Matchalatte #2 [Obrolan Manis]

270 58 21
                                    

Perjalanan jauh yang akan memakan waktu sekitar delapan jam, membuat Matcha menyiapkan banyak hal agar tidak merasa bosan. Namun semua itu tidak berguna sama sekali ketika dia menemukan hal baru yang lebih menyenangkan, yaitu saling berbalas chat dengan Latte. Dibanding ngobrol langsung yang berpotensi didengar oleh semua orang di Bus, cara ini jauh lebih menciptakan kenyamanan.

Latte
Kenapa nggak liburan sendiri aja biar lebih bebas? Ke Bali misalnya.

Matcha
Aku belum pernah liburan sendirian.
Takut nyasar, hehehe.

Matcha bisa mendengarkan kekehan Latte setelah chat-nya itu dibaca.

Latte
Next time aku temenin biar nggak nyasar.

Matcha tersenyum geli.

Matcha
Kamu kenapa ikut liburan ini?
Kabur dari orang tua?

Latte tidak lagi membalas, padahal Matcha sedang menunggu. Diliriknya sedikit ke samping, pria itu terlihat sedang serius melihat sesuatu di layar ponselnya.

Obrolan pun dilanjutkan saat sedang makan siang di tempat peristirahatan bus. Matcha dan Latte duduk satu meja menyantap menu nasi Padang, ada rendang dan es teh manis.

"Tadinya aku berharap bisa duduk di dekat jendela," curhat Matcha sambil mengaduk-aduk es tehnya.

Latte menoleh. "Kenapa cewek suka banget duduk di dekat jendela?" tanyanya penasaran.

"Enak aja bisa lihat pemandangan di luar," jawab Matcha.

"Padahal pemandangan di samping kanan kamu jauh lebih indah." Latte terkekeh.

Awalnya Matcha tidak mengerti, tapi setelah itu dia tertawa geli.

"Eh iya, yang duduk di sebelah kamu ke mana?"

"Nggak ikut turun, ngantuk katanya."

"Tukang tidur," kekeh Latte.

"Tau tuh, mau liburan malah tidur."

"Maybe tujuan dia ikut perjalanan ini bukan untuk liburan, cuma biar bisa pergi jauh aja."

Latte benar, tapi Matcha tidak mau menjelaskan lebih detail karena dia harus menjaga rahasia Kiyomi. Dia hanya mengangkat pundak sebagai respons.

"Pacar kamu yang posesif itu kenapa nggak ikut?" tanya Latte.

Matcha pun tersedak.

"Eh, sorry-sorry." Latte memberikan es teh manis untuk Matcha minum. "Aku lancang banget ya nanyanya?"

"Nggak kok." Matcha mengelap mulut. "Kok kamu bisa tau sih dia posesif?"

"Dia selalu ngikutin kamu kalau lagi fotokopi dan kelihatan jelas kok kalau dia cowok yang posesif. Itu sebabnya kamu selalu nunduk kalau di tempat ramai, sampai nggak ngeh ada aku di sana," sindir Latte.

Matcha meringis.

"Kalau udah nggak nyaman, kenapa nggak diputusin aja? Kamu kelihatan tertekan sama dia." Latte berkata dengan serius.

Matcha menatap Latte lekat. Ucapan pemuda itu bagai bujukan iblis yang jauh lebih menggiurkan dibanding nasihat ibu peri di telinga kanannya.

***

Saat naik ke Bus dan melihat Kiyomi masih tidur dengan posisi yang tidak berubah, Matcha pun khawatir gadis itu sedang pingsan. Dengan hati-hati dia taruh telunjuk ke hidung Kiyomi untuk memeriksa apakah napasnya masih ada atau ...

"Gue masih hidup kali," ucap Kiyomi mengagetkan. Dia membuka mata, lalu melepas earphone di telinganya. "Udah jalan lagi?" tanyanya sambil melihat ke luar jendela yang gerimis.

"Lo cuma pura-pura tidur?" tanya Matcha penasaran.

Kiyomi tersenyum dengan kedua alis terangkat. "Kalau gue nggak pura-pura tidur, Lo nggak akan bisa pedekate sama dia," sindirnya sedikit menggoda.

Mulut Matcha menganga.

"You go girl!" Kiyomi menyemangati. Dia lalu memasang earphone kembali dan memejamkan mata. "Lanjutin aja pendekatannya, gue serius tidur kali ini."

Matcha menoleh ke samping dan Latte sedang terpejam. Latte juga sedang mendengarkan musik, terlihat dari earpods yang terpasang di telinga.

Dia mulai berpikir, apa hanya dirinya yang tidak bisa tidur di perjalanan? Sejak dulu dia memang tidak pernah bisa tidur saat sedang melakukan perjalanan, entah itu lewat darat atau udara. Tapi lihat saja nanti saat sudah sampai, pasti mengantuk berat.

"Mau dengerin juga?" Latte tiba-tiba mengulurkan salah satu earpods-nya. "Lagunya enak, bisa bikin kamu tidur pulas."

Matcha tergerak untuk mencoba. Dia ambil benda itu hingga tanpa sengaja jari mereka bersentuhan dan itu membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Cepat-cepat dipasangnya earpods itu ke telinga kanan. Musik yang terdengar begitu keras seperti lagu rock yang didominasi oleh vocal, drum dan bass. Awalnya tidak nyaman di telinga, karena Matcha terbiasa mendengar lagu-lagu klasik. Namun lama-lama asyik juga, tanpa sadar jarinya mulai mengetuk mengikuti irama.

Ting!

Latte
Enak nggak lagunya?

Matcha
Kamu yakin lagu ini bisa bikin aku tidur?

Lalu, lagu berubah, dari yang tadinya keras menjadi sangat lembut. Dia tidak pernah mendengar lagu ini sebelumnya, namun suara vokalisnya terasa tidak asing di telinga.

Tunggu ...

Matcha menoleh pada Latte, pemuda itu sedang memejamkan mata. Meski tidak yakin, sepertinya ini suara Latte dan liriknya ...

Ku menatap rembulan jauh di sana
Ku tak bisa menyentuhnya, karena bintang menjaganya.
Bisakah hanya dia dan malam saja, agar langit tak merasa cemburu.

Penasaran, Matcha pun bertanya.

Matcha
Ini kamu yang nyanyi?

Latte
Iya.
Aku juga yang ciptain, hehe.

Matcha refleks menoleh pada Latte, namun pria itu sedang memejamkan mata. Entah mengapa, dia merasa ini bukan sekadar lagu, melainkan suara hati. Apakah Latte sedang merindukan seseorang?

"Ehm, sweet banget." Tiba-tiba Kiyomi berdeham yang membuat perhatian Matcha teralihkan.

"Katanya serius tidur," bisik Matcha.

"Serius banget," ledek Kiyomi dengan tawa cekikikan. Dia lalu mengambil penutup mata untuk menghalau silau dari luar jendela. Cuaca mulai panas, suhunya tembus hingga ke dalam, tapi untung AC bekerja dengan baik.

Matcha kembali menoleh Latte. Pria itu masih memejamkan mata. Cukup lama dia menatapnya, namun Latte tidak kunjung bangun. Entah kenapa, dia merasa ada yang belum selesai sehingga merasa resah.

Sampai lagu itu berakhir dan berganti dengan lagu-lagu yang Matcha kenali. Dia tetap tidak bisa tidur, sementara Latte sepertinya sudah pulas.

***

Siapa yang udah baper duluan sama Latte padahal baru bab 2?

Tombol update Bab 3 --->

MatchalatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang