"Jeno ... Jeno ... Bukannya mengurus dirimu sendiri. Kau malah mengurusku." cibir Jungwoo.
Jeno hanya tersenyum kecil. Lupakan sejenak tentang penderitaan yang kini sedang Jeno rasakan karena terdapat dildo di lubang analnya. Setelah mengetahui alasan Jungwoo unmood hari ini, Jeno langsung inisiatif mengajak sahabatnya itu ke toko bunga. Untuk apa? Jelas untuk menyiapkan malam yang romantis antara Jungwoo dengan kekasihnya, Lucas.
"Aku gak suka lihat Uwu sedih seperti tadi. Aku tahu Lucas gak bermaksud buruk kok, wajar dia kesal sama aku. Seharusnya kamu jangan langsung emosi, Uwu." ucap Jeno.
"Tetap saja dia salah."
"Lucas kan gak tau kalau aku minta kamu putus sama Lucas cuma 24 jam. Kalau dia tahu, dia gak akan kesal sama aku, Uwu. Udah ya, jangan marah sama Lucas lagi." pinta Jeno dengan raut wajah memohon.
"Oke baiklah, terus kita di sini mau beli bunga apa?" tanya Jungwoo.
"Bunga mawar merah untuk hiasan kamar, dan kelopak bunga mawarnya saja untuk menghias ranjang tidur kalian." jawab Jeno singkat.
Mata Jungwoo melebar, "Jen, kau berniat membuat aku dan Lucas menghabiskan malam berdua kah?" tanyanya menelisik.
Jeno menyengir, "Ya tentu saja. Aku sudah lama ingin menciptakan malam romantis untuk pasangan kekasih. Tapi, karena aku tidak punya kekasih. Biarkan aku menghias kamarmu." jawab Jeno dengan santainya.
"Lagipula selama 5 tahun pacaran, kalian bermalam berdua bisa dihitung pakai jari. Berilah hadiah untuk Lucas, anggap saja kamu kasih apresiasi padanya, karena dia mencintaimu sama besar dengan cintanya pada keluarganya." tambah Jeno.
Jungwoo hanya mengangguk-angguk singkat, toh Jeno benar dan dirinya pun tidak bisa menolak keinginan Jeno.
"Selamat datang di Winnie Flowers, mau pesan bunga apa ya?" tanya pemilik toko bunga. Ngomong-ngomong toko bunga yang Jeno datangi bukan toko yang besar. Hanya toko bunga kecil di sudut kota yang sepi pengunjung. Makanya, mereka berdua langsung disapa oleh pemilik tokonya, karena memang tidak ada karyawan.
"Saya pesan tiga buket bunga mawar dan pesan tiga kantong kelopak bunga mawarnya aja buat teman saya. Bisa kan?" tanya Jeno.
"Tentu saja bisa, atas nama siapa?-"
"Kelopak bunga mawarnya satu kantong aja, noona!" potong Jungwoo cepat-cepat.
"Kok satu?" tanya Jeno pada Jungwoo.
"Jangan banyak-banyak, Jeno. Percuma, akan jadi sampah juga akhirnya." jelasnya.
"Oke baiklah satu kantong saja, noona. Hm, benar noona? Atau Ahjumma?" tanya Jeno dengan sopan.
Pemilik toko bunga itu tersenyum lembut, "Saya laki-laki, kamu bisa memanggil saya Win hyung." katanya dengan ramah.
Jeno dan Jungwoo yang mendengarnya terkejut bukan main. Bagaimana mungkin tidak terkejut? Seseorang yang mengaku bahwa dirinya laki-laki terlihat memiliki perut buncit seperti sedang mengandung.
"What? Maaf, jika kesannya tidak sopan. Tapi, hyung bilang kalau hyung laki-laki. Tapi, perut mu mengatakan kau seperti sedang mengandung. Hanya wanita yang bisa mengandung hyung." desak Jungwoo. Jeno mencubit paha Jungwoo kecil, sampai sahabatnya itu mengaduh kesakitan.
"Kenapa kau mencubitku Jeno-yaa!" sentaknya tak terima.
"Kita baru bertemu dengannya. Sangat tidak sopan jika kau mempertanyakannya." Jeno memperingatkan.
"Tapi kan-"
Laki-laki yang minta disapa 'Win Hyung' itu terkekeh kecil, "Kalian lucu sekali, sudah jangan bertengkar, saya tidak keberatan dengan pertanyaannya kok." Win melerai keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Marriage
Fanfiction"I want fly free, hyung." "Don't expect!" ● "Want to go with me? I promise you freedom." "Really? I'm coming with you." ● "Sorry, I disappointed you again. Just hate me." "Don't worry, babe. I still love you. I can't hate you." ● M-Preg, BxB, Jeno b...