Suara ketukan pada pintu terdengar beberapa kali. Saat insan tersebut tidak mendapatkan jawaban setelah menunggu beberapa saat, ia lantas berseru, "Aku masuk, ya!"
Pintu itu lalu terbuka, menampakkan ruangan yang masih didominasi oleh cahaya yang samar-samar masuk melalui gorden. Matanya lalu beralih kepada seorang pria yang masih tertidur pulas di balik selimut tebal. Ia sudah diperbolehkan untuk pulang kemarin, setelah seluruh hasil pemeriksaannya keluar.
Sehun berjalan ke sebelah kasur dan menempati kursi yang berada di dekatnya, menumpu wajahnya dengan kedua tangannya dan sibuk mengamati pria di hadapannya itu. Sebuah senyum perlahan terukir pada wajahnya kala memori-memori yang mereka lalui bersama melintas dalam pikirannya. Ia tersadar dari lamunannya tatkala mendengar suara dari hadapannya.
"Biarkan aku tidur sebentar lagi, Hun-ah. Tatapan intensmu membuatku malu," ujarnya, disusul oleh sebuah kekehan sebelum dirinya memutar badannya sehingga kini punggungnya lah yang menghadap ke arah Sehun.
Sehun yang mendengarnya sontak memalingkan wajahnya dengan ditemani oleh semburat merah muda pada kedua sisi wajahnya. "L-Lima menit lagi. Aku akan membangunkanmu lima menit lagi," balasnya kikuk.
Sebuah gumaman pelan ia dapatkan sebagai jawaban. Namun, tak lama kemudian, Sehun menemukan Chanyeol dalam posisi terduduk sembari menghadap ke arahnya dengan sebuah senyuman lebar. "Selamat pagi," sapanya, tak lupa menunjukkan lesung pipi kebanggaannya kepada Sehun.
"O-Oh, selamat pagi juga?" Sehun membalas seraya menggaruk balik lehernya yang tidak gatal. "Apa kamu tidak jadi tidur lagi, Yeol?"
Chanyeol melipat kedua tangannya di depan dada dan memejamkan matanya, berlagak seakan dirinya sedang berpikir keras. "Hmm, tidur lagi atau menemani orang yang kusayangi? Pilihan pertama terdengar menarik, tapi pilihan kedua terdengar lebih ... menantang."
Usai mengatakannya, Chanyeol langsung berdiri dan menarik Sehun hingga ia menabrak dada bidangnya tanpa berkata apa pun; mendekapnya dengan erat seakan tidak ada lagi hari esok.
"Aku merindukanmu, Sehun-ah," bisiknya lirih.
Sehun yang masih berada dalam dekapannya pun menyamankan dirinya dan membalas pelukan itu tak kalah eratnya. "Aku juga sangat merindukanmu, Yeol."
Selang beberapa menit kemudian, lenguhan pelan berhasil lolos dari bibir Sehun dengan Chanyeol yang kini tengah menyembunyikan wajahnya pada ceruk lehernya. Beberapa pukulan pelan menyertai aksinya, disertai dengan kalimat yang dengan susah payah dikeluarkan Sehun.
"Y-Yeol, geli — akh! Pelan-pelan! Jangan menggigitnya terlalu dalam!"
Puas dengan karyanya, Chanyeol akhirnya menjauhkan wajahnya dengan raut penuh kebanggaan. "Sempurna," gumamnya saat melihat bekas kemerahan pada bahu Sehun, sebelum mendaratkan sebuah kecupan pada bibir kekasihnya. Ia lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Sehun dan berbisik, "Apa kamu ingin bergabung denganku di kamar mandi?"
Sehun refleks mendorong Chanyeol yang kini sibuk menertawakan dirinya sembari berjalan ke lemari baju untuk mengambil pakaiannya. "Kalau kamu berubah pikiran, pintunya tidak kukunci!" seru Chanyeol sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi.
Sehun meletakkan kedua tangannya di atas dada sebelah kirinya, merasakan jantungnya yang berdegup kian kencang dan wajahnya yang terasa panas. Ia kembali merasa seperti seorang remaja yang jatuh cinta untuk pertama kalinya.
○○○●○○○
KAMU SEDANG MEMBACA
Auld Lang Syne
FanfictionTerima kasih atas tujuh hari ini, they're truly amazing. Mari kita habiskan tujuh hari lainnya, tapi kali ini, akulah yang akan memberitahumu apa yang paling kusukai dari dirimu. [On hold]