BARU SEMINGGU

7 2 1
                                    

Rumah   

  Abelia sudah memakai seragam sekolah nya, dia berjalan dari kamarnya menuju teras rumahnya, Abel hanya melewati ayah, ibu, dan adeknya yang sedang menyantap sarapan mereka,

"Woi anak setan, main lewat aja lu, pagi-pagi udah naikin emosi gua aja lu, ga ada otak", kata ayah Abel kepada Abel, ketika Abel melewati semua orang yang sedang serapan.

"Lu ga liat apa orang pada makan, jangan sombong lu ngelewatin makanan, ga tau lu susah cari uang, lu bisanya nge habisin uang aja", kata ayah Abel

Mendengar itu Abel langsung geram dan ingin menjawab, tapi rasa Abel percuma, malah membuat dirinya menjadi tontonan tetangga dan orang yang lewat.

" kalau dia setan berarti gua juga setan, lu juga setan, lu bapaknya, gua ibuknya, ngomong pakai otak juga lu", ujar ibu abel

"Udah pengangguran lu, baru juga seminggu di pindahin kerja disini, langsung di pecat lu, apa makan anak sehari-hari ", bentak ibu Abel kepada ayah Abel.

prinkkkkk....kkkk..kkkk

triinnnkkkk...kkkk....kkkk

" heh perempuan jalang, lu tau uang gua aja, salah lu, semalam gua kerja kemana aja uang gua lu habisin", ucap ayah Abel sesudah membanting piring dan gelas.

"A-ayah.. udah ayah... hiks.., buk udah bukk.. Hiks..hiks.. Adek takut "
saut adek Abel, yang bernama Aldi dengan tangis sambil sedu-sedu,

"Apaan lu, lu jadi anak sama kayak kakak lu beban doang, udah beban pasti masa depan lu ga cerah" kata ayah Abel kepada Aldi yang seolah-olahmenyindir Abel

"Woi sadar lu, lu sadar nggak lu makan pakai uang beasiswa si Abel? Lu sadar nggak kalau si Abel yang bayar utang lu sama bos lu", cetus ibu Abel.

Abel?
Abel sudah biasa mendengar ini dan dia tidak menghiraukan itu, dia mengambil kunci motor nya dan berlalu pergi ke sekolah, dia tidak tertarik untuk melihat drama bodoh yang di ciptakan keluarga nya itu.

Yang terkadang ada yang membela nya dan terkadang semua malah menyalahkan nya, Abel tidak suka dengan sikap orang tua nya.

Menurutnya drama itu sudah basi, dirinya sudah bosan dengan keadaan keluarga nya yang tidak pernah berubah dari masa ke masa, dia merasa malu dengan tetangga dan orang lewat yang melihat.

Abel melirik benda bundar yang melingkar di tangannya, waktu menunjukkan pukul 06.05

"Cepat banget kalau mau kesekolah, lagian lagi malas banget gua ke sekolah" gumam Abel.

Abel mengarahkan motornya ke taman kota yang lumayan jauh dari sekolah dan rumahnya. Abel mencari tempat duduk paling sudut di taman tersebut, taman yang tidak sebesar taman kota dimana dia lahir yaitu jakarta.

tapi menurut nya ini lumayan luas dibilang taman di kota sebesar ini, dan suasana jam segini belum berpolusi, tidak seperti di jakarta yang sudah di penuhi polusi udara dan klakson motor dan mobil yang saling saut menyaut hingga membuat otak pusing dan telinga bising mendengar nya.

Abel memarkirkan motornya tepat disamping bangku taman yang kosong di sudut taman, masih terasa sejuk pagi, dan embun yang masih menempel pada daun tanaman. Abel beranjak dari motornya dan beralih duduk di bangku taman yang panjang.

"Huffff... "
tiupan sura Abel seolah-olah lega dari suatu masalah, ya bener, rumahnya.

" semangat bel, nanti belum lagi di sekolah, belum lagi besok "
support Abel kepada dirinya sendiri.

" lah bel, bel, lu kok, ih abel cemen kenapa lu keluarin cairan asin ini, lu goblok bel" ,bentak Abel kepada dirinya sendiri sambil menepis kasar air matanya yang terus keluar dari matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang