02 - Arsena Nagara

156 44 1
                                    

2 Hari sebelumnya.

"Anjir! Rekor! Emang ya, nggak ada yang bisa ngalahin Karisa Aulia!"

Sena mengalihkan pandangannya dari layar laptop menuju suara laki-laki yang diyakini bernama Erza, ketua Seksi Kedisiplinan di OSIS SMA Harapan Bangsa. Beberapa hari yang lalu, Sena menghadap Pak Surya untuk menyelesaikan tugas rahasia yang turun langsung dari pemilik yayasan sekolah, Bu Ningsih.

"Bu Ningsih meminta kamu untuk merekap semua pelanggaran dari Karisa Aulia dari dia kelas satu, juga masukkan peringkat dan nilai dari setiap semester. Minta Erza juga untuk membantu kamu."

Sena menyerngitkan keningnya. Karisa Aulia? Oh, cewek pelanggar itu, ya. "Buat apa ya, Pak?"

"Untuk deklarasi perang,"


Masih banyak pertanyaan di pikiran Sena saat itu, but Sena is Sena, yang menjalan tugas dari guru dengan baik dan cepat tanpa banyak tanya. Saat itu juga, dia langsung menghubungi Erza untuk merekap pelanggaran Karisa Aulia.

Di SMA Harapan Bangsa, poin itu segalanya.

Sistem ini baru berjalan 5 tahun, yang tujuan utamanya untuk menjaga kedisiplinan siswanya dan memotivasi siswa agar menjadi siswa yang baik. Dengan begitu, akreditasi dan nama sekolah akan terjaga. SMA Harapan Bangsa sendiri sudah menjadi sekolah terbaik bertahun-tahun. Apalagi saat ada sistem poin ini, makin banyak deh yang ingin menyekolahkan anaknya ke sini.

Salah satu fungsi OSIS di SMA Harapan Bangsa ini adalah mengawasi para murid dan membantu guru untuk mencatat poin. Tugas Sena sebagai ketua OSIS pun untuk memastikan sistem ini berjalan dengan baik.

Semua berjalan lancar, hingga ia mendengar tentang Karisa Aulia. Karisa itu satu, tapi kehadirannya bisa merusak segalanya. Jelas kehadiran Karisa ini membuat para guru pusing kepala, dan tidak terkecuali OSIS. Satu OSIS udah tahu deh tentang reputasi Karisa ini! Semua nggak ada yang bisa kontrol. Jadinya, Karisa-Karisa ini berada dibawah pengawasan Sena langsung.

Mata Sena melebar melihat data yang ditunjukkan Erza.

M--Mengerikan!

"Ini akumulasi dari dia kelas satu?"

"Yep. Gila ya? Bahkan Beni yang udah paling nakal aja kalah sama Karisa."

Sena menghela napas, lalu mengambil dokumen itu dari atas meja. "Oke, thanks ya Za, udah mau cape-cape rekap data sebanyak ini."

"No problem lah! Oh iya, kenapa pak Surya butuh data ini?"

Sena mengedikkan bahu, "Nggak tau, untuk deklarasi perang, katanya."

Erza ketawa. "Aneh banget! Ya udah, gue cabut ya. Udah sore. Lo nggak pulang?"

"Bentar lagi deh. Ada yang mau gue beresin dulu."

"Oke. Jangan lupa kunci lagi ya ruangan OSISnya."

"Woy, itu harusnya kalimat gue!"

Ezra cuma nyengir, dan keluar bersama tas ransel hitamnya.


***


Tepat pukul 6, Sena keluar dari ruang OSIS dan tidak lupa menguncinya. Sekolah sudah sangat sepi. Hanya beberapa orang yang suka nongkrong di sekitaran lapangan basket. Sambil berjalan di lorong sekolah, Sena memasang airpods di telinganya dan mulai mendengarkan beberapa lagu.

Langkah Sena melambat saat ia melintasi lapangan basket, melihat dua orang yang masih ada di sana. Cewek dan cowok.

"El, Karisa, kenapa belum pulang?"

School President Complex (swoo x swan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang