The Gibson

190 20 2
                                    

"Detektif Watanabe. Ini surat izin penggeledahan yang kau minta." gumam seorang pria berseragam putih saat menaruh beberapa lembar kertas di meja seorang yang dipanggil Detektif Watanabe. "Apa aku perlu meminta Kak Hoongjong untuk menggantikanmu? Kau belum beristirahat sejak pagi." Lanjutnya.

"Tidak usah. Lagi pula kenapa kau yang memberikan surat izin itu? Bukankah harusnya Jay yang memberikannya padaku?" Kata sang detektif. Ia mengangkat kepalanya, meregangkan tubuh yang hanya berbalut kaos putih polos dan celana jeans warna gelap. "Jay sedang berada di forensik untuk melihat hasil laboratorium, dan kebetulan aku sudah selesai jadi dia menitipkan ijin itu padaku. Kau akan mengunjungi The Gibson sendiri saja? Oh, siapa nama pemiliknya?" Tanya sang rekan yang memakai jas dokter.

"Park Jeongwoo. Aku sudah menghubunginya, dia berada di klubnya. Beberapa rekan polisi sudah di sana untuk membantu tugasku."

"Jangan jauh-jauh dari rekanmu nanti." Petuah temannya.

Detektif Haruto mengeryitkan dahi saat rekannya mengedipkan mata jahil. Ia memberikan gesture seolah bertanya apa maksudnya sambil mengenakan jaket kulit berwarna hitam.

"Kudengar dia penggoda ulung, jangan sampai kau berakhir di ranjangnya, Tuan Watanabe Haruto. Itu akan sangat berbahaya bagimu, laki-laki seperti itu kadang memiliki sesuatu yang misterius."

Haruto berdecih sebal. "Dalam mimpimu! Dengar ya San, aku tidak akan berakhir dengan siapapun diatas ranjang tanpa hubungan yang jelas. Pergi saja sana kau!"

"Ahhh kak Seonghwa belum bilang? Nanti aku juga akan ikut denganmu ke The Gibson tahu, jadi berbaik hatilah pada dokter ini." Balas San-dokter yang sejak tadi berbicara dengan Haruto.

"Choi San bajingan."

"Terimakasih atas pujiannya Tuan Watanabe. Aku juga mencintaimu." San terbahak setelahnya. Menggoda Haruto memang berada di urutan pertama pada daftar hal menyenangkan yang ia miliki. Haruto adalah orang yang cukup serius dalam setiap pekerjaannya, tak jarang orang-orang merasa segan saat ingin mendekatinya. Namun berbeda dengan San -dokter spesialis forensik- baginya Haruto adalah sosok spontan yang lucu, bahkan walau Haruto sering melontarkan kalimat sumpah serapah San hanya membalasnya dengan kalimat cinta atau hanya tertawa. Baginya itu merupakan bukti jika hubungan persahabatan mereka sudah sedekat itu.

Malas mendebat lebih jauh, Haruto memilih meninggalkan ruangan. Bibirnya tak henti-hentinya mengumpat dengan San yang mengikutinya dari belakang, Haruto mengendarai mobilnya menuju The Gibson, sebuah klub elit yang berdiri sejak lima tahun yang lalu.

Haruto dan San disambut oleh empat polisi yang telah tiba terlebih dahulu di The Gibson. Mereka sedikit bercakap sebelum masuk ke gedung dengan empat lantai dengan lampu depan yang sengaja dimatikan, pertanda bahwa klub tidak beroperasi.

"Selamat datang di klubku, Tuan Detektif dan Tuan Dokter. Aku Park Jeongwoo, pemilik The Gibson." sambut seseorang bersurai hitam kelam yang mengenakan setelan jas rapi.

Haruto bersumpah, pria yang kini berdiri di depannya benar-benar terlihat mengintimidasi. Alis tegasnya begitu mempesona. Pahatan rahangnya sempurna. Sepasang mata tajam gelapnya seolah-olah berusaha menenggelamkan kewarasannya.

Sang detektif berdehem sekali, ia menunjukkan lencana miliknya, juga surat izin penggeledahan yang ia bawa. Prosedur kerja yang harus ia lakukan. "Kepolisian. Kami mendapat perintah untuk menggeledah tempat ini terkait dengan penemuan jasad kemarin malam."

Sang pemilik klub terkekeh mendengarnya.

"Kalian boleh memeriksa apapun, aku tidak akan menyulitkan."

"Baiklah, kami butuh rekaman cctv, daftar anggota klub, juga daftar tamu yang berkunjung semalam. Kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan jika benar semalam korban mengunjungi tempat ini. Tapi sebelumnya, saya akan meminta beberapa keterangan dari Anda."

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang