Anna's POV
Melihat pandangan mahasiswa di sekeliling kampus yang terarah padaku sangat membuatku muak. Menjadi pusat perhatian adalah yang paling menyebalkan, sudah jadi keseharianku sih, tapi tetap saja aku tidak terbiasa dan risih.
Lihat! Hey yang benar saja.
Mereka memandangku dengan sinis, ugh! memangnya kita kenal? Ya well beberapa.-.
Dan yang membuatku tak habis pikir, orang-orang yang memandangku penuh kekaguman.
Semua orang yang tak mengenalku pasti menganggapku sebagai seseorang yang patut di-irikan.
Aku Annabella Rika Hartanto berusia 21 tahun, putri dari pemilik Hartanto Group, perusahaan pasir besi. Tidak terlalu besar sih perusahaan dad-ku, tapi kan tetap saja pekerjaan dibidang barang tambang sangat menjanjikan. 'berkelimpahan harta' itu tanggapan orang-orang disekelilingku.
Gadis blasteran Belanda-Indo, yang kata orang wajahku sempurna tanpa cacat sedikitpun.. Aishh! Itu berlebihan. Tapi ya aku memang cantik. Haha.
Kaki jenjang, leher jenjang, mata hazel cerah (dad yang mewariskan), kulit mulus kecoklat-coklatan khas Asia.Sebernarnya kulitku putih seperti mom, hanya saja berubah kecoklatan sebab sewaktu kecil bermain layangan bersama Rio, sahabat terbaikku sejak kecil merupakan hobiku.
Dan tadaaa.. kulitku ngga bisa balik seperti semula, well memang aku tak berusaha. Lagipula, siapa yang peduli dengan kulit coklat?
Menurutku itu lebih baik daripada kulit putih pucat seperti kulitku dulu.
Dan...oh yaa, sepertinya mereka iri karna aku adalah adik dari Gregorius Dimas Hartanto. Kak Dimi itu Alumni universitasku yang lulus 3 tahun lalu, one of the most wanted student. Dan hebatnya sampai sekarang, terkadang teman-temanku masih membicarakannya. And the good news is.... he still single. Setidaknya untuk saat ini. Sekedar informasi dia itu player!
"RIKAAA" teriakan seseorang membuat langkahku melambat. Tanpa menengokpun aku tahu siapa yang memanggilku. Dari sekian banyak mahasiswa/i disini hanya dia yang memanggilku Rika.
"Gausah teriak bisa kali" jawabku kesal sambil menoleh kearahnya.
"Kau sensi sekali" cibir Scarlet dengan napas ngos-ngosan saat sudah berada dihadapanku. Aku cukup terkejut melihat pemandangan didepanku ini, keringat bercucuran dikeningnya dan rambut berantakan.
"Lo habis ngapain sih scar? Dikejar preman?" Ucapku asal sambil terkekeh dan dihadiahi jitakkan oleh Scarlet
"Ya gak lah. Siapa preman yang berani sama gue?" Jawab Scarlet bangga.
"Idih sok jagoan" gumamku sambil mengelus jidat akibat jitakkan Scarlet.
Hmm.. walau ku akui Scarlet memang jagoan. Aku sungguh iri padanya, saat usianya 19thn dia sudah mendapatkan sabuk hitam taekwondo.
"Gw emang jagoan" balas scarlet dengan nada bangganya sekali lagi sambil berkacak pinggang.
Scarlet Louisa Zach gadis cantik keturunan Rusia yang juga sahabat sekaligus teman pertamaku (ya selain Rio) saat kuliah. Kami bertemu saat Ospek hari kedua.
"Oh my god! Gw lupa" ucap Scarlet sambil menepuk keningnya.
"Apa?" Tanyaku.
Dan tanpa basa basi dia langsung menarik tanganku dan aku ikut berlari bersamanya.
"Scarlet! Apasih? Woy. Jangan cepet-cepet" teriakku kesal.
"Udah diem aja! Telat nih kita" jawab Scarlet tak kalah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Baby
Romance"You really love him, don't you?" Pertanyaan yang selalu teman-temanku tanyakan, dan tak bisa kujawab. Masalahnya, cinta itu butuh kepercayaan, mana bisa aku percaya sama playboy kayak dia. Siapa yang bisa jamin dia ngga akan bermain wanita lain d...