JANUARI

11 2 0
                                    

      Alleta marskhaila terkejut dengan suara teriakan dan tangisan di dalam rumah nya. Dia segera masuk,membuka pintu rumah hanya untuk mendapati sang ibu tergeletak lemah di lantai dengan derasnya air mata. Kontras,di sudut lain kedua adiknya duduk di kursi dengan pergelangan tangan di ikat kebelakang punggung kursi di sertai memar di pipi.

    "Stop,pergi bajingann!!! Pergi lo dari sinii! Pergii!".  Si pria menghunuskan tatapan tajam ke arahnya,melempar gelas ke lantai sebelum akhirnya di telan tangga menuju lantai atas.

    "Bunda baik baik aja Al.."  BOHONG. jelas jelas siluet merah bekas jari tangan itu kentara di pipi kinan yang putih

     "Rai,Raka,mana yang sakit?"             Mata Alleta beralih pada tangan adik kembarnya yang tergambar melingkar merah muda

       "Ini ?"Raina mengangguk cepat. derai air matanya cukup membuat Aletta sesak. Disisinya Raka hanya diam menunduk kontras dia meraih kotak P3K mengobati keduanya lalu mencium sekilas tangan mereka.
      
       "tenang aja,kaka disini"Kinan berdiri tersenyum,senyum yang selalu membuat hati nya semakin terluka dan membenci papanya sendiri.

       " kakak pasti capek,kan?yuk makan dulu. Rai,Raka masuk ke kamar Ya,nak?" Alleta semakin teriris mendengar semua hinaan dari vano untuk keluarga kecilnya belum lagi sisa memar yang selalu kentara ingin sekali dia membalaskan dendam. Sayangnya, Alleta tidak bisa apa-apa selain meneriaki papahnya itu untuk pergi.

                 
                         *****

     Di jendela kamar bintang-bintang te  rlihat bercahaya gemerlap,ia menarik pintu dan duduk di kursi balkon kamarnya.
Hari ini cukup melelahkan Alleta menarik nafas kemudian menghembuskannya kasar.setelah pulang sekolah tadi dia harus bekerja banting tulang untuk menghidupi bunda dan kedua adiknya sebab setelah 5 tahun terakhir Vano sang Papa tidak pernah memenuhi tanggung jawab sebagai suami sekaligus ayah,dia hanya menghamburkan uang yang entah didapat dari mana,Vano selalu mabuk tak jarang juga dia membawa wanita jalang ke rumah.Aletta tidak peduli,tapi saat Vano menyentuh Kinan dan kedua adiknya maka Aletta tak segan untuk melawan.
         Sudah berkali-kali Kinan disiksa bahkan si kecil Raina dan Raka yang berumur 7 tahun harus terkena imbasnya,pukulan bukan menjadi hal yang aneh tapi untungnya Vano tidak pernah melayangkan apapun pada Alleta entah apa alasannya tapi dia tidak butuh itu.
      Mata terpejam membuatnya semakin hanyut dalam kepedihan entah sampai kapan tapi berkali-kali Alleta ingin melaporkan Vano ke polisi namun berkali-kali juga Kinan mencegah.  Berkali-kali Aletta mengajak mereka pergi dari rumah ini namun berkali-kali juga Kinan menolak alasannya satu mereka tidak tahu harus tinggal di mana lagi
       
        "kakak nggak usah putusin sekolah,belajar yang bener kalau udah jadi orang besar nanti juga dengan mudah orang lain di pihak kakak,dari sanalah kakak bisa ngebela bunda, Raina dan Raka. Disini aja dulu bunda nggak apa-apa lagian Papa jarang pulang kan?"
Di siang temaram selepas hujan Alleta ingat sekali Kinan pernah berbicara seperti itu membuat dirinya bungkam tak bersuara,kini yang bisa dia lakukan sekarang adalah menjaga ketiganya agar tidak disentuh Vano meski terkadang Alleta telat untuk membantu.

  Suara notif handphone membuat gadis itu berbalik lalu tersenyum tipis.
        
          Angkasa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

one yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang