Suasana Kota New York malam itu terlihat begitu cantik. Bintang bertebaran memenuhi langit. Gedung tinggi warna-warni menambah gemerlap malam di kota itu.
"Kak Vincent."
Reanna tengah termenung di balkon kamar Rachel. Ia dan Rachel berencana tidur bersama malam ini. Alvarez? Pemuda itu sedang mengurus sesuatu bersama Vincent. Kedua kakak beradik itu sedang tidak ada di rumah. Hal inilah yang membuat Reanna berani menginap di rumah sahabatnya itu.
Bicara tentang Vincent, ucapan pemuda itu terus menggema di ingatan Reanna. Lagi dan lagi. Kejadian di apartemen Vincent tak pernah berhenti menganggu pikiran Reanna.
"Suka. Aku sangat suka memiliki istri seperti dirimu. Jika boleh meminta kepada Tuhan, aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anakku kelak."
Reanna memandang lurus Vincent. Pemuda itu mendekat ke arahnya. Ia mengusap pelan rambut panjang Reanna.
"Maksudnya kakak ingin ibu dari anak-anak kakak memiliki sifat seperti dirimu. Lembut, penyayang, dan lucu."
Reanna mengerjakan matanya. Ia tersenyum sembari mengangguk pelan.
"Kakak tidak perlu khawatir, aku yakin pasangan kakak nanti memiliki sifat yang baik."
"Kau pun sama. Semoga kelak kau mendapatkan pasangan yang dapat memahami, menghargai, dan mencintai dirimu dengan baik."
Vincent tersenyum tipis. Ia memegang kedua tangan Reanna.
"Ingat selalu ini. Kau berhak untuk jatuh cinta dan dicintai. Kau berhak hidup bahagia. Jangan menangis untuk orang yang tidak bisa memahami dan menghargai dirimu. Percayalah, mereka yang mencintaimu jauh lebih banyak dari yang kau kira. Mengerti?"
Reanna meminum kembali susu hangatnya. Ia mengeratkan kembali selimut kelinci di tubuhnya. Meskipun suasana malam begitu cerah, tak menutup fakta bahwa udara di sana cukup dingin.
Ia menatap Rachel dari luar jendela. Rachel kini sedang tertidur pulas. Reanna terkekeh pelan mengingat bagaimana hebohnya Rachel saat bercerita tentang kepulangan Alvarez. Tapi sepertinya gadis itu sudah kehabisan tenaganya. Reanna pun masuk ke kamar Rachel. Pintu dan jendela sudah ia tutup. Ia merebahkan diri di samping Rachel.
"Selamat malam, Rachel."
***
Keesokan harinya, Rachel bangun lebih awal. Ia menatap Reanna yang tengah tertidur pulas di kamarnya.
"Kau sahabat baikku, Anna. Apa pun yang terjadi aku akan selalu mendukungmu. Aku janji."
Rachel bangun dan langsung pergi ke kamar mandi. Setelah cuci muka dan sikat gigi, ia pun membangunkan Reanna.
"Anna."
Rachel menoel-noel lengan Reanna. Tak lama Reanna pun membuka matanya. Ia menatap Rachel yang kini tengah tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚁𝙴𝙰𝚁𝙴𝚉
FanfictionBagi Reanna, Alvarez adalah malaikat berwajah tampan yang dikirim Tuhan untuknya. Namun, bagi Alvarez, Reanna tidak lebih dari seorang pengganggu yang suka bertindak seenaknya. "Kak Arez, ayo kita menikah!"