00 : Absurd

884 237 313
                                    

"Kenapa ada istilah 'hidup itu kadang di atas - kadang di bawah' padahal gue pengen hidup di tengah-tengah nya" Ucap Mala membuat ketiga temannya jengah.

Laily, Elisa dan Deajeng merasa jengah dengan pola pikir Mala yang menurutnya di luar nalar.

"Bisa gak si lo tuh stop mikir hal-hal random yang gak penting?" Oke stop kesabaran Laily sudah mulai menipis.

"Tau nih, gue tau lo tuh pinter. Tapi jangan ngajak kita buat mikir hal gak guna juga dong!" Ucap Elisa.

"Biasa joke nya orang pinter mah emang beda." Ucap Deajeng.

Mala tertawa melihat raut wajah ketiga temannya, wajah cemberut mereka sangatlah lucu baginya.

"Ahaha Astaga muka kalian gak usah gitu juga kali, gue kan cuma mengeluarkan yang ada di pikiran gue doang."

"Tapi omongan lo itu jadi beban pikiran buat kita bertiga!" Wajah Elisa sudah merah menahan kesal.

"Kan kan khodam nya Elisa keluar woy! Lu si!" Laily berteriak heboh, sedangkan malah sudah tertawa terbahak-bahak.

"Duh repot ini." Deajeng mengeluh melihat sifat random dari ketiga temannya.

Lihat lah, Mala sudah memegang kepala Elisa dan Laily memegang kedua tangan Elisa, seolah-olah Elisa sedang kesurupan.

"ARGHHHHH" Elisa berteriak kencang, tak peduli banyak siswa berkeliaran di depan kelasnya.

Mala dan Laily tak bisa menahan tawa nya, bagaimana Elisa bertingkah seolah sedang kesurupan.

"Pegangin yang keceng, ini setannya brutal nih kayanya." Deajeng merapalkan doa-doa yang ia hapal seperti ustadz sedang ruqyah, padahal yang dibaca doa makan.

Tadi ngeluh, sekarang ikut-ikutan hem emang mereka ni brutal sangat - author

"Itu doa makan bego!" Laily meng-geplak pelan lengan Deajeng.

"Loh kan Elisa doyan makan, palagi gratis" Elisa cemberut mendengar perkataan Deajeng.

"Suttt gak boleh gitu sama senior, yuk sungkem dulu sama senior." Ucap Mala.

Kegiatan mereka terganggu saat ketua kelas - Fadli, datang menghampiri mereka.

"Berisik banget deh, ikutan dong, kayanya seru."

"Dih gosah sok asik lo, lo tuh gak di ajak!" Ucap Mala bercanda, membuat Fadli merengut kesal, lalu pergi.

"BAPERAN SKIP WUUUUUU" Teriak Mala dengan kencang.

"Udah si woy gak malu apa si di liatin sama anak sebelah." Ucap Laily sambil melirik segerombolan siswa di kelas sebelah.

"Yaelah udah biasa malu-maluin juga, ngapain si malu. Ini tuh tanda kita mengekpresikan diri." Ucap Mala.

"Mulai lo! Pake bahasa sehari-hari bisa gak si, baku banget kaya guru bahasa Indonesia." Ejek Deajeng.

"Lagian mereka punya mata, ya buat liat lah!" Ucap Elisa.

Deajeng dan Elisa saling melirik satu sama lain, dan tiba-tiba...

"INI MATAKU! MATA KIRI MATAKU! MATA KANAN MATAKU! MATA MATA! ARGHHH"

Sontak teriakan mereka berdua membuat siswa yang berkeliaran langsung nenatap heran.

"Asli yakin lo berdua bukan temen gue! Mala, ke kantin aja yuk tinggalin mereka berdua. Malu banget!" Ucap Laily menggandeng tangan Mala.

"Mereka yang teriak, kenapa gue yang malu. Ya Tuhan gini amat punya temen otak sengklek." Ucap Mala mendramatisir.

"Temen lo tuh malu-maluin bener!" Laily benar-benar kesal kali ini.

About Mala With Bestfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang