Goodlooking Penting Nggak, Sih?

1.2K 6 0
                                    

Goodlooking penting nggak, sih?

Pertanyaan naif itu saya pikirin sejak SMP, bahkan mungkin SD.

Ngeliat temen-temen yang pada dandan cantik, dikuncir sana-sini, pakai model rambut yang sekarang trending disebut cepmek, aduh! Makin insekyur pasti.

Bukannya apa ya, di antara temen-temen saya, tuh, yang belum pernah pacaran cuma saya doang! Bayangin aja, yang lain cerita tentang cowoknya saya cuma planga-plongo nggak jelas dan ngangguk-ngangguk pura-pura paham.

Waktu itu saya cuma mikir, mungkin pas besok gede saya dandan cantik sepuasnya karena udah punya uang. Eh, pas gede malah males dandan. Yaudah, maklum aja kalau sampai sekarang gak ada cowok yang naksir.

Eh, kok jadi curhat, sih?! Nggak apa-apa lah, ya. Namanya juga nulis semaunya.

Balik lagi ke masalah goodlooking, first impression seseorang ke kita itu emangnya penting? Kalau zaman sekarang, ya, saya jawab kalau itu penting.

Waktu dulu kecil saya sering mengkotak-kotakkan manusia. Ada dua tipe manusia:

Tipe pertama, dia yang jenius abis, tapi tampilannya cupu dan kaya wibu—pakai kacamata dan jalannya nolep.

Kedua, si anak caper yang dandan sampai pakai lipstick tebelnya 10 km tapi otaknya kosong.

Saya sempet milih buat jadi tipe pertama, karena apa ya, dulu mikir mau aneh-aneh aja nggak punya Blackberry apalagi BBM. Yaudah, mending duduk manis di meja belajar dan berusaha buat jadi anak berprestasi. Waktu SD sampai SMP fine-fine aja lah, ya. Eh, pas SMA, kok, makin ngadi-ngadi pelajarannya?! Mulai dari situ saya nggak terlalu ngambis dan sadar diri ketika ketemu ada anak tipe ketiga:

Udah cakep, otak encer, sering nyumbang piala, mana alim lagi.

Saya jadi ngubah presepsi mengenai mengkotak-kotakkan manusia—yang sejatinya nggak sehat buat pemikiran saya—bahwa, ketika kamu cakep kamu akan dihargai, apalagi ditambah pinter, udah no debat jadi kesayangan guru.

Nggak usah muluk-muluk, deh, meskipun banyak orang yang secara gamblang bilang, "Kita itu sama, nggak boleh melihat dari fisiknya."

Tapi namanya juga manusia dengan segala sifat alamiahnya, pasti tetep ada pandangan kalau yang enak dilihat yang diprioritaskan.

Intinya, sih, sistem kerja dunia itu keras ya, kalau Tuhan nggak mengaruniai otak cemerlang, ya, seenggaknya goodlooking dikit, lah.

Tapi, jangan jadikan tolok ukur itu buat insekyur, karena dunia nggak bakalan peduli sama kita. Pinter-pinter nyari dan manfaatin lingkup sosial aja, sih, biar punya tempat.

Udah, itu aja, sekian bacotan unfaedahnya.

SOAL MENGELUH, SAYA JAGONYAWhere stories live. Discover now