"Lo nggak tau dia. Jangan ngomong yang nggak-nggak," ucap Dewa dengan nada sedikit kesal, berusaha menahan emosinya.
"Gue sama yang lain bukannya ngelarang lo dekat sama dia, cuman kita pada nggak tega aja liat lo diporotin sama cewek itu," Lauren menimpali dengan serius, matanya menatap Dewa dalam-dalam. Ada kerinduan yang tersisa dalam tatapannya, seolah masih ada sisa-sisa rasa yang sulit untuk dihapus.
"Lo kayak kacang lupa kulit Wa kalo sama dia," Nikolas menambahkan sambil mengangkat jempol terbalik ke arah Dewa, ekspresi wajahnya penuh sindiran.
"Mending lo balikan aja noh sama si Loren. Kemaren curhat ama gue, emang masih ada rasa sama lo."
"Iya, nggak, Ren?" kikik Nikolas sambil menaik-turunkan alisnya, memperhatikan cewek yang rambutnya dijuncir satu, mirip kuda.
"Iya dong, gimana mau moveon gue spek Dewa begini," jawab Lauren sembari melirik Dewa dengan senyuman nakal.
"Anjay," balas Dewa singkat.
"Dah lah, emang lo goblok si." Nikolas berucap seraya meludah ke samping kirinya. Ia cukup kesal dengan gadis bernama Hazel itu.
"Tapi gue nggak yakin si lo beneran suka dia. Jujur aja lo sebenarnya terpaksa kan?" tanya Galuh yang tiba-tiba datang.
"Hmm, bener. Gue nggak beneran suka sama Hazel sebenarnya." Dewa mengakui itu.
"Terus ngapain lo ngabisin duit cuman buat orang yang nggak penting di hidup lo Dewa?"
Dewa menggelengkan kepala, mencoba mengabaikan komentar-komentar yang tidak berguna dari teman-temannya.
"Mending buat traktir kita-kita aja?"
"Lagian ya tu orang kalo di banding sama Lauren, beda jauh. Cupu gitu. Nerd bro."
Dewa merasa pusing mendengar ucapan-ucapan itu. Ia meremas-remas rambutnya, berusaha menahan kesabaran. "Nggak usah dibahas," jawabnya dengan nada tegas. lainnya menggoda, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Cuma bercanda, bro!"
"Yang masih bacot jangan harap dapet traktiran gue hari ini," Dewa menatap Galuh dengan nyalang karena mengusik harinya yang sudah suram ini.
"Gas cari makan?" tanya Dewa lagi
"Nggak, gue sama yang lain juga udah makan. Wine aja gimana?" Galuh menjawab dengan semringah, senyumnya menyebar ke seluruh meja, dan semua pun setuju dengan ide itu.
Mendengar itu, Dewa membuang napas berat. Rasanya aneh, baru-baru ini ia rutin ke rumah sakit untuk menemani Hazel berobat. Ia tahu betul bagaimana makanan yang tidak sehat bisa berdampak buruk, terutama soda. Dewa teringat saat melihat pasien di ruang HD, dan ia tidak ingin mengalami hal yang sama. "Wine nggak gue traktir," katanya tegas.
"Alah, anji*g lo," salah satu teman mengeluh, tidak suka dengan respons Dewa.
"Tuh kan semenjak kenal tu cewek Dewa jadi nggak asik." Nikolas menambahkan.
Dewa menghela napas, frustrasi menghadapi teman-temannya di situasi seperti ini. Ia merasa di asingkan, agen bully tolong selamatkan Dewa sekarang! Cepat.
"Nggak ada sangkut-paut sama Hazel."
"Ya, lagian lo. Udah gila mikirin pelajaran, mikirin kisah cinta lo. Nah sekarang waktunya kita asik-asik dulu nggak si?" Stella menimpali, berusaha mengajak Dewa.
"Gue nggak nyuru kalian mikirin masalah percintaan gue," kata Dewa mulai emosi.
"Ayok lah, kapan lagi kita minum. Kali ini gue yang trakhir? Gimana?" Sanggah Nikolas.
"Hmm, besok gue minum. Hari ini nggak dulu." Dewa hanya bisa pasrah, cowok itu hanya tidak ingin mengecewakan teman-temannya lagi. Ia tau beberapa hari ini sangat jarang berkumpul, dan ia mengaku salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity || END
Romansa"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...