10%

1.6K 242 32
                                    

BAGIAN 01 :
AWAL KENALAN.
Kim Dokja × Reader.

Start!

━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Ih, si babik suka nyolong makanan orang."

[Name] mendengus malas. Entah sudah berapa kali ia makan di bangku taman, berapa kali pula ia harus kecolongan lauk karna anak-anak yang nakal.

Namun walau sering dibegal preman makanan cilik, taman dibelakang perumahannya adalah yang terbaik, selain tidak terlalu ramai, keadaannya pun sejuk jadi [Name] selalu menyempatkan diri untuk mampir jika ada waktu luang.

Seragam sekolah masih dipakai, dia gak mau pulang dulu sebelum bekalnya abis atau nanti dimarahin Kanjeng Penguasa Alam Rumah.

Paling parah kalau masih full belum disentuh, wah berasa lawan Last Boss dengan damage weapon hanger +++99999999

Yah, tapi [Name] sebagai anak penurut dan menghormati orangtua jarang bekalnya tak habis. Cuma ya hari ini pas istirahat dia ngantuk berat jadinya skip makan dan lanjut ngebo.

Tidur dikelas adalah kenikmatan hakiki.

Lagi enak-enaknya melamun dan membayangkan dunia isekai, sayup-sayup ia dengar kebisingan dari balik pohon besar didekatnya. [Name] anak pemberani, tidak takut kecoak terbang apalagi hangtu. Tapi boong.

Dilihat keadaan masih sore cerahan dikit, ya keberaniannya masih terkumpul full. Akhirnya seusai menutup bekal dan merapikan tas, gadis bersurai kelam itu mendekat sumber suara.

Semakin lama, semakin jelas dan semakin mengundang kerutan didahi [Name].

"Dasar cupu! Kerjanya baca buku doang!"

"Huuu! Cowok itu hobinya main bola, bukan baca buku! Lemah!"

"Bakar aja bukunya! Biar dia nangis! Diakan lembek! AHAHAHA!"

Wajah [Name] bener-bener terganggu akan seruan-seruan tidak manuk akal tersebut, dia yakin seratus persen ini bukan kecoak terbang.

"Wah, kebetulan aku bawa korek api!"

"Sekarang, berikan bukumu!"

"Rebut aja, ngapain diminta! Ahahaha!"

"Stress."

Satu kata dengan nada menyebalkan terdengar, mampu menghentikan aksi pemaksaan yang sedang terjadi. Cowok bersurai hitam bersandar pada pohon, terlihat kesakitan sembari memeluk bukunya erat-erat. Sementara ada tiga cowok lain yang pakaiannya jauh dari kata rapih.

"Heh, kau siapa, hah?! Beraninya ngatain kami! Kamu gak tau kami siapa?!"

"Minta dipukul nih cewek!"

"Lo pikir lo siapa anjing, nyampe semua orang harus tau?" [Name] mengerutkan alis lagi, tak suka dengan pertanyaan tak berbobot barusan.

"HEH! Cewek itu mulutnya harus sopan! Kasar sekali!"

"Dih kok ngatur."

"Kita tunda eksekusi bukunya, kita harus beri pelajaran pada cewek sialan ini."

Cowo yang berperilaku seperti wak geng maju kedepan, bergaya teleng-telengin kepala sambil menatap tajam biar terlihat garang. Aslinya, di batin [Name] 'Kecengklak mampus lo,'

Sudah membuat kuda-kuda, [Name] dikerumuni tiga cowok tersebut. Siap ditonjok. Dalam hati [Name] gak nyangka langsung di serang berjemaah.

"Hah, cewek lemah itu harusnya diam aja~"

"Sok-sokan jadi pahlawan. Sekarang siapa yang mau nolongin? Ahahahaha!"

[Name] berdecak sebal, dia tau diri. Jelas, kalau diserang bersamaan dia akan kemungkinan tumbang. Jadi bagaimana dia dapat lolos dari situasi mengawikwok ini?

"Cupu, nyerang kok bareng-bareng. Situ lemah ya? Wowkwokwowk."

Yak. [Name] malah makin memancing ikan didalam kawah berapi. Alias, bukannya kabur malah makin ngebuat dendam.

Bodohnya.

Salah satu berdecak, dia sudah emosi karna diejek terusan oleh cewe gak jelas ini. "Terserah! Ayo kita pukul dia sampai bonyok!"

"Ya!"

BUGH!

"WOI! LO PADA APAIN ANAK GUEEEE?!"

Anda salah tanggap pemirsa. Yang tadi bukan suara tonjokkan yang berdamage melainkan weapon andalan sejuta emak;

Sendal!
Damage : ++999999999

Setara dengan skill sapu lidi!

Dan sebelum ada tangan yang menjotos wajah [Name], dengan gagah berani sandal swallow itu menggeplak balik anak-anak bandel tersebut.

[Name] tersenyum bangga, soal sendal-menyendal, mamanya sudah masuk ke tingkat internasional andromeda mega super profesional hengker gemink sendal tsah.

Dan anak-anak tadi, menyadari adanya Last Boss yang datang langsung ngebirit kabur dengan ancaman abal-abal ke cowok yang memegang buku. Padahal mata mereka berair kayak mau nangis.

"Eh, kamu gapapa?" Menyadari adanya satu makhluk lagi, [Name] segera bertanya ramah.

"Gaoaoa, gaoaoa. Hm, bukannya langsung balik ke rumah malah main disini?"

"A-aduh-aduh! Sakit ma!" Rupanya pertarungan belum selesai, Last Boss menyerang sekutunya dengan skill jeweran tangan kematian.

Cowok tadi keliatan panik dikit, menyadarkan sang emak bahwa masih ada manusia lain.

"Eh kamu juga yang mau nakalin anak saya ya?" tanya si mama galak.

Cowok tersebut makin panik. [Name] juga gak kalah panik. "Bu-bukan, ma! Dia tuh digangguin sama anak-anak yang lari tadi, untung mama dateng."

Wajah sang mama melembut, "Oalah, kirain. Terus kenapa disini? Udah sore lebih baik p──tangan sama pipi kamu kenapa?"

Plak!

[Name] menepuk pelan tangan mamanya. Masa daritadi blio gak sadar ada memar-memar disana?

"Pertanyaan itu sensitif ga sih, ma?" bisiknya

Si mama mendadak diam, merasa salah ngomong. Eh tapi dia kan maksudnya baik, ya gapapa lah.

"Oh, ini karna jatuh tante. Haha."

"Wajahmu itu gak meyakinkan banget, tau?"

"Eh?"

"Omong-omong namamu siapa, nak?" tanya si mama

"D-Dokja, Kim Dokja, tante."

"Ooo, Dokja, ayo ke rumah! Biar diobatin lukanya."

"Heh! Kamu masih kecil udah ngajak cowok ke rumah?!"

"Kan sama mama???"

"Oh ..... iya juga..."

━━━━━━━━━━━━━━━━━━











vote utk chp slanjutnya.

𝐂𝐑𝐔𝐒𝐇 ⦂ kim dokja, orv.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang