CHAPTER 01

3 1 0
                                    

Hari minggu ini bumi basah akibat guyuran hujan sejak pagi tadi. Gadis berambut panjang itu hanya mampu memandangi rintik dari balik jendela besar. Hanya ada dia seorang diri di kamar pribadi berdinding putih. Entah sejak kapan dia duduk menatap dalam sang hujan.

"Andai aja kehidupan gue kayak orang normal, pasti gue enggak bakal kesepian kayak gini," ujarnya lirih.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu menggema, memecahkan keheningan yang ada di dalam ruangan besar itu. Seorang wanita muda terlihat setelah ia membuka pintu putih dari luar.

"Nona Freya, Nyonya Freya ingin menemui anda di ruang keluarga sekarang," ucapnya sangat sopan.

Setelah menuturkan tujuannya, wanita itu pun keluar dan tak lupa menutup pintu kembali. Tak ada satupun kalimat keluar dari mulut gadis yang masih setia beradu tatap dengan kaca di sebelah sana. Menghembuskan nafas kasar, dia mulai beranjak meninggalkan jendela dengan embun yang dititipkan hujan.

Gadis itu sedikit merapikan penampilannya tepat di depan cermin besar. Mengikat satu rambut hitam nan tebal itu agar terlihat lebih rapi. Setelah merasa puas dengan hasil pantulannya, langkah kaki perlahan mengarah keluar kamar. Sedikit angkuh, gadis itu berjalan dengan mengangkat dagu sangat percaya diri.

"Oh sayang. Kau pasti senang sama hadiah yang Bunda beliin buat kamu." Seorang wanita dengan paras yang cantik menyambut kehadirannya di ruang keluarga yang luas bukan main.

"Kapan Bunda balik dari Jerman?" sapa gadis itu hangat pada wanita yang ternyata adalah Ibunya.

"Bunda nyampe tadi malam. Cuma karena udah capek banget, Bunda nginap di hotelnya Tante Laksmi." Wanita itu mengambil beberapa koper berwarna cokelat muda.

"Andrea coba sini deh. Liat apa yang Bunda beliin buat kamu dari Jerman." Gadis itu dengan girang mendekati ibunya.

"Huwaaaaa, Bunda. Hadiahnya banyak banget." Andrea terpesona dengan pemandangan yang sedang ia nikmati setelah beberapa dari pelayan membuka koper tersebut.

"Suka, engga?" tanyanya.

"Suka banget malah. Tapi kayaknya ini kebanyakan deh. Andrea mau kasih beberapa ke Gania boleh, ya?" Ujarnya sembari berjongkok memperhatikan setiap hadiah itu dengan saksama.

"Boleh, sayang." Wanita itu mengelus rambut putri kesayangannya dengan lembut.

"Makasih Bunda. Andrea sayang sama Bunda." Ujarnya sembari memeluk erat wanita berambut pendek itu.

*****

Kini koper yang berisi hadiah milik Andrea sudah berpindah tempat ke kamar pribadi Andrea. Tentu saja dengan bantuan pelayan yang bekerja di rumah keluarga itu.

"Halo, Gan. Ke rumah gue sekarang juga atau hadiahnya gue kasih ke orang lain." Andrea memutuskan sambungan telepon dan melempar ponselnya ke kasur.

Kini Andrea sibuk memilah barang yang akan dia simpan untuk dirinya sendiri. Tidak banyak, hanya beberapa cincin emas dan kalung mewah. Sisanya akan diperlihatkan kepada sahabatnya untuk dipilih.

Keluarga Andrea memang sangat kaya. Tak hanya kaya, keluarga mereka juga sangat terpandang baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ayah Andrea memiliki banyak usaha yang tersebar di seluruh penjuru Asia. Maka tidak heran, jika Ibu Andrea akan dengan senang hati menghabiskan uang keluarga mereka.

"Andreaaaaaaaaa." Seorang gadis berlari memasuki kamar Andrea tanpa permisi.

"Kebiasaan banget sih. Kalau mau masuk itu, minimal di ketok dulu lah," omelnya.

"Buset, Re. Hadiah buat gue banyak banget. Perasaan ulang tahun gue masih beberapa bulan lagi deh." Gerutu gadis berambut cokelat itu dengan mata yang membulat akibat pemandangan indah dihadapannya.

BLIND-igoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang