Serigala besar itu melompat tinggi, dan hendak menginjak kami seperti serangga. Libera, melompat cukup jauh ke samping, dan aku melompat ke arah berlawanan, segera kawah cukup besar tercipta di tempat serigala itu berdiri, itu cukup mengerikan jika sekali terinjak aku pasti akan tamat. Debu yang tercipta dari hantaman kaki serigala membuat ku dan Libera, tak sadar serigala tadi mengarahkan pandangannya ke Libera.
Serigala itu melompat lurus ke depan mengarahkan taring ke arah Libera, ketika serigala itu hendak menggigit sebuah tinju tepat mengarah ke rahang bawahnya, dan melemparkannya kembali ke belakang. Aku berlari maju ke arah serigala memanfaatkan keadaan ling-lungnya, tebasan ku hanya dapat melukai sedikit, karena dia segera sadar, aku melompat mundur menghindari cakarnya.
Serigala mengalihkan perhatian padaku membuat ku menggenggam tombak lebih erat, tepat saat aku melompat maju serigala itu dihantam bola cahaya berwarna biru dan membuatnya jatuh, mengambil kesempatan itu aku mengeluarkan sebuah skill Dragon Tail, saat menggunakannya tubuhku memutar dan menebas tepat ke leher serigala itu. Nafas ku menderu, aku belum terbiasa dengan skill Yang ku gunakan, aku terduduk diam di samping mayat serigala hutan, meski tanpa ingatan pertempuran, namun setiap bagian tubuhku tampaknya memiliki ingatan itu. Aku berbaring di tanah, Libera, mendekat dan segera mengurus tubuh serigala hutan itu.
“Libera, skill apa yang kau gunakan tadi?” aku menatap Libera yang baru selesai mengurus tubuh serigala.
“tadi? Ohh, itu skill Sarung tinju. Yang pertama adalah smash, itu akan membuat lawan pusing jika terkena kepala namun beberapa monster kebal terhadap skill ini, lalu yang kedua sonic wave, bisa melumpuhkan lawan dan membuat kaki merek lemas.” Dia menjawab sembari meberi bagian tubuh serigala itu kepada ku, aku hanya mengangguk dan memasukkan semuanya ke penyimpanan.
Lima belas menit kami terus berbincang
Tubuhku sudah jauh lebih ringan, dan kami berjalan kembali ke kemah. Seketika firasat aneh menghampiri ku, aku menatap sekitar dengan awas, saat aku melihat ke arah langit ada kepulan asap hitam tebal membumbung, itu dari arah kemah. Segera aku dan Libera berlari secepatnya kembali.
“rwarrrrr” raungan keras terdengar dari kejauhan membuat kami makin panik. Benar saja saat kami tiba kemah sudah porak poranda. saat ini Tenert, memimpin karavan melawan naga besar, tubuhnya merah, sayapnya besar, banyak kristal yang menutupi bagian bagian tubuhnya.
Tenert, dengan pedang besarnya memimpin pertarungan dengan hebat, dia mengarahkan setiap anggota karavan, bahkan saat kami baru tiba dia langsung berteriak menyuruh kami maju. Arahan darinya sangat hebat hanya sedikit luka yang kami terima, tapi begitupun dengan sang naga dia tak terlalu mendapat luka serius.
Lebih dari satu jam kami bertarung, naga itu kelelahan, begitu juga kami. Kristal di tubuhnya mulai berjatuhan dan itu membuatnya berteriak kesakitan. Naga itu merentangkan sayap sangat lebar, saat kami mengira kami sudah tamat karena tak ada dari kami yang sanggup berdiri tegak, naga itu melarikan diri. Kami saling menatap cukup heran dengan tindakan naga itu.
Seperti beban puluhan kilo diangkat, kami semua duduk dan berbaring, aku yang baru saja melawan serigala Hutan lalu naga terbaring kaku, bahkan untuk menggerakkan jari pun berat rasanya. Anggota karavan yang masih cukup segar segera menolong anggota lain yang terluka, aku menatap mereka kagum, [lihatlah mereka melupakan lelah di tubuh karena melihat temannya terluka].
Tenert, dia masih saja mengarahkan anggota lain untuk merapikan karavan, aku mendengar Tenert berteriak “segera kumpulkan yang masih berguna kita akan berangkat ke kota Sofya setelah beristirahat” Libera juga ikut berlari mondar mandir, mengikuti arahan Tenert, dan aku hanya bisa terbaring diam menatap mereka [mereka terlihat sudah terbiasa, sepertinya kejadian disergap seperti ini sudah biasa mereka alami] pikir ku.
Tiga puluh menit kemudian. Kami bergerak membelah hutan, kami cukup beruntung larvaca kami tak ada yang terbunuh jadi kami bisa berangkat lebih cepat. Perjalanan ini cukup jauh menurut perkiraan butuh 1 hari untuk sampai sana namun karena malam hari kami terpaksa menghentikan perjalanan dan beristirahat. Semuanya berkumpul mengelilingi api, tertawa riang.
“Tenert, bisakah kau mengajari ku beberapa hal?” aku mendekati Tenert yang sedang minum cukup jauh dari yang lain.
“ohhh, tuan Petualang, apa yang ingin anda ketahui?” dia tersenyum ramah, aku balas tersenyum “beberapa hal mengenai para monster aku ingin tahu bagai mana cara melawan mereka, itu saja” Tenert mengangguk sebentar lalu mengambil sebuah buku yang cukup tebal.
“Ini adalah catatan monster, di dalamnya terdapat sketsa dan karakteristik setiap monster dan bagian mana yang harus di pertanyakan” Dia tersenyum memberikan buku itu. “Anggap saja ini hadiah pertemuan, kamu membantu banyak hal dalam karavan, terutama skill penyimpanan anda yang bisa membuat kami bergerak lebih efisien” Aku balas senyumnya dan mengambil buku tebal itu.
“Terima kasih Tenert, kau adalah pemimpin karavan yang hebat” mendengarnya membuat Tenert tertawa cukup keras, “hahaha, aku masih belum seberapa dibandingkan pemimpin karavan terhebat di masa lalu, dia adalah sahabat salah satu anak dewa, dan bahkan kemampuannya dalam menggunakan pedang dan memimpin pasukan sangat mengerikan, jika dia melihat pertarungan ku barusan dia akan sangat marah pastinya, karena masih banyak celah untuk menghancurkan formasi ku, hahaha” aku terkejut, bahkan masih ada sosok yang lebih hebat dari Tenert? Dan apa tadi, anak dewa, ada dewa di dunia ini? Sebelum aku sempat bertanya lagi Tenert sudah pergi menuju anggota karavan yang lain, aku terdiam dan mulai membaca buku yang diberikan Tenert.
****
Sebuah kota tua tampak di ujung jalan,
semua rumah hancur hanya tersisa beberapa saja, hanya ada beberapa orang saja di sana semua bisa di hitung dengan jari. Kami melewati kota tua itu tanpa kesusahan, para warga tidak memperdulikan kami. Aku heran apa yang terjadi pada kota ini. Seseorang menarik perhatian ku, pria tua pendek dengan janggut putih, berdiri menatap langit di ujung tangga, tak ada apapun di depannya, seharusnya ada rumah di situ namun sekarang rumah itu telah menyatu dengan tanah.
Setelah melalui tempat itu aku bertanya pada Libera. “Libera, kau tau apa yang terjadi di kota tadi?”
“Kota itu adalah kota Rugio, kota kesukaan para petualang, namun suatu hari kota itu hancur di serang para monster, sebenernya para monster cukup mudah ditangani, namun sosok naga besar tiba tiba muncul dan menghancurkan seluruh kota. Kamu pasti melihat seseorang yang berdiri di ujung tangga, dia adalah walikota Rugio, hampir semua berhasil mengungsi ke Sofya tapi keluarganya tidak, dia sangat menyesal dan menolak pindah ke Sofya.” Libera mejelaskan dengan suara rendah dan aku hanya bisa mengangguk lalu diam, itu pasti sangat berat untuk kehilangan keluarga yang dicintai.
Kami melanjutkan perjalanan ke kota Sofya, dan saat sampai di sana matahari telah tepat berada di atas kepala. Kota ini luas dan ramai aku pergi ke serikat petualang bersama Libera dan mencoba mendaftar kan diri, aku kesusahan saat mengisi data diri, karena aku tak memiliki ingatan tentang diri ku, namun karena Libera disisi ku, aku mendapatkan ijin tak mengunakan nama asli. aku mengisi nama ku sebagai Petualang, ini cukup aneh tapi aku menyukainya. Libera memberikan beberapa bahan yang kami kumpulkan ke pada resepsionis, dia gadis yang selalu tersenyum ceria dengan rambut pirang pendek, Libera memberikan satu kantung uang kepadaku, “ini hasil penjualan bahan buruan kita” aku menerimanya dengan senang hati, kami pun berpisah karena Libera harus melanjutkan perjalanan karena Tenert sudah selesai melaporkan kejadian naga merah ke walikota.
Aku berjalan sendiri melewati sebuah toko. “heyyy tuan yang di sana” aku menoleh dan melihat wanita di balik meja toko melambaikan tangan, telinga panjang dan berbulu, dia juga mengunakan topi yang cukup unik. Aku mendekat “Anda memanggil ku?” “tentu saja, tidak ada orang lain selain kamu di sini, aku mengenal banyak orang disini dan kamu tampaknya baru saja tiba” gadis itu tersenyum “setelah bencana raya banyak hal yang berubah, dan para monster menjadi makin liar dan berevolusi menjadi lebih kuat berhati-hati lah jangan terlalu banyak melamun” aku mendengarkan dalam diam, “baik lah, cukup basa basinya, apa kau bisa menolong ku? Aku harus mengantarkan beberapa plat besi ke pandai besi di ujung, namun aku sibuk, bisa kah kau membantuku? Tentu aku akan membayar mu” dia memberikan box besar berisi plat besi dan sekantung uang. “baik lah , ngomong ngomong dimana pandai besi itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Toram online, petualang tanpa nama
AdventureSetelah bencana raya, seluruh dunia mengalami kepanikan, banyak nyawa hilang, para hewan dan tumbuhan bermutasi menjadi lebih liar. Seluruh dewa mengerahkan semua kekuatan mereka untuk menyatukan dunia yang mengalami kehancuran, beberapa dewa bahkan...