18. Menolong Li Guowei

72 9 7
                                    

Selama perjalanan udara dengan ilmu meringankan tubuh, Han Junjie melirik Kaili yang tertinggal di belakangnya dengan perasaan kesal. Masalah gundukan kembar Kaili yang penuh kepalsuan itu belum selesai ditangani, ia harus menyelesaikan satu masalah lagi yaitu petarung asing yang memasuki wilayahnya. Han Junjie kembali memusatkan perhatiannya ke depan. Entah apa yang menyebabkan ledakan itu, tetapi dari arahnya di perbatasan Gurun Pasir Berbisik, Han Junjie curiga ada sesuatu di gurun pasir tersebut. Ia belum pernah menjelajah ke sana, karena tidak ada alasan pergi ke tempat itu.

Mereka melewati kawasan bekas perkelahian melawan Black Tornado. Kaili tercenung melihat pemandangan di bawah sana. Banyaknya pohon-pohon yang tumbang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tiang-tiang talang air. Han Junjie harus diberitahu soal itu. Namun, karena posisi Han Junjie jauh di depannya, mereka tidak bisa bicara. Begitu Han Junjie berhenti menggunakan ilmu ginkang (penguasaan ilmu silat melalui tenaga dalam), ia mendarat di perbatasan antara hutan dengan gurun pasir dan langsung berdiri siaga karena ada tubuh yang terdampar di tanah.

Mata sosok beruang hitam itu terpicing tajam pada pria berpakaian hanfu hijau tua, tertelungkup dan bersimbah darah. Kesadarannya dalam kondisi kritis, sehingga pria itu tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan jika diserang binatang liar di sekitar. Ada beberapa beruang cokelat hendak memangsa pria itu, tetapi mundur melihat kehadiran Han Junjie.

Kaili mendarat dan tergopoh-gopoh mendatangi Han Junjie. "Yang Mulia ...," ucapnya yang terjeda, karena melihat ada petarung cedera berat di dekat mereka. Han Junjie merentangkan tangannya agar Kaili tetap di tempat. Ia mendekati orang itu sambil mengeluarkan pedang. Kaili berusaha memperingatkannya. "Yang Mulia, orang itu terluka parah. Ia tidak akan menyakiti siapa pun...."

"Ssssht!" balas Han Junjie dengan desusan yang keras. Ia melempar lirikan tajam pada gadis itu saking sebalnya pada sifat Kaili yang terlalu lugu. Sudah jelas-jelas orang itu berpakaian warga Negeri Maple, merupakan peringatan utama untuk tidak menyepelekan siapa pun orang itu meski dalam kondisi mengenaskan.

Kaili bungkam dan diam di tempat dengan muka merengut sebal. Apa Han Junjie sebejat itu sehingga tak segan menghabisi lawan yang tak berdaya?

Han Junjie berjongkok di sisi tubuh itu, ia memeriksa plakat yang tergantung di pinggang petarung tersebut dan mendengkus melihat logo "Grand General". Petarung itu seorang yang berpangkat jenderal agung di kerajaan yang dipimpin Wei Xiaoli, sudah jelas berarti ia adalah salah satu dari member LTJ. Han Junjie berdiri tegap dan membalik tubuh orang itu menggunakan kakinya.

Wajah orang itu terlihat jelas, membuat Kaili terbelalak karena mengenali orang itu. Dia adalah Li Guowei! Idol yang didambakannya bermain bersama di dunia game? Lalu akankah angan itu sirna dalam sekejap di depan matanya? Tidak! Aku harus melakukan sesuatu! putus Kaili.

Membunuh rivalnya kali ini sekaligus melampiaskan ketidaksukaannya pada Wei Xiaoli. Han Junjie bergumam sembari mengangkat pedangnya. "Heh, aku tahu kau mendengarku, Jenderal Agung. Sampaikan salamku pada Wei Xiaoli." Ia menyeringai siap menebas leher Li Guowei, akan tetapi seringai itu runtuh ketika Kaili malah muncul di hadapannya dan berlutut memelas, "Yang Mulia, tolong jangan lakukan ini. Jangan bunuh orang yang tidak bersalah."

Han Junjie terperangah. Mukanya merah padam luar biasa marah. "Tidak bersalah? Omong apa kamu? Minggir kau, Kaili!" bentaknya. Ia sepak Kaili sehingga tersungkur ke samping. "Ini game pertarungan. Siapa saja bisa membunuh siapa pun. Tidak ada istilah tidak bersalah di sini. Kau kenapa? Apa kau menjadi dungu secara tiba-tiba?"

Kaili berlutut ke kaki Han Junjie dan memeluk erat. "Pria itu sedang sekarat. Di mana harga diri Anda, Yang Mulia? Apa Anda ingin dikenal sebagai petarung yang hanya bisa menghabisi seseorang di saat terlemahnya?"

HOT & COLD EMPEROR (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang