"Sebenarnya aku bukan orang yang kuat, hanya saja ku tutupi dengan balutan kesedihan dunia." --- Lara Aurelia
『••✎••』
Ada seorang gadis perempuan cantik yang sedang merenungi dirinya sendiri dan menatap langit sore, duduk di sebuah ayunan, tanpa adanya pelambaian. Rambut yang tadinya rapi, sekarang acak-acakan karena kencangnya angin sore. Sungguh, dia gadis yang cantik, namun memiliki seribu luka disetiap benaknya, dan sejuta beban yang ada disetiap pundaknya.
Ia memejamkan matanya perlahan, menerima semua angin yang ingin masuk kedalam tubuhnya. Tak masalah, jika pada akhirnya ia merasakan dingin, yang paling penting sekarang dirinya mampu untuk berfikir, dan menenangkan dirinya sendiri.
Matanya kembali terbuka, hatinya sesak, tenggorokan nya tercekat. Ia menahan tangis, penglihatannya pun seketika kabur. "Apa aku seburuk itu, Tuhan? Sampai-sampai semua orang membicarakan hal buruk tentangku. Sehina itukah aku, Tuhan? Sampai-sampai tak ada satu pun orang yang mengerti diriku termasuk orang tuaku sendiri." Batinnya yang sudah lelah.
"Bagimana aku bisa hidup didunia, jika aku sendiri disini? Bagaimana bisa aku bernafas lega didunia, jika orang-orang menyuruh untuk berhenti?"
Apakah sesakit itu rasanya? Apakah sepahit itu realita? Apakah sejahat itu semesta? Tuhan, ringankan bebannya.
Ia pun mengatur nafasnya perlahan, berusaha tersenyum indah dan menertawakan dirinya sendiri disana. Andai kalian tau, suara tawa gadis itu sungguh menyayat hati.
"Apakah aku salah, jika aku haus kasih sayang? Apakah aku salah, jika aku harus pergi? Apakah aku salah, jika menyalahkan diri sendiri? Aku kira, manusia seperti ku kuat dan hebat. Ternyata monolog ku lah yang mengatakan jika diri ini lemah, dan hanya bisa lelah." Batinnya lagi, dan seketika menghapus sisa-sisa air mata yang sudah berani membasahi pipi chubby nya itu.
Ia memukul kepalanya sendiri, kepalanya sudah sangat berisik sekarang. Dan memukul dadanya dengan cukup keras, dadanya sudah sangat sesak sekarang. Tuhan, ia hanya meminta kebahagiaan. Apakah Kau tak melihat? Gadis ini sudah sangat hancur.
Ia hanya manusia biasa yang sudah Kau berikan nyawa, Tuhan. Tak sepatutnya semesta mempermainkan dirinya yang sudah lelah akan permainan dunia.
"Aku lelah. Aku gila. Aku mati," ucapnya getir.
Ntah sudah berapa menit ia terdiam dan melamun setelah mengatakan kata-kata menyakitkan itu, malam pun tiba. Bintang dan bulan sangat cantik dan sama-sama bersinar dilangit sana.
"Shit!" Umpatnya pelan. "Udah malam, kenapa baru aja sadar?"
"Takut, takut pulang," lirihnya dengan rasa sangat-sangat takut dan khawatir.
Dirinya dipaksa untuk pulang dengan keadaan rasa takut. Ia bukan takut dengan nanti ketemu preman atau hantu. Ia takut jika mendapatkan amukan dari orang tuanya. Sungguh gadis yang malang.
Berjalan dengan tangan yang sudah bergemetaran, kaki yang ia paksa untuk terus melangkah, dan perasaan yang sudah pasrah.
『••✎••』
"Anak nggak tau diri, jam segini belum aja pulang? Anak menyusahkan," ucapnya yang sudah marah, perkataannya pun kini sudah seperti sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Cantik Dengan Seribu Luka
Teen Fiction"Apakah aku hidup dengan kesunyian dunia? Apakah aku bernafas dengan sesaknya perilaku semesta? Apakah aku pantas untuk bisa bahagia? Aku mungkin memang bukan manusia yang bisa mendapatkan kasih sayang keluarga. Namun, aku selalu meminta untuk menja...