Prolog

202 17 1
                                    

"Sam, gue punya pertanyaan," ucap Sky pada Sam yang tengah menggores kuasnya di sebuah kanvas. Mereka sedang berada di ruangan klub Seni, hanya mereka berdua karena Sam mengajak Sky untuk menemaninya.

"Udah pertanyaan ke 81 nih sejak kita kenal," ucap Sam tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah bunga yang sedang dilukisnya.

"Lo masih inget memori saat lo masih jadi manusia?" pertanyaan Sky sontak membuat gerakan tangan Sam terhenti.

"Lo beneran gak punya sense dan filter ya. Itu pertanyaan sensitif tau," jawab Sam dan kini laki-laki itu memutar tubuhnya menatap Sky. Sky hanya memandangnya tanpa rasa berdosa, menunggu jawaban dari Sam.

"Gue gak inget, tapi Peter inget. Dan bagi dia itu bukan sebuah keahlian, dia gak suka dengan itu," jawab Sam dan Sky mengangguk paham.

"Sebenernya, hal-hal yang mungkin kalian anggap kemampuan, bagi kami itu kutukan," ucap Sam tiba-tiba serius dan pandangannya menerawang.

"Lo mau tau apa yang gue anggap kutukan?" tanya Sam seraya melirik Sky.

"Hapus memori, tapi gue gak bisa ngapus memorinya Peter. Apa yang gue bisa itu cuma bisa dipraktekin ke manusia," jawab Sam seraya tersenyum kecil.

"Anyway, Sky. Pertanyaan lo gak pernah abis ya. Capek banget jawabnya, tanya yang lain dong," ucap Sam dan Sky sudah bersiap-siap membuka mulutnya.

"Bukan pertanyaan lain, tapi tanya vampir lain," ucap Sam dan Sky hanya bisa menghela napasnya.

"Lo kangen bisa napas gak sih?" tanya Sky dan Sam menjawab "Tuh kan, ada lagi pertanyaannya. Gak mau jawab ah. Lo pulang aja deh dari pada nanya mulu. Gak beres-beres nih lukisan gue," ucap Sam dan Sky pun menoyor kepala Sam sebelum pergi meninggalkan vampir itu.

***

Di tempat lain, Rhino yang saat itu sedang meregangkan otot-ototnya tiba-tiba terpaku saat melihat ada yang melompat-lompat dari satu pohon ke pohon lain, kemudian ke gedung.

"Anjiiirrrr ada setan," ucap Rhino dan dia dengan segera mengambil tasnya lalu keluar dari bengkel tempatnya mengerjakan project untuk skripsinya.

"Hyung, kenapa lo?" tanya sebuah suara dari belakang. Rhino menoleh dan dia melihat Iyen berjalan dengan begitu banyak buku di tangannya.

"Gue ngeliat setan. Ayo cepet pulang!" ucap Rhino seraya menarik tangan sepupunya itu.

"Kan rumah kita beda arah, hyung," ucap Iyen dan Rhino pun menghentikan langkahnya sejenak.

"Lah iya bener juga. Yaudah, bareng sampe ke halte bus aja deh," ucap Rhino, kembali menarik tangan adiknya itu.

Di tempat lainnya, Lewis sedang berjalan dengan ice americano di tangannya. Dia menyeruput kopinya nikmat. Meskipun udara dingin, tetap saja baginya ice americano adalah minuman terbaik.

Lewis mengubah arah tujuannya saat dia melihat kawanan vampir keluar dari sebuah toko buku. Lewis tidak tahu siapa nama mereka, dia hanya tahu Chris adalah salah satu yang dilihatnya. Dia tidak tahu siapa vampir satunya lagi yang terlihat begitu cantik. Well... cantik kayak cewe tapi tenaganya pasti kuat, pikir Lewis.

"Hyung... gue laper," ucap Lix pada Chris. Chris hanya menatapnya dan menjawab "Gue males hunting, Lix. Masih kenyang. Lo ajak Peter aja ya."

"Gue gak tau si Peter lagi main di mana," jawab Lix dan Chris pun berpikir.

"Si Sam ada di kampus. Samperin dia aja. Lo bisa hunting sama dia. Gue mau nganterin Sky pulang," jawab Chris dan Lix melihat arah pandangan kakaknya itu. Dia melihat Sky sedang berjalan dan berbelok ke arah apartemennya. Memang Lix tau bahwa Sky tinggal tidak jauh dari kampus.

"Udah mau nyampe tuh dia," ucap Lix dan ternyata Chris sudah tidak ada di sisinya.

"Tu orang gercep banget kalo liat Sky," gumam Lix dan dia pun pergi dan berjalan kembali menuju kampus untuk menemui Sam.

"Heh! Gila! Anjir! Penyusup!" ucap Sky kaget saat tiba-tiba Chris ada di sebelahnya dan menghisap jarinya yang tergores pisau saat dia sedang menyiapkan makan malam.

"Enak," ucap Chris yang langsung mendapat pukulan di dahinya.

"Dasar gila! Pergi lo! Masuk dari mana sih?" ucap Sky kesal dan Chris menunjuk jendela balkon yang terbuka.

"Lo sering banget ninggalin rumah dalam keadaan kebuka kayak gitu," ucap Chris yang tidak digubris Sky.

"Dah sana lo pergi! Kalo laper pergi hunting gih! Malah ngisep darah gue," ucap Sky sambil lanjut memotong sayuran.

"Gak mau jadi pacar gue?" tanya Chris dengan mata berbinar.

"Gak!" jawab Sky singkat dan menghiraukan Chris yang masih ada di sana. Duduk di meja makan dan memperhatikan semua gerak-geriknya. Chris bahkan masih ada di hadapannya, memperhatikannya makan. Tetapi, Sky sudah terlalu terbiasa dengan sikap Chris ini, jadi laki-laki itu sudah ahli dalam hal menghiraukan vampir itu.

***

Beberapa jam kemudian, Chris, Sam dan Peter langsung berlari keluar saat mendenger suara benturan keras di balkon penthouse mereka.

"Lix!!!" ucap Peter kaget dan segera membuka pintu balkon lalu mengangkat Lix yang tersungkur lemah.

"Lo kenapa, Lix?" tanya Sam seraya menatap Lix yang terlihat kesakitan dan juga gemetar ketakutan. Dia kemudian membuka jaket Lix dan dilihatnya sebuah goresan panjang di sana.

"Lo ditusuk?" tanya Chris dan Lix menggelengkan kepalanya. Dia begitu gemetar ketakutan dan ketiga vampir yang melihatnya pun hanya saling menatap bingung.

"Lix... boleh?" tanya Peter seraya beringsut mendekat dan memeluk Lix, berusah untuk tidak mengenai luka di punggungnya. Lix pun menganggukkan kepalanya.

Peter menyentuhkan dahinya ke dahi Lix dan menutup matanya. "Sam..." panggil Peter seraya mengulurkan tangannya, masih dengan mata terpejam dan kening menempel di dahi Lix.

Sam pun meraih tangan Peter dan tatapannya membulat. "Hah? Gila..." ucap Sam kemudian terjatuh. Chris yang melihatnya langsung menghampiri Sam dan mengguncang bahunya.

"Sam..." panggil Chris.

"Bukan... bukan manusia," ucap Sam seraya menatap Chris dengan mata nanar.

"Apanya?" tanya Chris bingung.

"Bukan manusia yang bikin banyak vampir musnah di Korea," ucap Sam dan kini dia menolehkan kepalanya menatap Lix. Dia terlihat lebih tenang karena Peter sudah membaca pikirannya dan berbagi apa yang dia lihat. Ya, Peter mempunyai kemampuan untuk membaca pikiran, sesuatu yang dianggapnya sebagai kutukan.

"Gue liat dia nusuk vampir lain dan vampir itu musnah. Gue langsung lari secepat yang gue bisa, dan punggung gue ketusuk ranting pohon," ucap Lix dengan tatapan kosong, kini dia memeluk lututnya.

"Apa dia liat gue?" tanya Lix pada Sam. Sam menggelengkan kepalanya. "Nggak," jawab Sam. "Tapi anehnya, gue gak bisa lacak keberadaan dia. Tadi gue cuma bisa liat saat dia ada di sana, saat Lix liat dia. Gue liat memorinya Lix lewat Peter, bukan lacak sosok itu," jelas Sam dan Chris membuka mulutnya hendak bertanya.

"Gue gak bisa liat mukanya, hyung. Makanya gue gak bisa lacak keberadaannya," jelas Sam dan ketiga vampir lainnya saling pandang.

"Gue akan lapor Brian hyung. Gue akan pergi sekarang. Sam, Peter, tolong rawat lukanya Lix," ucap Chris seraya mengambil jaketnya dan langsung keluar dan lompat melalui balkon.

"Lix... tenang ya," ucap Peter seraya mengusap rambutnya pelan.

"Gue takut dia liat gue dan ngincer gue. Apa keberadaan gue terancam lagi?" ucap Lix dan kini Sam dan Peter saling pandang. Tentu saja mereka tau apa yang terjadi pada Lix dan Chris, kejadian yang menyebabkan mereka kabur dari Sydney dan datang ke sini.

"Udah, gak usah dipikirin. Chris hyung kan lagi otw ngasih tau anggota dewan. Mereka pasti akan nemuin cara untuk mencegah dan nangkep vampir itu," ucap Sam menenangkan.

=====TBC====

JANGAN DITUNGGUIN! Update suka-suka! Kalo gak sabar bisa cek di blog dan baca versi AU twitt*rnya ya. 🤭

Beware ⚠️🔞 (2024 version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang