatkan ingatanmu? Walaupun mustahil tapi aku ingin egois,"

"Jika ingatan lalu adalah ingatan kelam yang menyakitkan maka aku tidak ingin mengingatnya, lagipula aku lupa ingatan secara permanen tidak mungkin aku akan mengingat hal-hal itu, jadi kau boleh egois, Jaemin!" Ucap Jisung dengan senyum lembut.

Jaemin memeluk Jisung dengan bahagia, dia mengecup dahi Jisung berkali-kali sembari mengucapkan, "Terima kasih! Aku sangat-sangat berterima kasih! Aku mencintaimu bahkan jika kau menolak diriku maka aku akan tetap mencintai dirimu,"

"Iya, sekarang tidurlah!"

Jisung kembali memejamkan matanya, disusul oleh Jaemin yang kini memeluk dirinya dengan erat.

Jisung saat ini diampit oleh putranya dan Jaemin yang seperti tidak ingin berpisah dari Jisung. Dalam diam Jisung berpikir apa yang terjadi sebenarnya, apakah dia sejahat itu hingga menyiksa kedua orang yang berharga ini?

Walau kehilangan ingatan, Jisung tidaklah bodoh hingga tak menyadari tingkah sepasang ayah dan anak ini yang seakan-akan takut dia akan menolak kehadiran mereka. Jisung menyadari hal tersebut, sehingga dia tahu bahwa dialah yang salah di sini.

Apakah dia harus mencari tahu? Tapi bagaimana jika ingatan itu begitu menyakitkan? Sepertinya memang lebih baik Jisung melupakan ingatan tersebut dan membangun keluarga kecil mereka menjadi lebih bahagia, Jisung berjanji akan memperbaiki kesalahan yang dia lakukan di masa lalu walaupun dia tidak mengetahui apapun.

"Aku akan berusaha agar kita menjadi keluarga yang bahagia," gumam Jisung sebelum jatuh ke tidurnya.

Jaemin yang memang belum tidur tersenyum senang, "Aku menunggumu,"

Jaemin kini tenggelam dalam ingatan, di mana Jisung menolak kehadirannya dan lebih memilih saudara tirinya.

Sebenarnya Jaemin dan Jisung adalah teman masa kecil, Jisung selalu menyukai Jaemin sedangkan Jaemin sejak kecil mencintai Jisung. Hubungan keduanya sangat akrab karena ibunya Jisung bekerja di rumah Jaemin.

Hubungan mereka sangat manis, bahkan Jisung kecil selalu ingin Jaemin menikahi dirinya. Tapi sayangnya itu semua hancur saat Jaemin dan Jisung menyaksikan bahwa ibu Jaemin membunuh ibunya Jisung.

Jisung yang melihat itu menjadi benci kepada Jaemin dan ibunya, dia mengganggap bahwa Jaemin adalah anak pembunuh dia tak layak mendapatkan cinta. Dari sinilah asal kebencian dan penolakan terhadap Jaemin.

Setelahnya Jisung dibawa pergi oleh ayahnya, Jaemin dan Jisung berpisah hingga bertahun-tahun. Hingga akhirnya Jisung kembali bertemu Jaemin di bar.

Jaemin bertemu Jisung yang akan di jual ayahnya sendiri. Jaemin yang melihat Jisung tanpa pikir panjang langsung membayarkan utang-utang ayah Jisung dan membeli Jisung dari ayahnya. Jaemin mengeluarkan banyak uang hingga harus menjual salah satu mansion keluarganya.

Ayah Jisung adalah seorang penjudi dan pemabuk, Jaemin tidak ingin meninggalkan Jisung dengan orang brengsek seperti itu, hingga akhirnya dia dengan paksa membawa Jisung pulang ke rumahnya.

Di situlah pertemuan Jisung dengan saudara tirinya yang ingin memanfaatkan Jisung untuk mengeruk harta Jaemin.

Loving You Drives me Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang