Lantai itu tampak mengkilat dan licin, orang-orang berjalan di atsnya dengan tergesa gesa. Tak satupun siswa yang pakaianya kering seutuhnya, kaki mereka memijak kramik dingin tanpa alas kaki. Mereka yang diantar orang tuanya ke sekolah naik mobil mungkin sedikit beruntung.
Erina duduk di tempat yang biasa ia pilih, dikeluarkannya buku-buku dari tas gendong yang kelihatan basah.
Listy : "jangan bilang buku Pancasilamu basah?"
Erina : "ini sangat gawat, tapi semoga saja masih ada waktu sampai kelas dimulai"
Listy : "jangan bilang kau ingin mengerjakan tugas itu lagi?"
Erina : "apa boleh buat, sebagai murid teladan, tidak mengumpulkan PR itu sangat memalukan"
Listy : "kau ini, mau lihat jawabanku? kurasa akan lebih cepat"
Erina : "tidak perlu, ini cuma Pancasila, anak sd juga bisa mengerjakannya sendirian"
Listy : "untung cuma Pancasila ya"Beberapa saat kemudian Erina melirik ke arah jam, ia terkejut lima menit lagi bel akan berbunyi. Ia mempercepat tangannya dalam menulis, tak satupun orang yang bisa membaca tulisan itu, bahkan penulisnya sendiri. Ditarohlah pena Erina kemudian melihat ke arah jendela yang tampak masih hujan. Erina tersadar bahwa Pak Guru belum juga datang walau bel sudah berbunyi sedari tadi.
Akhirnya Pak Guru datang setelah terlambat setengah jam, beliau masih sangat muda, sepatunya terlihat kering dengan pakaian yang rapi. Erina mengeluarkan buku dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan belajar, begitu juga dengan Listy dan yang lainnya. Pak Mail datang tanpa membawa apapun, bahkan ia tidak duduk, hanya berdiri sambil memandang tajam murid-muridnya
Pak Mail : "Langsung saja ya, Bapak tidak ada banyak waktu, ada urusan yang harus saya selesaikan, jadi,,, lakukan sesuatu yang ingin kalian lakukan. Baik saya permisi." kata Pak Mail dengan nada malas
Seketika pria itu berjalan keluar kelas tanpa sempat menaruh lengannya di atas meja,
Erina : tunggu Pak, bagaimana dengan PR minggu lalu? dan bagaimana dengan KBM hari ini? apa maksudnya lakukan apa yang ingin kami lakukan?
Pak Mail : "yaaaa, aku mengapresiasi kalian yang sudah mengerjakan PR, yang belum, aku tidak peduli, lagipula aku juga tidak ada waktu untuk melihat tulisan kalian"
Listy : "tidak bisa begitu dong Pak, kami rela datang pagi-pagi hanya untuk mengikuti pelajaran Bapak, kami rela kehujanan, buku kami basah dan harus mengulang PR dari Bapak, tapi ini kah yang kami dapat dari Pak Mail?" ujar Listy dengan nada tinggi
Pak Mail : "hahh... Apa yang kalian harapkan dari pelajaran Pancasila? Apakah dari kalian masih ada yang tidak hafal dengan kelima sila Pancasial? Apakah kalian tidak tau cara menjadi warga negara yang baik? Mudah? Pancasila itu mudah!! Tapi, kenapa saya belum pernah menemui ada murid yang dapat nilai seratus di mata pelajaran saya? Kenapa justu nilai seratus kerap ditemui pada mapel Matematika yang justru malah sulit? Yaaa? Kalian mengerti?? Ada peetanyaan?"
Kata-kata itu membuat se isi kelas diam dengan raut wajah yang kaget.
Pak mail : "saya permisi" ujar Pak Mail sambil berjalan meninggalkan kelas setelah menutup pintu.Di tepi jendela sebuah ruang yang dipenuhi kursi dan meja, tampak Pak Mail seorang yang tidak sedang mengajar, ia menyalakan sepuntung rokok lalu menghirupnya dengan lega, dipandangnya pepohonan yang dikoyak hujan dari balik jendela. Dirinya tampak tersenyum kecut seakan puas dengan apa yang telah ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujian Bulan November
Short StorySebuah kumpulan cerita pendek dengan berbagai konflik di dalamnya, banyak hal tak terduga yang akan terjadi di bulan November