Part 6

206 16 3
                                    

Happy Reading...

***

Dean di bawa ke uks oleh PMR. Karena kondisi Dean yang tiba tiba pingsan.

Felly pergi meninggal kan Dean setelah Dean mengucapkan sesuatu pada Felly.

"Gw gak butuh rasa iba lo. Gw muak dengan sikap lo." Ucapan Dean terus berputar di kepala Felly.

Felly tidak tahu harus berbuat apa sekarang, apa salah nya, ia hanya ingin menjadi teman Dean kenapa dia mikir kayak gitu.

"Fell udah lah gak usah di pikirin kita masuk kelas aja yuk." Ujar Alita.

Saat ini mereka sedang ada di rooftop sekolahnya.

"Lo berdua masuk gih, gw butuh waktu sendiri."

"yaudah kita ke kelas duluan ya." Ucap Alita lalu pergi meninggalkan Fellycia.

Felly duduk termenung menatap langit yang saat ini terlihat menghitam, entahlah mungkin langit juga merasakan yang Felly rasakan.

Felly lenyap dalam lamunan nya hingga tak sadar saat ini ada Gerald di sampingnya.

Gerald menyentuh bahu Felly. Dia menolehkan kepala nya kepada Gerald.

"Lo dari kapan disini?" Tanya Felly.

"Sejak lo mulai ngeluarin air mata lo buat nangisin orang yang gak berguna." jawab Gerald.

Fellycia menunduk.

"Udah lah Fell si brengsek itu emang gak mau ada yang nemenin. Lo gak usah kayak gini." Ujar Gerald.

"Apa salah nya sih gue cuma mau temenan sama dia, kenapa dia sampe ngomong kayak gitu sama gue." balas Felly.

"Lo bukan cuma mau temenan sama dia."

"Maksud lo?" tanya Felly sambil menyatukan kedua alisnya.

"Lo ada rasa lain kan sama si brengsek itu?" Gerald balik bertanya.

"Gw gak ngerti maksud lo!"

"Gw rasa lo ngerti maksud gw."

Setelah mengucapkan itu,Gerald meniggalkan Felly sendiri.

***

Gerald memasuki kelas nya.

"Ger lo dicariin sama wali kelas. Kayak nya ortunya si Dean dateng."Gerald langsung keluar kelas lagi. Dia menuju ruang bk ia yakin mereka ada disana. Saat masuk ada wajah yang dia tidak kenali yang dia yakini adalah orang tuanya Dean.

"Duduk Ger, ini ada orang tuanya nya Dean."Gerald menurut, dia duduk dihadapan pak Babang selaku kepala bk.

"Apa yang terjadi sebenarnya pak?" tanya Renata.

"Biar nak Gerald yang menjelaskan supaya kita tahu alasan nya. Silahkan Ger." Jawab pak Babang. Gerald menatap Renata "Anak ibu kurang ajar". "Gerald sopan santun mu!" bu Alisa yang juga merupakan guru bk memperingati.

"Jelaskan dengan jelas Geraldytan!" pak Babang menimpali.

Gerald menghela nafasnya penjang. "Saya hanya memberikan nya pelajar supaya dapat menghargai orang lain, dia tidak ingin ditemani oleh siapapun!, dia bahkan menyakiti Fellycia hingga tangannya tertusuk paku, padahal Felly hanya ingin berteman dengannya." Gerald mengepalkan tangan nya.

Renata menghela nafas, ia pejamkan matanya 'mengapa Dean jadi seperti ini?' batin Renata.

"Silahkan hukum saya apapun itu saya akan terima, saya permisi." lanjut Gerald lalu pergi dari ruangan tersebut.

"Tidak usah hukum nak Gerald, disini anak saya juga salah, mereka sama sama salah, biarkan mereka menyelesaikan masalah ini sendiri pak, bu." Seru Renata.

"Baik jika begitu bu. Kami meminta maaf atas ketidaknyaman ini." Ucap pak Babang.

"Tidak apa apa pak. Saya izin membawa Dean pulang pak, bu!"

"Silahkan bu."

Setelahnya mereka keluar dari ruang bk menuju uks.

Disana terlihat Dean yang sedang memejamkan matanya dengan alis yang saling bertaut.Renata tau Dean tidak tidur, Dean pasti sedang memikirkan sesuatu.

Renata mengusap Dean dengan lembut, hingga  mata Dean perlahan terbuka.

"Bunda?" Tanya Dean untuk memastikan dengan suara yang serak.

"Iya ini bunda nak. Kita pulang ya sekarang." Ajak Renata.

Dean hanya menganggukan kepalanya sedikit.

"Bunda bantu sayang." Renata membantu Dean untuk bangun dan turun dari brankar uks.

"Pak, bu, mari." Ucap Renata saat sampai di depan mobilnya.

Dean sudah duduk di depan dan Renata sudah siap untuk menjalankan mobilnya.

Tidak ada yang membuka suara Renata maupun Dean sama sama diam. Sampai akhirnya Dean membuka suaranya.
"Bunda."

Renata menolehkan wajahnya kepada Dean.
"Kenapa?"

"Dean brengsek bun, Dean gak berguna, Dean gak tau diri, dean..." Dean tidak melanjutkan ucapan nya. Dia menangis sambil menutup wajah dengan tanganya.

Renata menepikan mobilnya, lalu memeluk Dean yang sedang terisak. Renata tidak tega melihat anaknya seperti ini, dia bingung harus berbuat apa untuk anaknya.

"Dean mengapa jadi seperti ini nak, bunda gak pernah ajarin kayak gini sama kamu." Renata menatap anaknya dalam.

"Dean ngerasa kalau Fellycia iba terhadap Dean yang buta dan tidak berguna ini bun.!" Dean menundukan kepalanya.

"Kamu tidak tau isi hati orang nak, mungkin saja Fellycia memang tulus ingin berteman dengan mu, bukan hanya sekedar iba saja." Renata mengusap air mata dipipi Dean dnegan lembut.

"Dean coba terbuka dengan yang lain nak, supaya kamu tau niat mereka mendekati karena apa."

"Nanti Dean minta maaf dengan Fellycia, disini bunda tidak menyalahkan mu, hanya saja sikap mu disini memang salah. Kau tau Tangan Fellycia terluka karena kamu, sebab itu Dean harus minta maaf ya nak." Renata membelai lembut puncak kepala Dean dengan sayang.

Dean mengangkat kepalanya, seolah sedang menatap Renata. "Bagaimana jiga Fellycia tidak memaafkan Dean? Apa yang harus Dean lakukan."

"Coba saja dulu. Nanti kita fikirkan jika Fellycia tidak memaafkan mu. Bunda yakin kok kamu pasti diberi maaf oleh Fellycia."

Dean kembali bersandar setelah nasihat dari Renata selesai dan langsung melajukan mobilnya.

***

Haiii udah lama banget ya!!!! Aku lupa ternyata aku udah nulis bab ini, semoga suka yaa.

sambil nungguin lanjutan cerita ini kalian mending baca cerita aku yang lain yukkk hehehe.

udah deh segini dulu. babay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu Menit SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang