12 - Jab and Hook

9.3K 1.2K 30
                                    


 "Yo, Satria! Bawa siapa ini? Pacarmu?" seorang pria tinggi berkulit gelap menyapa Satria dengan suara ngebass-nya. Alana berjengit melihat pria itu. Tubuhnya tinggi besar, dan walau tidak sekekar Ade Rai, Alana bisa tahu, pria ini bisa membuat orang pingsan dalam sekali tonjok. Malam itu, sepulang kantor, mereka berdua langsung pergi ke Star Gym. Alana baru pertama kali masuk ke dalamnya. Sekilas dari luar, hanya treadmill dan beberapa alat lain yang terlihat. Tapi saat masuk ke dalam, ternyata gym ini punya beberapa studio yang bisa dipakai untuk zumba atau yoga, dan satu buah ring yang biasa digunakan untuk sparring orang-orang yang berlatih Muay Thai.

Satria tertawa, tulang pipinya terlihat semakin tegas saat ia tertawa. "Pacar-pacar mulu pikiranmu, Bang. Alana, kenalin, ini Bang Andre, jagoan Muay Thai di sini. Bang Andre, ini Alana. Dia mau belajar Muay Thai."

Alana melambaikan tangan dengan canggung sambil tersenyum ke Andre. Andre mengamati Alana. "Kurus banget kau ini, ya? Matamu hitam-hitam kayak panda itu kenapa? Banyak bergadang?"

Alana meringis mendengar komentar Bang Andre. Satria berkacak pinggang. "Emang hobinya bergadang, Bang. Makannya juga susah, tuh."

Alana melotot ke arah Satria, sebal.

Sadar dipelototi, Satria menyeringai. "Mana Anita, Bang?"

"ANITA!" suara Bang Andre yang menggelegar membuat Alana berjengit lagi. Seorang perempuan langsing berambut kuncir kuda dengan celana training dan t-shirt hitam berlari-lari kecil ke arah mereka. Sekilas penampilannya mengingatkan Alana akan Nina Williams di game Tekken.

"Berisik banget, sih, Bang! Nggak usah teriak juga gue denger!" omelnya.

Bang Andre nyengir, merasa sedikit bersalah. "Sori Anita, kau tau lah suaraku ini susah dikontrolnya. Ini ada pacarnya Satria mau belajar sama kau."

Alana ingin mengoreksi, tetapi Anita keburu menoleh ke arahnya dan mengobservasi Alana seperti yang baru saja Bang Andre lakukan, membuatnya urung bicara. Tapi tidak seperti Bang Andre yang blak-blakan, Anita hanya diam dan berkata. "Oke. Sini ikut gue."

Alana melirik ke arah Satria yang memberi kode dengan kedikan dagunya sambil tersenyum. Tersenyum balik, dan sedikit heran kenapa Satria tidak mengoreksi panggilan yang diberikan Bang Andre kepadanya, Alana mengekor Anita menuju tempat latihan khusus wanita.

* * *

Alana tersengal-sengal sambil terduduk di pinggir ring sambil menenggak minumannya. Baru berlari sepuluh putaran dan skipping 50 kali saja napasnya sudah habis. Sementara Anita di depannya hanya mengelap keringatnya di dahi dengan santai. Mereka bahkan belum masuk ke menu utama.

"Sebelum kita gebuk-gebuk samsak," Anita mengamati Alana dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Apa alasan lo ikut Muay Thai? Pengen sehat? Self defense?" Pandangan Anita berhenti di pipinya yang tirus dan kantong hitam di bawah matanya. "Patah hati? Perlu pelampiasan emosi?"

Alana tertawa. "Yang terakhir itu."

"Ah. Kenapa bisa?" tanya Anita sungguh-sungguh. "Dia selingkuh?"

"Nggak tahu," jawab Alana jujur. Jauh lebih baik kalau Radhika memang benar-benar selingkuh daripada ditinggal tanpa tahu apa alasannya.

"Cowok aneh. Bego banget." Anita menatap Alana prihatin. "Oke, daripada mikirin yang nggak jelas, mending pakai sarung tinju lo, kita main gebuk-gebukan."

Alana memakai sarung tinjunya, sementara Anita bergerak dengan lincah menaiki ring.

"Ini jab," Anita memperagakan pukulan lurus ke depan dengan tangan kirinya. "Ini hook," tangan kanannya meninju udara kosong dengan gerakan melengkung. "Gampang. Dua ini dulu aja. Sekarang coba dulu."

Redefining Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang