Jam istirahat berbunyi. Semua murid berbondong-bondong menuju area kantin. Karena disitulah tempat dimana mereka dapat memberi hidup para makhluk dalam lambung dan usus.
Namun, masih ada seseorang di dalam kelas. Tak lain adalah Hani, ssstt... jangan lupakan dengan sahabatnya!
"Kau gak lapar?" Tanya Arga dengan nada seperti ingin menangis.
"Ya."
Arga mendengus kesal mendengar jawaban singkat dari Hani.
Dengan tiba-tiba, tangan Arga mendarat di kening Hani. Membuat dirinya berhasil kaget.
"Arga ngapain?" Tanyanya polos.
"Ku pikir kau sakit." Ucap Arga dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Udah sana kalau mau makan, pergi sendiri, aku nyusul." Ujar Hani.
Arga memilih untuk tetap diam, rasanya berat meninggalkan Hani sendiri disini.
"Aku bakal makan kalau kamu makan juga!" Ucap Arga dengan nada sedikit tegas.
"Ya."
Arga mendengus kesal, untuk yang ke-dua kalinya. Tingkah laku Hani membuatnya, gemas (?)
"Arga!"
Terdengar suara yang menggema di dalam kelas.
Dua orang yang tadinya saling tak memandang satu sama lain, kini memandangi satu orang.
Orang itu adalah Zenn. Gadis kelas sebelah.
Hani tahu maksud kedatangan Zenn, tak lain adalah untuk mengajak Arga makan bersama.
Zenn mempercepat langkahnya saat melihat Arga terus menatap Hani.
"Arga!" Kini ia sudah berada di depan mereka berdua.
Arga melihat ke arah Zenn dengan tatapan datar.
"Ya?"
"Makan bareng yuk, ke kantin." Ajak nya dengan menggerakkan tangan nya seperti kupu-kupu.
"Gak lapar."
Mendengar ucapan Arga, Zenn mendengus kesal. Ia tahu kalau Arga sedang menolak ajakannya dengan suatu alasan.
"Arga, sana makan! Lo belum makan kan dari pagi?" Hani mencairkan suasana.
Arga yang mendengar ucapan Hani, menatap dengan bingung. Padahal jelas-jelas Hani tahu dirinya tak menyukai Zenn.
"Zenn, udah ajak aja Arga. Dia tuh lagi bad mood. Jadi sok-sok jual mahal."
Zenn yang mendengar ujaran Hani, dengan segera menarik tangan Arga.
"Yuk Arga!"
Arga hanya pasrah, sesekali ia melirik ke arah Hani dengan tatapan kesal.
"Bye bujang!" Ucap Hani dalam telepati nya.
Melihat dua orang itu telah hilang dari pandangan. Hani mulai mengeluarkan sesuatu.
Sesuatu yang membuat nya sesak, seharusnya ia keluarkan sejak tadi. Namun ia malu karena ada Arga.
Benda itu makin deras keluar, membuat kertas di atas meja menjadi basah.
Hani tak kuasa menahan tangisan nya, air matanya kini sama derasnya seperti hujan saat ini.
Ia melihat ke arah luar jendela, pandangan menjadi kabur karena air hujan.
"Kok bisa kamu mati?"
Hani tak menerima, bagaimana bisa tokoh kedua pria di novel yang ia baca semalam, mati?
______
______Di sisi lain, di tengah keriuhan piring dan sendok. Arga terus menatap gadis di depannya ini dengan tatapan dingin.
Ia tak menyukai gadis di depannya ini. Catat!
"Arga, mau makan apa?" Tanya Zenn dengan nada manja.
"Dibilang gak lapar!" Arga mencoba agar tak menarik keributan.
"Yaudah, aku pesanin kamu sama kayak aku yah."
Tanpa meminta pendapatan, Zenn segera berdiri dan pergi ke food court.
"Hah, batu!"
Arga tak tenang saat ini, pikirannya sedang diisi oleh satu orang. Apa yang dilakukan orang itu sendirian disana?
Tak lama kemudian, Zenn datang membawa nampan dengan dua mangkuk dan dua gelas.
"Ini Arga, makan yah!" Zenn menyodorkan mangkuk berisi mie ayam.
Arga menatap makanan itu, ia tak selera makan sama sekali!
"Arga, kamu mikirin apa?"
"Hani."
Zenn terdiam sejenak, dengan ekspresi yang sedikit aneh. Namun tak ada satupun yang sadar, termasuk Arga sendiri.
"Dia kenapa?" Tanya Zenn basa-basi.
"Gue mau ke kelas." Arga hendak berdiri, namun tangan nya dicekal oleh Zenn.
"Arga, Hani cuman anggap kamu sahabat." Satu kalimat yang keluar dari mulut Zenn membuat Arga mematung.
Dengan segera, Arga menepis tangan Zenn dengan kencang, membuat perhatian tertuju ke arah mereka.
Kini Arga benar-benar meninggalkan Zenn.
Zenn yang melihat Arga pergi begitu saja, tersenyum miring.
Membuat wajah cantik nya, berubah menyeramkan. Namun, wajah itu tertutup oleh rambut yang ia urai.
"Hani, lo bakal nyesel, kita lihat. Apa lo masih hidup, besok?" Ucap Zenn dengan smirk khas nya.
Dengan segera, Zenn mengambil ponsel milik nya. Emosi nya sudah tak terbendung saat ini.
Ia mencari nomor seseorang, dan... dapat!
"Halo."
"..."
"Ma, mama sayang Zenn kan?"
"..."
"Mama, mama mau Zenn di sayang papa juga kan?"
"..."
"Zenn anak papa mama, dan cuman Zenn aja, yah kan ma?"
"..."
"Ma, kado ulang tahun Zenn. Zenn udah pikirin ma."
"..."
"Aku pengen, jadi anak satu-satunya buat papa. Mama bisa kan?"
"..."
"Makasih ma, you're the best mom in this world. I love you so much!"
Zenn mengakhiri panggilan tersebut. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku, dan kembali untuk makan.
"The game will start!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For The Villainess
FantasyAku jatuh cinta dengan karakter bengis di novel. Bagaimana ini? . . . ©2022 ⚠️Jangan plagiat teman, aku yakin kalian lebih kreatif😘❤️ ⚠️ Tinggalkan vote nya kawan🥺✨