"Enggakkkkkk, gue ga salah. Pergi lo iblis. Pergiiiiiiiiiiiiiiii!" Jerit dan teriakan pilu Selva terdengar seperti kicauan burung yang berteriak minta makan kepada induknya. Tidak, ini masih belum sepadan dengan apa yang diterima Clara. Perbuatan biadab itu jauh lebih keji. Nyawa harus dibayar dengan nyawa apapun resikonya.
Airin tersenyum dengan tenang, kuku panjang di tangan kanannya siap mencabik muka Selva yang separuhnya terkena noda darah karena berusaha melawan. Tiga bulan lamanya ia menahan diri untuk tidak melakukan apapun pada kukunya supanya memanjang secara alami, ia benar-benar menunggu hari pembalasan saat ini.
"Jelasin, lo ada masalah apa sama Clara?" Untuk terakhir kalinya, Airin berusaha tenang. Ia ingin mendengar alasan mengapa Selva harus ikut campur tangan secara tidak langsung untuk membunuh sahabatnya. Dulu mereka bersahabat, Airin memang tahu jika Clara dan Selva tidak akur. Namun ia tak habis pikir jika mantan sahabatnya itu akan bertindak sejauh ini demi membuat mental Clara hancur habis-habisan.
Sekalipun perempuan itu terus berusaha meminta ampun darinya dengan sujud bertekuk lutut menyembahnya layaknya Tuhan, ia tetap tidak bisa mengampuni.
Bagaimana bisa ia mengampuni para pembunuh itu?
Tiga bulan lamanya Airin bermimpi buruk, potret dan potongan kejadian sejak ia mendapat kabar kematian sahabatnya terus menghantui dirinya. Ia ingat betul teriak Clara didalam mimpinya yang memohon berusaha untuk diberi kesempatan untuk tetap hidup. Bahkan hingga hari sebelum semua rencana dan aksinya dimulai, Clara kembali mendatangi mimpinya.Jangan salahkan dirinya jika ia menjadi seperti saat ini, tanyakan pada orang-orang di sekelilingnya kenapa mereka harus merubah Airin menjadi sosok yang saat ini tidak mereka kenal.
Selva menggeleng, ia tidak tahu lagi harus menjawab apa. Otaknya buntu, ia tahu ia salah. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana perempuan yang sedang dikuasai emosi besar itu memaafkan perbuatannya.
"Jawab." ucap Airin dingin. "Lo minta gue kasih kesempatan, tapi apa lo bahkan ngasih kesempatan buat Clara yang hampir sekarat saat itu? Apa lo inget gue sebagai sahabat Clara? Kenapa lo ga mikir kalo gue bakal marah besar karena hal-hal yang lo lakuin? Lo pembunuh!"
Hening, Selva tak merespon. Tubuhnya bergetar, tatapan matanya kosong. Padahal ia tahu seberapa ganas Airin jika ia sudah marah, tapi kebahagiaan saat mem-bully Clara benar-benar membuatnya lupa akan akibat fatal itu.
"JAWAB GUE SELVA AYUNINGTYAS!" Bentakan Airin yang membuat Selva sesegukan.
Kedua perempuan itu tampak seperti manusia yang kehilangan kewarasannya.
Selva yang tampak menyedihkan karena begitu tertekan dengan kehadiran Airin, sosok yang tak pernah ia duga akan mengancam nyawanya. Dan Airin yang hampir seluruh jiwanya dipenuhi oleh amarah dan balas dendam.Kriet..
Tak...tak
Suara gergaji besi yang dipesan khusus oleh Airin dengan harga puluhan juta untuk membunuh pelaku pembunuhan sahabatnya itu terdengar mendekat. Selva menggeleng, ia menutupi telinganya dengan kedua tangannya, tidak ingin mendengar suara itu.
Airin sudah berdiri di hadapannya.
"Enggakkkkk!" Wanita malang di hadapan Airin menjerit untuk kesekian kalinya. Gergaji di tangannya diarahkan ke dagu Selva, membuat seluruh tubuh wanita itu bergetar hebat. Bibir Airin terangkat, ia harus puas dengan jalang terakhir yang akan ia renggut paksa nyawanya.
"Lo diem aja kuman! Gue udah sangat-sangat berbaik hati sama lo buat gak nelanjangin lo sekarang. Lo tau aib gue, gue tau aib lo. Jadi setitik rasa iba ini gue kasih buat lo karena kita pernah sahabatan. Kita pernah haha hihi bareng, sebelum lu dengan tega bikin sahabat gue meninggal. Jadi.... CEPET LO JELASIN KE GUE APA YANG ADA DIPIKIRAN LO SAMPE TEGA BERBUAT KAYA GINI!! Padahal dulu lo sendiri yang bilang kalo lo takut gue lepas kendali kalo gue udah marah, tapi kenapa lo yang paling kenal gue malah ngelakuin ini? Kenapa lo bikin gue lepas kendali? Kenapa lo harus bikin sisi kelam yang gak bisa gue kendaliin ini harus keluar SELVA!?"
Hiks... hiks... "Gue gatau apa-apa, gue ga ada masalah sama Clara. Gue cuma gasuka aja sama dia. Makanya ketika ada yang nge-bully dia, gue ikut-ikut aja. Tapi sumpah kita gak ada masalah. Gue cuma cari sensasi aja Rin, maafin gue. Inget, dulu kita sahabat dan saling sayang."
"Hmph." Jelas sekali Airin tampak tidak puas dengan jawaban wanita dihadapannya. Namun apapun jawaban itu, tidak akan mengubah keputusan dirinya untuk tetap membunuhnya.
"Jawaban lo dari tadi ga ada yang bikin gue puas. Padahal kalo lo emang ada masalah sama Clara, gue mau kasih sedikit keringanan. Karena emang masalah lo sama Clara secara personal ga perlu gue ikut campur. Dan gue ingetin, jangan bawa kata sahabat dalam masalah ini. Paham? Apa bahkan lo inget kalo Clara itu sahabat gue? Gue tau Sel, selamanya lo ga akan bisa nerima Clara. Tapi dia apa pernah cari masalah duluan sama lo? NGGAK! Selalu lo yang cari gara-gara duluan sama dia. Tapi kenapa lo harus setega ini? Dia manusia kayak lo, dia berhak buat hidup. Dan karena lo jawab gitu tadi, berarti gue bakal tetap ngelakuin sama dengan rencana awal."
Selva berdiri, ia berlari dengan kencang dan menabrak tubuh Airin hingga sempoyongan. "Nggak, gue ga bisa mati, gue bakalan selamat. Lihat aja bitch, hidup lo bakal hancur. Gue bakal laporin lo ke polisi dan minta bokap gue supaya suruh hukum mati lo." Teriak Selva. Ia tidak bisa membiarkan dirinya mati di tangan orang gila seperti Airin.
"Kelinci itu ingin bermain kejar-kejaran rupanya." ucap Airin kemudian dengan santai mengejar tubuh yang tak lama lagi akan menjadi sebuah bangkai.
"Ketangkap." Ucap Airin.
"Lepas, tolonggggggggg! Gue minta maaf Rin, gue bener-bener gak tau kalo mental Clara selemah itu sampe dia ma...."
PLAK
"Jaga mulut lo biadab, manusia kaya lo emang ga seharusnya dapet kesempatan buat hidup. Lebih baik lo mati sekarang, minta maaf sama Clara sebelum malaikat kirim lo ke neraka." Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut hina Selva membuat Airin marah. Jelas saja Airin marah, sahabat yang dekat dengannya dihina dan diperlakukan sedemikian rupa hingga membuatnya sekarang binasa. Seandainya saja Airin lebih peka dengan hal-hal yang ingin berusaha Clara sampaikan, pasti dia tidak akan seperti sekarang.
"Maaf Rin... gu..gue minta maaf. Gue tau gue salah, gue nyesel, gue minta maaf."
Airin menjerit keras sekali, sukses membuat Selva mematung karena terkejut dan takut. "Andaikata.... andaikata maaf lo bisa bikin orang yang meninggal hidup lagi, gue jamin lo gak akan diambang kematian kayak gini Sel." ucapnya pilu.
Airin mulai membombardir Selva dengan segala serangan paling menyakitkan di imajinasinya. Segala bentuk perbuatan keji ia berikan kepada Selva, hingga akhirnya membuat gerakan Selva melemah dan tak berdaya. Tangan gadis di hadapannya tergolek kaku. Ia tak sempat lagi menjerit, yang bisa dilakukan dengan keadaan tubuhnya yang menyedihkan adalah menangis. Sebelum akhirnya ia tak bersuara lagi.
Airin tak puas, ia menarik kaki Selva untuk berputar kearah sebaliknya hingga bunyi tulang yang patah terdengar nyaring di telinganya seperti nyanyian kebebasan. Sungguh naas kondisi Selva saat ini, tubuhnya terbujur kaku dengan tusukan demi tusukan yang puluhan kali Airin berikan. Matanya terbuka, kakinya patah, dan kulit pada kedua lengan tangannya terkelupas karena tersentrum saat sebelumnya berusaha melarikan diri.
Melihat mata indah yang terbuka itu membuat Airin ingin memberikan hadiah terakhir untuk pembunuh itu. "Selamat menuju penghakiman, bitch!" Dan di detik berikutnya pisau dapur yang tadi dibawanya di saku menancap di mata kiri Selva, darah segar keluar mengalir melalui mata kirinya. Bola mata bulat itu sudah tak lagi berbentuk karena tusukan yang amat dalam.
Selva Ayuningtyas meninggal dengan badan menyatu sepenuhnya dari kepala ke kaki dengan posisi melingkar sempurna. Darah terus mengalir keluar dari tubuhnya melalui lubang bekas tusukan dan menetes tak kunjung berhenti hingga membuat sebuah kubangan di beberapa bagian di tempatnya tak bernyawa itu.
"Sungguh maha karya yang indah." pujinya.
Tbc.
Retakmu sadis
kaulah definisi sakit paling tragis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destructive Revenge
RandomKabar meninggalnya Keyvara Clara Amelia membuat orang-orang heboh. Kematian dadakan yang dikabarkan karena penyakit itu membuat banyak orang terheran-heran. Pasalnya, tiga hari sebelum kabar duka dikumandangkan, Clara masih sehat serta tertawa cekik...