Cerita akan dimulai berdasarkan POV (Point Of View) dari Ivan Hirsch.
_____ו×_____
Malam itu, aku bertemu dengan seseorang yang tampaknya seumuran denganku. Pertama kali aku bertemu orang-orang selain Ibu dan berada di tempat selain lebatnya pepohonan.
Aku tersadar dalam lamunan panjangku, Ibu telah pergi meninggalkanku. Kedua orang dewasa itu pergi meninggalkan ruangan, meninggalkan seseorang di hadapanku.
Aku rasa dia sedang memandangiku.
'Apa dia melihatku aneh?'. Pikirku.
Anak laki-laki itu perlahan mendekatiku. Wajahnya terlihat penasaran dengan warna merah muda dibawah matanya.
'Aku rasa ia habis menangis'. Pikirku lagi.
"Hey! Bisakah kamu melihat ku?". Ucap anak laki-laki bermata biru tua itu sembari melambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku yang sedikit terkejut hanya mengangguk pelan.
"Tidak mungkin! Matamu tertutup oleh kain hitam itu! Tidak mungkin terlihat!". Katanya.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan mengambil langkah sedikit kebelakang untuk mundur darinya.
"Kau akan tinggal disini bersamaku dan Ayahanda, bukan?". Ia berbicara lagi.
Lagi-lagi aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
"Kalau begitu, siapa namamu?". Tanya anak itu.
Aku perlahan membuka mulutku.
"Ivan". Ucapku pelan."Ivan?". Tanyanya memastikan.
Aku kembali mengangguk pelan.
"Aku Ceron de Garren". Kata anak itu lagi, dan mengulurkan tangannya ke arahku.
Aku melihatnya dan menjabat tangannya pelan. Anak laki-laki itu terlihat senang seperti mendapatkan hadiah dari seseorang.
Tak lama kemudian, tiga orang dewasa menghampiri kami. Salah satunya adalah seorang pria bertubuh tinggi yang mengenakan baju mahal berdasi. Dia membawa dua wanita bersamanya.
"Perkenalkan diri kalian kepada Tuan kalian. Mulai saat ini kalian adalah pengasuh dari keduanya, perhatikan dan jaga mereka". Ucap Pria berdasi itu.
"Baik, Tuan Theo". Ucap kedua wanita muda tersebut bersamaan.
Salah seorang wanita muda itu memberikan salam hormat di hadapan Ceron.
"Selamat malam, Tuan muda. Perkenalkan saya Sylvia, saya akan menjadi pengasuh Anda". Wanita itu membungkuk dan kembali berdiri tegak. Dia langsung menggendong Ceron dan bergegas pergi dari tempat ini.
Ceron mengintip dari balik punggung pengasuhnya itu dan melambaikan tangannya padaku. Mereka terus bergerak menjauh, memasuki lorong kastil.
Pria berdasi yang dipanggil Theo itu kemudian, berjongkok di hadapanku. Dia kemudian mengusap rambutku perlahan.
"Tinggallah disini, aku turut berdukacita atas Ibumu". Ucapannya terdengar tulus dan sedih.
Kemudian, ia memberikan aba-aba terhadap wanita muda di belakangku dan meninggalkan kami berdua. Dia berjalan menuju anak tangga, lalu menaikinya satu per satu.
Wanita muda itu terlihat tersenyum hangat padaku. Dia menggendongku dan berjalan menuju kamar tidur diujung lorong kastil sebelah timur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunne : A Way To Express
Fantasy[Buku Fiksi tentang petualangan fantasi] Tunne : A Way to Express Menceritakan tentang petualangan Ivan Hirsch- Salah satu Utusan Dewa yang berada di dalam tubuh manusia- bersama dengan rekan-rekannya. Terlebih lagi, ia diutus untuk mengawasi Ceron...