side to side

533 63 0
                                    

Chapter kali ini menceritakan detail kejadian sebelum (Name) berhasil membawa Scaramouche kembali.

[Lanjutan cerita dari chapter 4!]

────────────────────


Di luar perkiraan, pemuda itu tak melawan kala tangannya disentuh bahkan digenggam oleh insan yang ada di hadapan. Entah nyaman karena aura lembut yang dibawa, atau karena memang menikmati momen saat itu juga.

"Tak apa, kamu boleh mengeluh dengan keadaanmu, kamu boleh keluarkan semua beban yang ada di pundakmu."

"Kita itu sama, manusia maupun boneka. Perasaan yang kita rasakan saat ini adalah mutlak, tak bisa kita tolak keberadaannya."

"Mungkin aku tak tau apapun mengenai masa lalu mu, tapi aku bisa merasakannya.. rasa kebencian mendalam yang ada dalam diri mu."

Wajah yang sedaritadi ia hadapkan ke bawah mulai menatap eksistensi yang sedaritadi ia genggam tangannya.

Keduanya pun saling bersitatap dalam sekon yang singkat.

"Kalau begitu apa yang membedakan aku dengan sifat manusia yang menjijikan?" Scaramouche berucap kasar seraya melepas genggaman tangan yang kian tadi seakan mengekangnya.

(Name) mengerutkan keningnya, entah apa lagi yang harus ia katakan agar meluluhkan pemuda yang menurutnya sangat membutuhkan sebuah pertolongan saat ini juga.

Menundukkan pandangannya, berusaha mencari jawaban yang dapat memuaskan hati lawan bicara. (Name) tanpa sadar telah mendorong dirinya lebih jauh hanya untuk membantu pasien yang baru kali ini ia ajak bicara.

"..Tapi nyatanya, aku memang masih belum sepenuhnya menghilangkan perasaan itu."

Buyar dirinya kala mendengar tutur kata dari pemuda dengan surai biru gelap itu. Berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan.

"Aku ingin menghilangkan seluruh perasaan yang seperti emosi manusia ini, tapi sebagian diriku menolak.. entah karena apa. Aku belum mengetahui jawabannya." Kali ini ia berucap sendu, perlahan mulai terbawa alur yang dibawa oleh (Name).

"Itu namanya kamu memiliki hati!" (Name) berujar mantap. Pandangannya ia angkat, berusaha melakukan kontak mata dengan lawan bicara.

"Bodoh! apa kau masih tak percaya apa yang ku katakan? aku itu boneka! dan boneka tak mungkin memiliki hati seperti manusia!"

"Aku bilang begitu karena percaya padamu. sudah ku bilang, baik manusia maupun boneka, mereka itu sama."

Sekejap merenung. Scaramouche menunduk, berusaha mendalami kalimat yang (Name) ucapkan.

Dia hanya tak mengerti. Pemuda itu telah dipatahkan oleh harapannya sendiri sedari awal, mungkin itu lah sebabnya.

Dirinya yang dahulu kini tiada, boneka suci yang tak belum mengerti apa-apa kini memiliki dendam terhadap manusia serta emosinya yang ia anggap menjijikan.

"Jawab aku."

"Apa kelahiranku merupakan sesuatu yang tidak ada artinya di dunia?"

Pertanyaan telontar. (Name) tak menyangka bahwa pemuda yang ada di hadapannya ini telah berpikir begitu jauh, ternyata memang masalah yang telah dialami Scaramouche lebih rumit dibanding apa yang ia perkirakan.

"Semua keberadaan yang telah ada di dunia bukan sebuah kebetulan. Jadi aku bisa dengan yakin berkata kalau kamu pasti ber-arti.. setidaknya untuk seseorang di dunia ini."

Terdiam untuk beberapa jangka. Keduanya tak mengeluarkan kata lain setelah (Name) lagi-lagi mengeluarkan kalimat yang ia harap bisa sedikit menggerakkan hati sang lawan bicara.

"Kenapa? kenapa kau sampai berjuang seperti ini hanya untuk membawa ku kembali?"

(Name) sedikit melebarkan kurvanya kala mendengar pertanyaan yang lagi-lagi diberikan Scaramouche.

"Sebenarnya aku kenal seseorang yang.. situasinya tak jauh berbeda dengan mu."

Tak merespon. Pemuda itu perlahan bergerak maju, seolah ingin menghampiri matahari yang tengah tenggelam di sana. Ia hadapkan diri sepenuhnya pada matahari itu.

Di lain sisi (Name) tak banyak merubah posisinya saat ini, hanya memandang Scaramouche dan masih berpikir untuk membuat pemuda itu luluh.

"Aku rasa aku kalah, aku akan ikut dengan mu."

Scaramouche memutarbalikkan tubuh sepenuhnya, berusaha menatap netra gadis yang dalam jangka tadi menjadi lawan bicaranya.

"Tapi kau harus ingat satu hal. Kalau kau berkhianat, kau akan ku bunuh."

Nada yang ketus dan dingin itu seolah sirna kala (Name) mendengar kalimat yang sedaritadi ingin di dengar oleh indera pendengarnya. Tak memperdulikan kata 'bunuh' atau pengkhianatan' yang sempat Scaramouche gubris tadi.

"Ya! apapun asal kamu mau ikut bersama ku, Scaramouche!"

Matanya berbinar penuh harap. Hatinya riang bukan main. Juga dengan bunga yang seakan tumbuh dalam perutnya. Itu yang (Name) ibaratkan hanya karena mendengar ucapan dari Scaramouche.

"Kalau begitu ayo kita kembali sekarang."

Mengulurkan tangannya. (Name) bermaksud menggenggam tangan Scaramouche sepanjang perjalanan pulang.

Di luar ekspetasi, walau sedikit ragu, Scaramouche mengambil uluran tangan yang diberikan.

Kala itu senja menjadi saksi antara janji yang disepakati oleh kedua belah pihak. Janji yang juga menjadi penentu masa depan Scaramouche akan menjadi pribadi bagaimana nantinya.

𝐓𝐑𝐔𝐄 𝐋𝐎𝐕𝐄 ー⌗ScaramoucheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang