-00-

8 2 0
                                    

Y/n pov.

"Ah, gila kamu ganteng banget Jin!!" Ujar seorang wanita yang kulihat, yang dimana ia sedang memakai headphone di kepalanya, ia sedang terobsesi melihat hp-nya.

"Aku heran, ia sedang melihat siapa sebegitu senangnya. Secakep apasih lelaki itu"- Ucapku dalam hati.

Aku mengambil minuman "Ultra Milk" rasa taro dari dalam kulkas, dan memasukannya kedalam keranjang biru Indomaret. Aku mengingat kembali apa saja yang sudah habis di rumah, karena memang karena covid-19 pengeluaran di rumah jadi banyak. Seperti makanan, aku harus punya stok yang banyak, agar jarang keluar. Aku memasukkan bumbu-bumbu yang seingatku sudah habis di rumah, aku juga memasukkan telur, nugget, dan mie ke dalam keranjang. Aku juga memasukkan buah-buahan dan beberapa sayuran seperti selada dan tomat ke dalam keranjang. Saat di kasir, aku mengeluarkan kartu atm bca milikku dari dompetku. Harga yang dikatakan Mba Indomaret itu sungguh besar nominalnya, namun untunglah uang di atmku cukup untuk membayar belanjaan itu. Aku keluar dari Indomaret, dan berjalan kaki ke rumahku lagi. Langit-langit sudah memberi warna oranye, merah, lalu merah muda dengan ungu, matahari sudah mau terbenam.

Di keluargaku, semuanya bekerja untuk diri sendiri. Ayah? Ia tak peduli. Ibu? Iapun begitu. Tidak ada uang yang diberi, tidak ada pula seseorang yang memasakkan sesuatu kepada kita setiap pagi dan malam. Kakak pertamaku? Dia perempuan, kuliah di luar kota, biayanya ia sendiri yang mencari. Kakak keduaku? Dia lelaki, kelas 3 SMA, ada di Rumah, jualan juga sepertiku, kita bekerja sama, hasilnya kita bagi dua. Kita agak dekat tapi tetap aku merasa seperti jauh. Kita dekat juga karena ada suatu bisnis penjualan. Juga katanya nanti dia mau kuliah di luar kota seperti Kakak pertama, jadi dia mau mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari sekarang. Adik pertama? Dia lelaki, kelas 3 SMP, youtuber tentang game, maksudku ia seorang gamer. Penghasilannya dari youtube. Hasilnya untuk ia pakai sendiri, seperti membeli beberapa kebutuhan hidupnya. Adik kedua? Dia perempuan, 1 SMP, seorang penulis, dia hebat, walaupun ia masih kelas 1 SMP, ia tahu apa yang ia inginkan dengan jelas, dan ia bersungguh-sungguh mempelajarinya. Bahkan sudah ada beberapa buku yang diterbitkan oleh penerbit atas nama dia. Hasilnya juga ia pakai untuk kebutuhannya sendiri. Kita satu sama lain saling mengerti, karena orang tua kita tidak bisa bertanggung jawab merawat kita, maka dari itu kita harus bisa mencari penghasilan sendiri-sendiri. Walau hanya bisanya untuk diri sendiri saja, tidak bisa memberi banyak untuk yang lainnya.

Ah, aku? Aku 1 SMA. Berjualan kue bersama kakak kedua. Aku bisa memasak, memanggang dan berkreasi di dapur. Aku senang sekali di dapur. Aku tidak masuk tataboga di SMK, karena aku masih ragu, apakah aku benar mau memilih memasak sebagai profesiku. Jadi aku memilih SMA saja, dan aku masih mau melihat lebih banyak profesi-profesi lainnya.

Akhirnya aku sampai di Rumah. Rintik-rintik hujan sudah mulai membasahi tanah, aku masih ada di depan pagar rumah. Aku tidak langsung masuk ke Rumah karena aku ingin dibasahi oleh rintik-rintik hujan, aku suka hujan. Beberapa detik kemudian, hujan semakin besar, aku memutar-mutarkan badanku sendiri, dan adik pertamaku membuka pintu dan berkata,

"Kak, Kakak sehat kan?? Belum gila??" Sambil memasang wajah khawatir. Aku pun berhenti memutar-mutarkan badanku setelah mendengar suaranya.

Lalu aku menjawab,
"Belum kok, belum gila, baru stress dikit aja." Sambil tersenyum dikit.

Dia menyuruhku masuk ke dalam Rumah, kalau tidak katanya aku akan sakit. Aku disemprot sanitizer di depan pintu Rumah, aku disuruh cuci tangan, cuci kaki karena habis dari luar dan akhirnya aku diberi handuk kering olehnya.

"Ga main game?" Tanyaku, sedikit basa-basi. Sambil mengusak-usak rambutku yang terkena air hujan. Kita berdua sedang berdiri di depan kamar mandi.

"Engga, aku mau ubah jadwal." Katanya.

"Ubah jadwal gimana maksudnya?" Tanyaku lagi, penasaran.

"Waktu kemarin-kemarin kan emang full pagi sampe malem main terus, kalo sekarang pas malem aja mainnya, aku mulai dari jam setengah delapan malem. Aku juga mau nambahin konten lain di youtube aku, engga cuman tentang game mulu.. Mumpung sempet lagi libur karena covid kan, kalo lagi Sekolah mana berani aku begadang kayak begini." Jelasnya kepadaku. Adik-adikku memang hebat, walau begadang tidak baik untuk kesehatannya, ia berusaha mengurangi waktu bermainnya dengan gadget. Kalau boleh jujur, aku tidak suka dia begadang, apalagi menatap layar gadget terlalu lama, tapi karena ia menyukainya, dan ia menguasainya, aku dan kakak-kakakku yang lain mengizinkannya. Kita tidak boleh mengubur bakat seseorang kan.

"Ohh, gitu, kamu pinter ya? Udah mulai bisa bagi waktu? Jadi pas malemnya kamu main sampe jam berapa?" Tanyaku lagi sambil aku berikan handuk kering yang sudah kupakai tadi kepadanya. Ia mengambilnya.

"Selesainya ga nentu si hehe.. Nanti jam 4-an aku tidur, bangunnya jam 10-an, nanti aku mandi, terus ikut beres-beres rumah bantuin kakak deh. Siangnya kalo semuanya udah beres, aku mau tidur lagi hehe." Jelasnya lagi.

"Hmm gitu, kamu nokturnal ya haha, yaudah gapapa, karena kalo menurut kamu jadwal itu udah efektif banget buat kamu, kakak dukung, tapi tetep kamu harus tidur banyak ya, pokoknya tiap siang kamu harus tidur deh." Pesanku padanya, sambil mengelus-elus rambutnya. Ia hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu ia membantuku di dapur, kita memasukkan bumbu-bumbu ke dalam tempat penyimpanan bumbu. Kita memasak omelet keju bersama. Anaknya sweet 'kan?

"Athena dimana? Kayak biasa? Di kamarnya?" Tanyaku padanya lagi, aku bawel ya? Iya dong. Athena, dia adik perempuanku ya.

"Iya, dia di kamarnya, nulis novel lagi, kelanjutan dari novel yang kemarin baru terbit." Jawabnya sambil mengambil piring untuk omelet.

"Hmm gitu, pasti dia sungguh-sungguh pengen ngeluarin novel yang bagus, adik-adik kakak pada hebat-hebat ya." Pujiku lagi.

"Iya, kalo buat novel, ceritanya harus beda dari yang lain, biar pembaca tertarik. Pasti dia sempet kehilangan ide juga. Tapi syukurlah bisa ngelewatinnya." Katanya sambil mengambil piring makan untuk dibawa ke meja makan.

"Aku udah baca setengah dari novelnya, dan itu seru banget, aku serasa pengen baca novel itu terus sampe akhir." Kataku sambil berjalan ke meja makan. Aku menaruh piring yang di atasnya ada omelet.

"Iya, aku baru awalannya, aku juga merasa kayak gitu, kayak pengen banget baca novel itu terus." Balasnya. Omong-omong kita membeli novel itu masing-masing ya, jadi satu orang punya satu buku untuk mendukung kerja kerasnya Athena.

"Yaudah sekarang kamu panggil Athena, aku panggil Kak Vael ya buat makan malam." Kataku sambil pergi meninggalkan meja makan, begitu juga dengannya.

Lalu kita kembali lagi ke meja makan, disaat semuanya sudah berkumpul, kita duduk. Suasana malam itu sangat tenang dan adem. Derasnya suara hujan tidak membuat kami menjadi dingin satu sama lain, namun hangat. Kita mengobrol sedikit-sedikit, dan kita sangat nyaman malam ini. Aku senang, pasti yang lain juga merasa begitu. Syukurlah permasalahan keluarga ini semakin membaik karena kita jadi sering bertemu di dalam Rumah. Ini aneh tapi mungkin aku harus berterimakasih karena Covid-19 itu ada. Dan juga, walau hubungan orang tua kami hancur, dan mereka tidak bertanggung jawab dengan keadaan keluarganya sekarang, aku sangat berterimakasih karena mempunyai saudara-saudara yang pengertian.

See U In My Dreams [Jungkook Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang