Kota Ferudine, Negeri Ateles.
Ferudine adalah sebuah kota di Negeri Ateles. Kota itu disebut sebagai pelabuhan tersibuk. Dermaga-dermaga dan kapal-kapal yang sibuk tiap harinya. Perdagangan menjadi hal yang utama. Kota tersebut lebih banyak berkembang pesat karena, pertukaran informasi dan budaya kerap terjadi di sana.
Kota pelabuhan serta pusat perekonomian vital bagi Ateles itu berada di bawah kekuasaan serta pengawasan County. Mereka menyebutnya sebagai Count of Ferudine.
Di bawah pengawasan dan pemerintahan dari Count tersebut, para penduduk di Ferudine menjadi orang-orang yang makmur dan sejahtera.
. . .
582 the year of the Sol.
The Castle of County.Seorang prajurit berlari ke arah dalam istana dengan tergesa-gesa. Ia berlari menuju aula utama kemudian melewati lorong-lorong istana. Sinar mentari masuk ke dalam kastil melalui rongga-rongga ventilasi udara dan relief bangunan di sepanjang lorong. Derap langkah prajurit itu terus melaju. Ia berlari tanpa menghiraukan pelayan istana yang sedang berlalu-lalang pagi itu.
Di depan sebuah pintu, prajurit itu berhenti. Ia mengatur nafasnya dan berusaha meyakinkan diri. Tak lama kemudian, diketuklah pintu ruangan tersebut.
"Silahkan masuk". Terdengar suara dari dalam.
Pintu terbuka.
Terdapat dua orang pria mengenakan pakaian elegan rapih-Count dan Head Butler. Ruangan tersebut banyak berisi buku-buku dan dokumen yang berserakan."Bicaralah!". Ucap Count dengan nada pelan yang sembari menandatangi dokumen.
Sementara itu Sang Butler hanya melirik ke arah prajurit yang hendak memberikan laporannya.
"Aah...Yang Mulia, Saya ingin memberikan kabar, namun ini seperti kabar buruk". Jawab prajurit itu.
"Apa maksudmu dengan memberikan kabar buruk di pagi hari kepada Yang Mulia?" Sela Butler.
"Tak apa Theo, biarkan dia berbicara". Count membalas.
Prajurit itu kemudian melanjutkan laporannya, "Yang Mulia, Countess Visha, telah meninggal. Maafkan Saya Yang Mulia!"
Sang Count mengernyitkan dahinya dan berhenti menulis. Ia kemudian menatap kearah prajurit tersebut. Theo-Sang Butler, menatap heran ke arah keduanya.
Tak lama kemudian, Count kembali menulis dan suasana ruangan menjadi hening. Prajurit tersebut hanya diam dengan perasaan panik dan beribu pertanyaan di kepalanya. Sementara itu Theo berjalan ke sisi Count lalu, berdiri di depan meja tuannya.
"Yang Mulia...". Ucap Theo pelan.
Tak menanggapi perkataan Theo, tuannya tetap menulis dan membaca beberapa dokumen di tangannya.
"Pergilah dan bawa jasadnya ke kuil untuk diberikan pemberkatan, setidaknya agar Countess tenang. Jangan lupa kau bawa pelayan setianya yang masih hidup itu dengan terikat. Bawa serta keluarganya. Mengerti?". Ucap Theo kepada prajurit tersebut.
"Baiklah, Saya mengerti". Jawab prajurit tersebut seraya memberi hormat dan bergegas keluar dari ruangan tersebut.
Ruangan kembali sepi, menyisakan Theo dengan tuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunne : A Way To Express
Fantasy[Buku Fiksi tentang petualangan fantasi] Tunne : A Way to Express Menceritakan tentang petualangan Ivan Hirsch- Salah satu Utusan Dewa yang berada di dalam tubuh manusia- bersama dengan rekan-rekannya. Terlebih lagi, ia diutus untuk mengawasi Ceron...