Sakit.
Entah itu fisik maupun batinnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun ibunya tidak kunjung pulang juga. Perutnya perih, kepalanya pusing. Luka lebam maupun sayatan dari beberapa hari yang lalu terasa sakit, seolah luka itu baru ditorehkan sedetik yang lalu. Ia berdoa, berdoa kepada yang mereka panggil Tuhan agar semua rasa sakit ini segera hilang. Kesadarannya pun mulai kabur, ia mencoba menyerahkan dirinya pada kegelapan, berharap agar besok rasa sakit ini pergi.
~~~
M
atahari mengintip dari balik tirai, menandakan hari esok yang telah datang. Namun, bukan rasa nyaman yang menyambutnya, melainkan rasa sakit, perih dan panas. Mencoba bangun dari lantai dingin dibawahnya, ia terduduk sambil memandangi sekitarnya. Tidak ada yang berubah, selain ibunya yang duduk di kursi meja makan dengan minuman keras ditangannya. Mencoba meraih ibunya, yang dibalas dengan tamparan pada lengan mungilnya.
Suara "Ibu...." dengan serak terdengar di ruangan kecil itu. Yang dipanggil pun akhirnya menoleh, dapat dilihat air mata yang sudah kering maupun baru dari wajahnya. Sang anak terkejut, sekali lagi ia mencoba untuk meraih ibunya. Namun betapa terkejut dirinya.
Yang lebih tua melompat, meraih leher yang lebih muda, menekan dan menampar kepalanya. Wajahnya memerah karena amarah, kesedihan dan penyesalan. "Ini semua salahmu! Andai kau tidak lahir aku tidak akan merasakan penderitaan ini! Dasar anak sial! Mati kau!"
Entah berapa kali pun sang anak mendengar ucapan yang keluar dari bibir cantik ibunya, dirinya tetap tidak bisa terbiasa. Sehingga air mata pun turun dengan tidak sengaja. Karena ketakutan sang anak meminta maaf. Berulang kali kata "Maaf, mah" dan kata "Ampun, ampuni saya ma" keluar dari bibir mungilnya, namun tidak ada tanda bahwa ibunya akan berhenti.
Berbeda dengan kegelapan semalam, kegelapan kali ini terasa nyaman, jadi ia tidak perlu menyerahkan dirinya, ia hanya perlu menutup mata dan tertidur. Maka kegelapan itu akan memeluknya dengan nyaman, seperti pelukan ibunya dahulu.
Bersambung....
tes ombak dulu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Chorý [On Going]
FantasyOh, sungguh betapa malang anak ini! Bagaimana rasanya matahari itu? Atau rasa angin yang menerbangkan daun? Apa yang dimainkan orang-orang itu? Sayang sekali, berapa kali pun anak malang meminta ibunya, hanya pukulan, makian, yang menjadi jawaban. ...