'jadi dewasa itu, gak semudah yang kita bayangin. Emang terkadang, haluan itu bikin dunia serasa sangat indah. Tapi nyatanya tidak seindah ekspetasi. Banyak masalah yang harus kita tanggung sendiri, dan itu gak segampang yang kalian bilang. Kenapa gue bilang gitu? Karena gue mengalaminya sediri'.
"verra! Tutup bukunya". Bisik febby – sahabat sma verra – menyikut lengan verra yang sedang berfokus pada note booknya saat ini. Verra langsung melempar pandangannya ke dosen dan reflex menutup bukunya.
"lo dari tadi ngedengerin gak sih?". Tanya febby penasaran yang dia lakukan barusan.
"dengering kok". Jawab verra singkat dengan tatapan yang masih menatap dosennya yang masih ada di depan kelas.
"baik, untuk pertemuan selanjutnya tolong kerjakan sebuah sketch sebuah benda mati, yang akan saya nilai di pertemuan berikutnya. buat sekreatif mungkin". Jelas pak Amir selaku dosen kelas seni rupa. "dengan ini, kelas untuk hari ini cukup sampai disini. Akhir kalam saya ucapkan terimakasih". Lanjut beliau dan keluar kelas.
Mahasiswa yang ada di dalam kelas akhrnya berpencar dari tempat duduk mereka dan pergi ke tempat yang mereka inginkan.
"pertemuan selanjutnya ya? Berarti.. rabu?". Gumam Verra sambil menandai note booknya. Febby yang memperhatikannya hanya menghela nafas dan menggeleng dengan senyumnya.
"ver, mau ke kantin?!". Ajak Febby. Verra meraih handphonenya dan melihat jam yang tertera di layar handphonenya menunjukkan pukul 13.25
"boleh. Bentar, gue beresin buku dulu". setelah merapihkan dan di pegangnya buku Verra, mereka berjalan keluar kelas menuju kantin.
Dengan perbincangan random yang keluar dari mulut mereka yang menjadi penuntun perjalan mereka ke kantin, membuat mereka tidak fokus saat berjalan. Dari kejauhan terlihat seorang laki- laki sedang berlari menuju kelas seni rupa, tanpa sadar ia menyeggol Verra sampai buku-bukunya jatuh.
"duuuh!". Gerutu Verra kesal sambil berjongkok mengambil buku-bukunya.
"sorry, sorry gue buru-buru". Ucap Reihan -kakak tingkat 2 tahun di atas verra- sesekali mengembalikan buku Verra yang ia jatuhkan.
"lain kali kalo jalan pake mata dong!". Umpat Verra tanpa melihat siapa yang ada di hadapannya ini.
"ya kan, gue udah bilang maaf". Ucap Reihan. Barulah Verra mengangkat pandangannya.
"makanya-". Ucapannya tergantung saat tau yang ada di hadapannya ini adalah kakak tingkatnya, tambahnya lagi itu orang yang Verra sukai secara diam. "amp.. sorry ka, sumpah, gue kira temen seangkatan gue. Maap banget ya ka". Sambung Verra.
"iya, santai. Gue duluan ya, buru-buru soalnya". Pamit Reihan yang diangguki oleh Verra. Mereka kembali melanjutkan jalannya ke kantin.
Saat Reihan mau mengambil langkahnya kembali, hampir saja dia menginjak lembaran kertas yang ada di lantai. Tanpa ragu ia mengambil kertas itu dan melihatnya. Tertera nama Verra di sana.
"nggak salah kan, gue suka sama ni anak". Ucapnya sambil menyunggingkan senyum kecil saat melihat hasil gambar yang familiar dia lihat saat bantu pak Amir memeriksa tugas mahasiswa semester 2.
Di sisi lain. Verra dan Febby yang belum juga sampai di kantin, mempermasalahkan teman satunya itu yang beda jurusan.
"iih, Rian kenapa nggak ngebales chat gue sih?!". Gerutu Febby sambil menatap handphonenya di room chatnya bersama Rian.
"belom selesai kelas kali dia". Ucap verra santai.
"tapi dia gak ngekontak lo sama sekali?". Tanya Febby.
"nggak tuh". Balas Verra seperti biasa, singkat. Tidak kaget untuk Febby menghadapi temannya satu ini, karena dia tau latar belakang anak ini.
"VERRA! FEBBY!". Seseorang berteriak kepada mereka di salah satu kursi kantin.
"tuh! Rian udah di sini duluan malah". Ucap Verra. Akhirnya mereka berjalan mendekatinya.
"kenapa lo gak baca chat gue yan??!". Pekik Febby begitu sampai di kursi kantin.
"sorry, tadinya gue juga mau ngabarin lo pada. tapi hape gue mati, jadi ke delay deh". Jelas Rian -sahabat sma verra yang beda jurusan- sambil menunjukan handphonenya yang bewarna hitam.
"pantesan-"
"tuh kan, gue bilang apa". Ucap Verra menyelak perkataan febby.
"lo nggak ngomong gitu ya". Cela Febby.
"ya tapikan-"
"udah-udah! Lo mau mesen apa? Gue udah laper nih". Ucap Rian menyelakk.
"oh iya, sini gue yang pesenin". Ucap Verra dan bangkit dari bangku kantin.
"gue aja gak papa". Tolak Rian yang ikut bangkit dari bangku yang ia duduki.
"Kemaren lo udah kan". Tahan Verra.
"yaudah, berdua". Aju Rian bersikeras. Verra menghela nafasnya.
"yaudah".
"lo mau apa feb?". Tanya Rian.
"gue bakso sama es teh manis". Jawab Febby yang di balas anggukan dengan Rian.
"ih, mesen doang juga. Segala berdua amat". Umpat Febby yang tak mau di tinggal sendiri.
"ih, tinggal duduk doang juga. Sendiri gak ngapa kali". Ledek Rian sambil menjulurkan lidahnya dengan langkah yang makin menjauh. Febby hanya mendengus kesal.
"bu, mau mesen bakso 1 sama mi ayam1". "lo apa ver?". Tanya Rian bergilir padanya.
"gue jus alpukat aja".
"nggak makan?". Tanya Rian lagi. Verra hanya menggeleng.
"em.. bu baksonya 2, mi ayam 1, es teh manisnya 2, jus alpukat 1". Ucap Rian membenarkan pada ibu kantin.
"oke mas".
"jadi berapa bu?".
"enam puluh tujuh mas". Rian mengeluarkan dompet dari saku celananya.
"nih yan, duit gue". Ucap Verra menyodorkan uang lembar hijau. Rian menatapnya sambil sedikit berfikir.
"udah, gak usah. Pake duit gue aja". Ucap Rian dan menyodorkan uang lembar merah pada ibu kantin.
"oh, yaudah. Makasih". Ucap Verra dan kembali mengantongi uangnya di saku celananya.
"ni mas kembalinya. Nanti di anter ke mana?". Tanya ibu kantin.
"di situ bu, meja deket tiang ke tiga. Makasihya bu". Ucap Rian yang di balas anggukan oleh ibu kantin.
gak lama setelah mesesan, akhirnya makanan mereka datang.
"bakso yang satu lagi punya siapa yan?" tanya Verra.
"buat lo, gue yang beli". jawab Rian.
"o may gat, baik banget lo. ini gak gue bayar gapapa kan?!, soalnya gue lagi ngirit nih". balas Verra. Rian menyunggingkan senyum kecil nya.
"iya, gue tau kok lo pasti sebenernya laper, makanya gue beliin lo bakso juga". ucap Rian.
"iya deh, makasih. lo yang paling peka". balas Verra.
selesai makan mereka tidak langsung pergi. mereka sedikit berbincang sambil menunggu ojek online yang di pesan febby tiba.
"lo abis ini mau langsung pulang?". tanya Febby pada Verra.
"oh, enggak. gue mau coba ketaman yang ada di bunderan depan. siapa tau ada pencurahan ide buat tugas gue". jawab Verra.
"lo hari ini mau pulang kemana Ver?". tanya Febby lagi.
"sampe hari ini gue masih di rumah bunda. paling akhir bulan gue baru kesana lagi, sekalian ngerayain ultah gue". jawab Verra. "lo yan, abis ini-". ucapan Verra tergantung setelah dia melihat orang yang berjalan mengarah kearah mereka duduk dari belakang Rian. Febby dan Rian menyernyit heran melihat mimik wajahnya yang tiba-tiba menjadi datar. Rian membalikan badannya mengikuti arah pandang verra. sekarang ia tau kenapa Verra berubah secepat itu.
"Ra, pulang bareng gue yuk!". ajak Farro setelah tiba di bangku yang mereka duduki. Verra malah membuang muka darinya.
to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
my reason
Short Story'jadi dewasa itu, gak semudah yang kita bayangin. Emang terkadang, haluan itu bikin dunia serasa sangat indah. Tapi nyatanya tidak seindah ekspetasi. Banyak masalah yang harus kita tanggung sendiri, dan itu gak segampang yang kalian bilang. Kenapa g...